Otonomi Daerah dan Pendapatan Asli Daerah

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Otonomi Daerah dan Pendapatan Asli Daerah

Potensi ekonomi daerah sangat berpengaruh dalam usaha meningkatkan kemampuan keuangan daerah bagi penyelenggara rumah tangganya, sedangkan kenyataan yang ada sekarang banyak ditemukan bahwa antara beban tugas yang harus dikerjakan oleh daerah tidak seimbang atau tidak konsisten dengan kondisi serta situasi keuangan daerah itu sendiri. Masalahnya adalah bagaimana menciptakan kebijakan dan program yang dapat mengembangkan potensi untuk meningkatkan kemampuan daerah agar otonomi daerah dapat dilaksanakan. Otonomi daerah menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggungjawab, setiap daerah dituntut untuk meningkatkan kemandirian. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, disebutkan bahwa daerah otonom memiliki hak dan kewajiban dalam menyelenggarakan otonomi daerah. Hak daerah otonom antara lain: 1 Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya; 2 Memilih pimpinan daerah; 3 Mengelola aparatur daerah; 4 Mengelola kekayaan daerah; 5 Memungut pajak daerah dan retribusi daerah; 6 Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumberdaya alam dan sumberdaya lainnya yang ada di daerah; 7 Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah; dan 8 Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan; Sedangkan kewajiban daerah otonom adalah: 1 Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional serta keutuhan NKRI; 2 Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat; 3 Mengembangkan kehidupan demokrasi; 4 Mewujudkan keadilan dan pemerataan; 5 Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan; 6 Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan; 7 Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak; 8 Mengembangkan sistem jaminan sosial; 9 Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah; 10 Mengembangkan sumberdaya produktif di daerah; 11 Melestarikan lingkungan hidup; 12 Mengelola administrasi kependudukan; 13 Melestarikan nilai sosial budaya; 14 Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya; dan 15 Kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah kewenangan urusan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang bersangkutan. Penyerahan berbagai kewenangan dalam rangka desentralisasi ini disertai juga dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan. Sumber pembiayaan yang paling penting bagi daerah otonom yaitu Pendapatan Asli Daerah PAD, dimana komponen utama dari PAD ini berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam undang-undang ini disebutkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah daerah yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi yang diberikan kepada daerah kabupaten dan kota dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggungjawab kepada pemerintah daerah secara proporsional. Artinya pelimpahan tanggungjawab akan diikuti oleh pengaturan pembagian dan pemanfaatan, serta sumberdaya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. Hal-hal yang mendasar dalam undang-undang ini adalah kuatnya upaya untuk mendorong pemberdayaan masyarakat, pengembangan prakarsa dan kreativitas, peningkatan peran serta masyarakat dan pengembangan peran serta fungsi DPRD. Undang-undang ini memberikan otonomi secara utuh kepada daerah kabupaten dan kota untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan aspirasi masyarakatnya. Artinya saat sekarang daerah sudah diberi kewenangan yang utuh dan bulat untuk merencanakan, melaksanakan, mengawasi, mengendalikan, dan mengevaluasi kebijakan- kebijakan daerah Hasan, 2004. Menurut Soetrisno 1981 vide Hasan 2004, untuk mewujudkan pembangunan nasional dan menjaga keserasian hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah diperlukan keseragaman dan keselarasan prinsip- prinsip yang mendasari penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Adapun prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan daerah menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah: 1 Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan, serta potensi dan keanekaragaman daerah; 2 Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonom yang luas, nyata, dan bertanggungjawab; 3 Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah kabupaten dan kota, sedangkan otonomi daerah provinsi merupakan otonomi yang terbatas; 4 Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstruksi Negara sehingga tetap terjalin hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah serta antar pemerintah daerah; 5 Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian daerah otonom dan karenanya dalam kabupaten dan daerah kota tidak ada lagi wilayah administrasi. Demikian pula di kawasan-kawasan khusus yang dibangun oleh pemerintah atau pihak lain seperti badan otorisasi, kawasan pelabuhan, dan semacamnya berlaku ketentuan peraturan daerah otonom; 6 Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan legislatif daerah, baik sebagai fungsi legislate, fungsi pengawasan, maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan Pemda; 7 Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah provinsi dalam kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan kewajiban pemerintah tertentu yang dilimpahkan kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah; dan 8 Pelaksanaan tugas pembantuan dimungkinkan tidak hanya dari pemerintah kepada daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada desa yang disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumberdaya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan mempertanggungjawabkan kepada yang menugasakan. Penyelenggaraan tugas pemerintahan di suatu Negara, memerlukan sumber- sumber pembiayaan guna menunjang kegiatan yang dijalankan oleh pemerintah daerah. Artinya bahwa penyediaan sumber keuangan tersebut sebanding dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Sumber pendapatan daerah sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 terdiri atas: 1 Pendapatan asli daerah, yaitu a. Hasil pajak daerah; b. Hasil retribusi daerah; c. Hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah. 2 Dana perimbangan, terdiri dari: a. Dana bagi hasil yang bersumber dari pajak dan sumberdaya alam; b. Dana alokasi umum; dan c. Dana alokasi khusus. 3 Pinjaman daerah 4 Lain-lain penerimaan daerah yang sah Pajak daerah sebagai salah satu komponen PAD merupakan pajak yang dikenakan oleh pemerintah daerah kepada penduduk yang mendiami wilayah yurisdiksinya tanpa langsung memperoleh kontra prestasi yang diberikan oleh pemerintah daerah yang memungut pajak daerah yang dibayarkannya. Retribusi daerah yang merupakan komponen lain dalam PAD merupakan penerimaan yang diterima oleh pemerintah daerah setelah memberikan pelayanan tertentu kepada penduduk yang mendiami wilayah yurisdiksinya. Perbedaan yang tegas antara pajak daerah dan retribusi daerah terletak pada kontra prestasi yang diberikan oleh pemerintah daerah. Jika pada pajak daerah, kontra prestasi tidak diberikan secara langsung, maka pada retribusi daerah, kontra prestasi diberikan secara langsung oleh pemerintah daerah kepada penduduk yang membayar retribusi tersebut Riduansyah, 2003. Selanjutnya dalam penjelasan atas Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang dimaksud dengan PAD adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. .

2.2 Pelabuhan Perikanan