ikan dengan harga yang layak sehingga harga tidak terlalu jatuh, dengan demikian
secara tidak langsung membantu meningkatkan pendapatan nelayan.
Adapun fungsi TPI menurut Laka 2003 yaitu sebagai pusat pemasaran dan distribusi hasil perikanan, sarana pemungutan retribusi hasil penangkapan ikan,
serta sarana penyuluhan dan pengumpulan data perikanan. Fungsi TPI seperti tersebut di atas dinilai cukup strategis, karena dengan adanya pelelangan,
persaingan harga produksi semakin tinggi dan berpengaruh kepada peningkatan pendapatan dari usaha penangkapan ikan. Peningkatan pendapatan berdampak
pada peningkatan kesejahteraan yang pada gilirannya akan memacu semangat usaha di sektor perikanan.
2.4 Pelelangan Ikan
Pelelangan ikan adalah suatu proses dimana terjadi kegiatan menjual dan membeli hasil tangkapan dengan cara menaikkan harga hasil tangkapan terus
menerus sampai bertemu suatu kesepakatan harga antara penjual dan pembeli. Penyelenggaraan pelelangan ikan harus memiliki izin dari gubernur. Pemberian
izin dimaksudkan
untuk pembinaan,
pengendalian, dan
pengawasan penyelenggaraan pelelangan ikan. Izin diberikan kepada KUD Mina yang
memenuhi syarat, yaitu yang memenuhi kriteria sehat pengurus, sehat organisasi, dan sehat manajemen Yustiarani, 2008.
Dalam sistem lelang, peserta lelang sangat beragam, baik yang membeli ikan untuk dijual kembali ke pasar-pasar, para pengumpul ikan untuk disetorkan
ke restoran, para supplier ikan untuk hotel-hotel, juga para eksportir hasil perikanan. Beragamnya peserta lelang tersebut memberikan kemungkinan
terjadinya persaingan penawaran secara ketat sehingga pada akhirnya akan diperoleh harga penawaran yang cukup optimal.
Menurut Yustiarani 2008 bahwa dalam mekanisme lelang dilakukan penawaran harga ikan secara terbuka kepada para pembeli mulai dari harga
standar pasar pada hari itu. Pada saat penawar masih lebih dari satu orang, akan terus dilakukan peningkatan harga sehingga penawar tinggal satu orang, dan
penawar tertinggi itulah yang keluar sebagai pemenang lelang atau pembeli ikan. Setelah memenangkan lelang, pembeli tersebut harus segera menyetorkan uang
pembelian ikan kepada penyelenggara pelelangan ikan. Melalui mekanisme tersebut harga penjualan ikan relatif cukup tinggi dan keamanan uang hasil
penjualan ikannya terjamin.
2.5 Retribusi
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin yang khusus disediakan
dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Ada beberapa jenis retribusi antara lain retribusi jasa umum, retribusi jasa
usaha, dan retribusi perizinan tertentu. Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah maka retribusi TPI
Tempat Pelelangan Ikan merupakan jenis dari retribusi jasa usaha. Retribusi dapat diartikan juga sebagai pungutan yang dilakukan oleh
pemerintah sebagai akibat adanya kontra prestasi yang diberikan oleh Pemda. Pembayaran retribusi didasarkan atas prestasi atau pelayanan yang diberikan
Pemda yang langsung dinikmati secara perseorangan oleh warga masyarakat dan pelaksanaannya didasarkan atas peraturan yang berlaku Hasan, 2001 vide
Setyaningsih, 2009. Secara konseptual terdapat berbagai pendapat pro dan kontra atas
pertanyaan mendasar, perlu atau tidaknya penyediaan suatu barang dan jasa diberi retribusi. Menurut Davey 1988 vide Hasan 2004, ada beberapa alasan kenapa
penarikan retribusi perlu dilakukan, antara lain adalah : 1 Jika penyediaan suatu barang atau jasa memberikan manfaat pribadi privat
misalnya telefon atau listrik, maka retribusi merupakan solusi untuk menutup biaya yang dikeluarkan. Jika manfaat yang diberikan mengandung unsur
barang publik public goods, misalnya pertanahan, maka pajak merupakan alternatif pembiayaan terbaik, namun demikian terdapat masalah mendasar
untuk menarik garis batas yang tegas antara barang pribadi dan barang publik, karena sangat mungkin suatu penyediaan jasa mengandung kedua unsur
manfaat tersebut; 2 Retribusi merupakan media untuk allocative economic efficiency efisiensi
ekonomi alokatif. Retribusi merupakan sinyal harga dari barang atau jasa
yang disediakan pemerintah. Tanpa harga permintaan dan penawaran tidak akan mencapai harga keseimbangan dan akibatnya alokasi sumberdaya tidak
akan mencapai efisiensi ekonomi. Dengan retribusi, para pelaku ekonomi memiliki kebebasan memilih jumlah konsumsi suatu barang atau jasa.
Mekanisme harga memainkan peran dalam pengalokasian sumberdaya melalui pembatasan permintaan dan pemberian insentif untuk menghindari
pemborosan konsumsi. Terdapat counter-argument yang menyatakan bahwa jika penetapan harga tidak tepat, justru akan menyebabkan mis-alokasi
sumberdaya. Selain itu, karena distribusi pendapatan tidak merata, maka secara etika yang kaya mestinya membayar lebih mahal dibandingkan dengan
yang miskin, namun pemberian alokasi kepada yang miskin bertentangan dengan prinsip-prinsip alokasi sumberdaya yang efisien;
3 Prinsip pemanfaatan, yaitu mereka yang tidak mendapatkan manfaat dari penyediaan barang atau jasa tidak harus membayar. Sebaliknya mereka yang
tidak membayar dapat dikecualikan dari mengkonsumsi, sedangkan ada beberapa alasan ketidaksetujuan pemungutan retribusi, antara lain adalah :
1 Retribusi memerlukan sistem administrasi yang dapat mengecualikan pihak yang tidak membayar untuk tidak ikut menikmati. Pendapat ini dapat
disanggah bahwa pengecualian tetap dapat dilaksanakan untuk beberapa macam penyediaan barang atau jasa;
2 Mereka yang miskin tidak mampu membayar retribusi untuk barang atau jasa kebutuhan dasar, sehingga harus dikecualikan dari pasar. Argumen ini
diharapkan pada pendapat yang menyangsikan kemampuan pemerintah sebagai penyedia jasa dalam membedakan secara tegas barang atau jasa
kebutuhan dasar atau bukan kebutuhan dasar. Suatu barang atau jasa yang merupakan kebutuhan dasar bagi seseorang, sangat mungkin bukan
kebutuhan dasar bagi pihak lain. Selain itu pemberian subsidi barang atau jasa secara cuma-cuma tidaklah cukup baik dibandingkan dengan pemberian
uang secara cuma-cuma. Sebagai tambahan bahwa pemberian cuma-cuma dapat berakibat pemborosan dan justru tidak memihak pada yang miskin.
Dengan pemberian gratis justru menyebabkan berkurangnya sumberdaya untuk diberikan kepada yang miskin, dan tidak dapat dijamin bahwa
pemberian gratis akan dapat dimanfaatkan oleh golongan miskin karena golongan kaya seringkali memiliki akses yang lebih baik untuk
mengkonsumsi pemberian gratis tersebut; 3 Retribusi bukanlah satu-satunya alternatif penyelesaian persoalan alokasi
sumberdaya. Cara alokasi lain adalah: ration cards kartu distribusi, voucher kupon, atau queuing antrian. Namun demikian cara alternatif ini belum
dapat menggantikan sepenuhnya keandalan sistem retribusi. Dalam dunia perikanan sendiri, fungsi dari retribusi pelelangan ikan secara
langsung adalah sebagai pemasukan pendapatan bagi kas daerah dan pendapatan bagi koperasi perikanan di TPI tersebut yang berperan sebagi penyelenggara
pelelangan ikan dan secara tidak langsung adalah untuk mensejahterakan para nelayan. Pada saat nelayan melaksanakan pelelangan ikan, mereka membayar
retribusi, dan retribusi itulah yang nantinya akan kembali lagi ke mereka dalam bentuk bantuan dana sosial Yustiarani, 2008.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, menyatakan bahwa untuk meningkatkan pelaksanaan
pembangunan dan pemberian pelayanan kepada masyarakat serta peningkatan pertumbuhan perekonomian di daerah diperlukan penyediaan sumber-sumber
pendapatan asli daerah yang hasilnya memadai. Upaya peningkatan penyediaan pembiayaan dari sumber tersebut antara lain dilakukan dengan peningkatan
kinerja pemungutan, penyempurnaan dan penambahan jenis retribusi, serta pemberian keleluasaan bagi daerah untuk menggali sumber-sumber penerimaan
khsususnya dari sektor retribusi daerah.
2.5.1 Dasar Hukum Retribusi Daerah
Ketentuan tentang retribusi daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Menurut pasal 1
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, retribusi daerah yang selanjutnya disebut retribusi merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Menurut cara
pengenaan atau pemungutannya, retribusi dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu:
1 Retribusi daerah langsung Retribusi daerah langsung yaitu jenis retribusi yang kewajibannya tidak
dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada pihak lain. Secara administrasi yang tergolong ke dalam retribusi langsung adalah retribusi yang cara
pemungutannya secara berkala atau periodik, contohnya adalah retribusi parkir; dan
2 Retribusi daerah tidak langsung
Retribusi daerah tidak langsung adalah retribusi yang dipungut jika ada peristiwa seperti penyerahan barang bergerak atau barang tidak bergerak,
sebagai contoh dalam pembuatan akte tanah atau akte kelahiran. Pungutan retribusi daerah merupakan penghasilan sumber-sumber keuangan oleh
pemerintah daerah kepada masyarakat daerah yang digunakan untuk melaksanakan tugas pemerintah dan untuk membiayai pembangunan daerah.
Dalam pungutan retribusi daerah yang dilakukan pemerintah daerah terdapat beberapa ketentuan yang harus mendapat suatu perhatian. Pungutan tersebut bagi
pemerintah daerah paling sedikit harus ditetapkan berdasarkan undang-undang, maka dalam hal ini pungutan retribusi daerah didasarkan pada :
1 Undang-Undang Nomor 22 Tahuun 1999 pasal 82, tentang Pemerintah Daerah disebut bahwa pajak dan retribusi daerah ditetapkan dengan undang-undang;
2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah;
3 Pasal 5 ayat 2 UUD 1945; 4 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah
sebagaimana telah diubahkan dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000; 5 Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang retribusi daerah;
6 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang berisi penentuan tarif dan tata cara pemungutan pajak dan retribusi daerah ditetapkan
dengan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan
7 Peraturan Daerah.
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, pungutan daerah merupakan pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang
pribadi atau badan. Selanjutnya obyek retribusi daerah dibagi dalam tiga golongan yaitu:
1 Jasa umum; 2 Jasa usaha; dan
3 Perizinan tertentu. Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, menyebutkan bahwa retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan
kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Retribusi jasa usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Retribusi perizinan tertentu adalah
retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan,
pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumberdaya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu
guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Sesuai dengan peraturan pemerintah tersebut, retribusi pelelangan, termasuk juga di
dalamnya adalah retribusi pelelangan ikan termasuk ke dalam retribusi jasa usaha. Retribusi-retribusi tersebut pada umumnya dikenakan secara spesifik dalam
arti jumlah uang untuk setiap transaksi atau penggunaan jasa oleh pemerintah daerah dietapkan dengan ketentuan sebagai berikut :
1 Retribusi daerah tidak boleh merupakan rintangan keluar masuknya atau pengangkutan barang ke dalam dan ke luar kota; dan
2 Dalam peraturan retribusi daerah tidak boleh diadakan perbedaan atau pemberian keistimewaan yang menguntungkan perseorangan, golongan , atau
keagamaan.
2.5.2 Manfaat Retribusi Daerah
Retribusi daerah sebagai salah satu komponen sumber pendapatan asli daerah, bertujuan agar dapat memasukkan dana bebas daerah sebanyak-banyaknya
guna membiayai pengeluaran pembangunan sehingga kestabilan ekonomi yang
mantap dapat tercapai karena laju pertumbuhan ekonomi yang layak dipertahankan Suparmoko, 2002.
Sebagai instrumen kebijakan fiskal, retribusi daerah mempunyai beberapa kemampuan strategi yang mencerminkan manfaat dari retribusi itu sendiri dalam
membantu meningkatkan pembangunan daerah. Manfaat tersebut adalah : 1 Retribusi daerah dapat meningkatkan kemampuan penerimaan PAD; dan
2 Mendorong laju pertumbuhan ekonomi daerah.
Selain itu, sama halnya dengan pajak daerah, retribusi daerah juga mempunyai fungsi sebagai berikut:
1 Fungsi sebagai sumber keuangan Negara, maksudnya adalah bahwa retribusi digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan uang dari rakyat ke kas Negara
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah, baik pengeluaran yang bersifat rutin maupun untuk pembangunan; dan
2 Fungsi mengatur, maksudnya adalah bahwa retribusi digunakan sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan Negara dalam laporan sosial dan
ekonomi.
2.5.3 Retribusi Pelelangan Ikan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, tempat pelelangan adalah termasuk ke dalam
retribusi jasa usaha. Di dalam penjelasannya disebutkan bahwa tempat pelalangan adalah tempat yang secara khusus disediakan oleh pemerintah daerah untuk
melakukan pelelangan ikan, ternak, hasil bumi, dan hasil hutan, termasuk jasa pelelangan serta fasilitas lainnya yang disediakan di tempat pelelangan.
Berdasarkan pasal 9, disebutkan bahwa prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif retribusi jasa usaha didasarkan pada tujuan untuk memperoleh
keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha swasta sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada
harga pasar.
2.5.4 Sistem Pemungutan Retribusi Pelelangan Ikan dan Besarnya Retribusi
Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 34 Tahun 2000. SKRD adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi. Dokumen lain yang dipersamakan antara lain berupa
karcis masuk, kupon, dan kartu langganan. Jika wajib retribusi tertentu tidak membayar retribusi tepat pada waktunya atau kurang membayar, ia dikenakan
sanksi administrasi berupa bunga sebesar dua persen setiap bulan dari retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan Surat
Tagihan Retribusi Daerah STRD. STRD merupakan surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda. Tata
cara pelaksanaan pemungutan retribusi daerah ditetapkan oleh kepala daerah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 pasal 7, besarnya
retribusi yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa atau perizinan tertentu dihitung dengan cara mengalikan tarif retribusi dengan tingkat
pengguna jasa. Dengan demikian, besarnya retribusi yang terutang dihitung berdasarkan tarif retribusi daerah dan tingkat pengguna jasa.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 pasal 21 poin b dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 pasal 9, prinsip dan sasaran dalam
penetapan tarif retribusi daerah terkhusus untuk retribusi jasa usaha yaitu didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana
keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha swasta sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
Ketentuan pelaksanaan penarikan retribusi pelelangan ikan di Kota Pekalongan sendiri diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2009 tentang
Tempat Pelelangan Ikan. Menurut Peraturan tersebut, Pemerintah Kota menarik retribusi sebesar 3 dari nilai lelang ikan, dengan ketentuan 1,5 ditarik dari
nelayan dan 1,5 dari bakul ikan. Dengan menarik 3 dari lelang ikan tersebut, Pemerintah Kota Pekalongan juga bertanggungjawab terhadap perawatan dan
sewa TPI, administrasi pelelangan, serta gaji karyawan.
2.6 Penghapusan Retribusi
Penghapusan retribusi lelang ikan yang diberlakukan per 1 Januari 2010 didasarkan pada Surat Menteri Perikanan dan Kelautan Tahun 2009 No
B.636MEN-KPXI09 tanggal 16 November 2009 tentang penghapusan retribusi dan pungutan hasil perikanan dalam rangka usaha nelayan. Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan melalui surat edaran tersebut menyebutkan tiga alasan mengapa retribusi sebaiknya dihapuskan yaitu:
1 Penghapusan retribusi merupakan respon perkembangan perekonomian global yang memberikan dampak kurang menguntungkan bagi usaha nelayan dan
iklim usaha yang belum kondusif; 2 Masih adanya pungutan dan retribusi yang dirasakan membebani dan
memberatkan pada pendapatan dan kesejahteraan nelayan sehingga mengakibatkan rendahnya produktivitas usaha nelayan; dan
3 Untuk membantu pemerintah daerah dalam pembangunan kelautan dan perikanan.
Berdasarkan tiga hal tersebut, maka Menteri Kelautan dan Perikanan meminta gubernur dan bupati atau walikota seluruh Indonesia untuk dapat
mengambil langkah-langkah dalam rangka penghapusan pungutan dan retribusi yang terkait dengan usaha nelayan. Sampai dengan akhir Februari 2010, terdapat
16 provinsi dan 89 bupati atau walikota yang telah menyampaikan tanggapan terhadap surat Menteri Kelautan dan Perikanan tahun 2009 tersebut. Pada
prinsipnya keseluruhan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten atau kota mendukung kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan untuk menghapus retribusi
yang dibebankan kepada nelayan, terlebih jika hal tersebut didukung dengan diterbitkannya peraturan perundangan yang tidak bertentangan dengan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
2.7 Pendapatan Nelayan