musim paceklik jika dibandingkan dengan musim puncak adalah sebesar 93,4 dan ikan hasil tangkapan rata-rata turun sebesar 95,9.
Rata-rata harga ikan hasil tangkapan pada musim sedang adalah Rp 5.200,00 per kg. Rata-rata pendapatan kotor nelayan Mini Purse Seine adalah Rp
52.000.000,00 dengan rata-rata ikan hasil tangkapan yang diperoleh adalah sebanyak 10.000 kg. Jika dibandingkan dengan musim puncak
,
maka rata-rata pendapatan kotor nelayan turun sebesar 63,2 dan rata-rata ikan hasil tangkapan
yang didapat turun sebesar 60,4 dari musim puncak.
5.2.3.3 Pendapatan Bersih
Pendapatan bersih adalah pendapatan yang diperoleh nelayan dari hasil pelelangan ikan setelah dikurangi dengan retribusi pelelangan ikan yaitu sebesar
3 dan biaya operasional. Sesuai dengan Peraturan Derah Pekalongan Nomor 12 Tahun 2009 bahwa dalam kegiatan pelelangan ikan wajib dipungut retribusi
sebesar 1,5 dari nelayan yang nantinya akan disetorkan ke kas daerah Kota Pekalongan sebagai pemasukan asli daerah PAD, dan sesuai kesepakatan
bersama bahwa nelayan yang mendaratkan ikan di TPI PPN Pekalongan akan dipungut retribusi tambahan selain dari yang telah ditetapkan pada Perda yaitu
sebesar 1,5, pungutan retribusi tambahan inilah yang nantinya akan dialokasikan untuk kesejahteraan nelayan yang dikelola oleh KUD Makaryo Mino. Meskipun
untuk tujuan yang berbeda namun pemungutan retribusi pelelangan ikan dilakukan sekaligus setelah para nelayan melelangkan ikan yaitu sebesar 3 yang
disetorkan ke kasir TPI yang menangani pelelangan ikan, setelah itu dari pihak TPI yang akan memisahkan antara retribusi yang akan disetor ke kas daerah
dengan retribusi yang akan disetor ke kas KUD. Kontribusi dari retribusi yang diberikan dari hasil pelelangan ikan dapat dilihat pada Tabel 19.
Berdasarkan Tabel 19 terlihat bahwa kontribusi retribusi dari setiap armada pada setiap musim bervariasi hal itu dipengaruhi oleh hasil pelelangan ikan yang
didapatkan. Dari ketiga musim yaitu musim puncak, paceklik, dan musim sedang, yang menghasilkan kontribusi retribusi terbesar adalah pada musim puncak, ini
merupakan sesuatu yang wajar karena pendapatan yang diperoleh dari hasil pelelangan ikan oleh setiap armada pada musim puncak juga besar, hal ini dapat
dilihat pada Tabel 18. Setelah dikurangi dengan retribusi pelelangan ikan, pendapatan bersih nelayan baru bisa didapatkan setelah dikurangi dengan biaya
operasional. Pendapatan bersih nelayan dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 19 Kontribusi retribusi pelelangan ikan dalam satu kali trip Rp
Armada GT
Puncak Paceklik
Sedang
Jati Rahayu 24
2.688.000 81.900
780.000 Rinjani
26 3.528.000
327.600 1.092.000
TM Putri Mas Jaya
28 4.032.000
245.700 1.560.000
Lintas Sejati 29
3.225.600 273.000
1.248.000 Sri Kembang
30 6.720.000
409.500 3.120.000
Rata-Rata
4.376.400 267.540
1.560.000 Sumber: Hasil wawancara dengan nelayan, 2011 diolah kembali
Tabel 20 Pendapatan bersih nelayan dalam satu kali trip Rp
Armada GT
Puncak Paceklik
Sedang
Jati Rahayu 24
74.956.268 -9.307.632 13.264.268
Rinjani 26
106.454.628 2.975.028 27.690.628
TM Putri Mas Jaya
28 114.735.976
-7.687.724 34.807.976 Lintas Sejati
29 90.138.766
-5.328.634 26.196.366 Sri Kembang
30 205.689.276
1.649.776 89.289.276
Rata-Rata
118.394.983 -3.539.837 38.249.703
Sumber: Hasil wawancara dengan nelayan, 2011 diolah kembali
Berdasarkan Tabel 20 terlihat bahwa pendapatan bersih terbesar dihasilkan oleh armada penangkapan Sri Kembang pada musim puncak yaitu sebesar Rp
205.689.276,00; hal ini terjadi karena hasil dari melelang ikan yang besar dengan biaya operasional yang relatif kecil, yang dapat dilihat pada Tabel 18 dan Tabel
15. Pada Tabel 20 juga terlihat bahwa pada musim paceklik, ada tiga armada perikanan yang tidak memiliki pendapatan bersih atau memiliki pendapatan
minus, yaitu armada perikanan Jati Rahayu, TM Putri Mas, dan Lintas Sejati, hal ini terjadi karena hasil dari pelelangan ikan tidak bisa menutup biaya operasional
dan juga pembayaran pungutan. Armada perikanan Lintas Sejati yang memiliki ukuran kapal lebih besar dari armada perikanan TM Putri Mas, memiliki
pendapatan bersih yang lebih kecil, hal ini terjadi karena hasil pelelangan ikan pada musim puncak dari armada perikanan Lintas Sejati lebih kecil dibandingkan
dengan armada perikanan TM Putri Mas.
5.2.3.4 Pendapatan Nelayan Menurut Bagiannya