Dasar Hukum Retribusi Daerah

pemberian gratis akan dapat dimanfaatkan oleh golongan miskin karena golongan kaya seringkali memiliki akses yang lebih baik untuk mengkonsumsi pemberian gratis tersebut; 3 Retribusi bukanlah satu-satunya alternatif penyelesaian persoalan alokasi sumberdaya. Cara alokasi lain adalah: ration cards kartu distribusi, voucher kupon, atau queuing antrian. Namun demikian cara alternatif ini belum dapat menggantikan sepenuhnya keandalan sistem retribusi. Dalam dunia perikanan sendiri, fungsi dari retribusi pelelangan ikan secara langsung adalah sebagai pemasukan pendapatan bagi kas daerah dan pendapatan bagi koperasi perikanan di TPI tersebut yang berperan sebagi penyelenggara pelelangan ikan dan secara tidak langsung adalah untuk mensejahterakan para nelayan. Pada saat nelayan melaksanakan pelelangan ikan, mereka membayar retribusi, dan retribusi itulah yang nantinya akan kembali lagi ke mereka dalam bentuk bantuan dana sosial Yustiarani, 2008. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, menyatakan bahwa untuk meningkatkan pelaksanaan pembangunan dan pemberian pelayanan kepada masyarakat serta peningkatan pertumbuhan perekonomian di daerah diperlukan penyediaan sumber-sumber pendapatan asli daerah yang hasilnya memadai. Upaya peningkatan penyediaan pembiayaan dari sumber tersebut antara lain dilakukan dengan peningkatan kinerja pemungutan, penyempurnaan dan penambahan jenis retribusi, serta pemberian keleluasaan bagi daerah untuk menggali sumber-sumber penerimaan khsususnya dari sektor retribusi daerah.

2.5.1 Dasar Hukum Retribusi Daerah

Ketentuan tentang retribusi daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, retribusi daerah yang selanjutnya disebut retribusi merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Menurut cara pengenaan atau pemungutannya, retribusi dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu: 1 Retribusi daerah langsung Retribusi daerah langsung yaitu jenis retribusi yang kewajibannya tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada pihak lain. Secara administrasi yang tergolong ke dalam retribusi langsung adalah retribusi yang cara pemungutannya secara berkala atau periodik, contohnya adalah retribusi parkir; dan 2 Retribusi daerah tidak langsung Retribusi daerah tidak langsung adalah retribusi yang dipungut jika ada peristiwa seperti penyerahan barang bergerak atau barang tidak bergerak, sebagai contoh dalam pembuatan akte tanah atau akte kelahiran. Pungutan retribusi daerah merupakan penghasilan sumber-sumber keuangan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat daerah yang digunakan untuk melaksanakan tugas pemerintah dan untuk membiayai pembangunan daerah. Dalam pungutan retribusi daerah yang dilakukan pemerintah daerah terdapat beberapa ketentuan yang harus mendapat suatu perhatian. Pungutan tersebut bagi pemerintah daerah paling sedikit harus ditetapkan berdasarkan undang-undang, maka dalam hal ini pungutan retribusi daerah didasarkan pada : 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahuun 1999 pasal 82, tentang Pemerintah Daerah disebut bahwa pajak dan retribusi daerah ditetapkan dengan undang-undang; 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah; 3 Pasal 5 ayat 2 UUD 1945; 4 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubahkan dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000; 5 Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang retribusi daerah; 6 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang berisi penentuan tarif dan tata cara pemungutan pajak dan retribusi daerah ditetapkan dengan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan 7 Peraturan Daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, pungutan daerah merupakan pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Selanjutnya obyek retribusi daerah dibagi dalam tiga golongan yaitu: 1 Jasa umum; 2 Jasa usaha; dan 3 Perizinan tertentu. Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, menyebutkan bahwa retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Retribusi jasa usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Retribusi perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumberdaya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Sesuai dengan peraturan pemerintah tersebut, retribusi pelelangan, termasuk juga di dalamnya adalah retribusi pelelangan ikan termasuk ke dalam retribusi jasa usaha. Retribusi-retribusi tersebut pada umumnya dikenakan secara spesifik dalam arti jumlah uang untuk setiap transaksi atau penggunaan jasa oleh pemerintah daerah dietapkan dengan ketentuan sebagai berikut : 1 Retribusi daerah tidak boleh merupakan rintangan keluar masuknya atau pengangkutan barang ke dalam dan ke luar kota; dan 2 Dalam peraturan retribusi daerah tidak boleh diadakan perbedaan atau pemberian keistimewaan yang menguntungkan perseorangan, golongan , atau keagamaan.

2.5.2 Manfaat Retribusi Daerah