Dampak Penghapusan Retribusi Pelelangan Ikan Terhadap Nelayan

Tabel 24 Perbedaan alokasi retribusi antara nelayan pendatang dengan nelayan asli yang menjadi anggota KUD Jenis Alokasi Nelayan Asli anggota KUD Nelayan Pendatang Non Anggota KUD Dana Sosial  Bantuan Pendidikan  Bantuan Pengobatan  Bantuan Kematian  Dana Saving 6 bulan sekali   Dana Paceklik Sembako   Dana Asuransi Kecelakaan di Laut  Pembagian SHU  Hadiah Lebaran  Sumber: Wawancara dengan pengelola KUD

5.2.3.7. Dampak Penghapusan Retribusi Pelelangan Ikan Terhadap Nelayan

Berdasarkan hasil perhitungan pendapatan nelayan yang mendaratkan ikan di TPI PPN Pekalongan dan penerimaan alokasi dana retribusi pelelangan ikan, jika retribusi pelelangan ikan tetap diberlakukan, maka nelayan akan memiliki beban untuk membayar retribusi pelelangan ikan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan alokasi yang diterima oleh nelayan. Selain hal tersebut, pada Tabel 24 yang memperlihatkan perbedaan alokasi retribusi antara nelayan pendatang dengan nelayan asli Pekalongan, menunjukkan bahwa meskipun nelayan pendatang yang melelangkan ikan di TPI PPN Pekalongan berkewajiban untuk membayarkan retribusi pelelangan ikan yang sama dengan nelayan asli Pekalongan, namun alokasi dari retribusi yang dibayarkan, yang dapat kembali ke nelayan berbeda. Perbedaan perolehan alokasi retribusi pelelangan ikan itu juga dialami oleh nelayan asli Pekalongan yang tidak menjadi anggota KUD. Pada Tabel 24 terlihat bahwa nelayan pendatang dan nelayan yang bukan menjadi anggota KUD hanya mendapatkan alokasi dana retribusi berupa dana saving dan dana paceklik, selain itu tidak ada yang mereka dapatkan. Jika dilihat dari salah satu alasan Menteri Kelautan dan Perikanan tahun 2009 dalam mengajukan usulan kebijakan penghapusan retribusi perikanan yang didalamnya termasuk juga retribusi pelelangan ikan yaitu masih adanya pungutan dan retribusi yang dirasakan membebani dan memberatkan pada pendapatan dan kesejahteraan nelayan sehingga mengakibatkan rendahnya produktivitas usaha nelayan, maka berdasarkan hasil wawancara dengan lima orang nelayan, tiga diantaranya menyatakan bahwa mereka keberatan dengan adanya pungutan retribusi pelelangan ikan sebesar 3, tetapi karena mereka merasakan adanya manfaat yang bisa mereka dapatkan dengan pembayaran retribusi tersebut walaupun sangat tidak sebanding dengan jumlah yang harus mereka bayarkan, sehingga mereka terpaksa harus membayar retribusi pelelangan ikan tersebut selain juga karena retribusi tersebut sudah merupakan peraturan. Dua orang nelayan yang lain menyatakan tidak keberatan dengan adanya pungutan retribusi pelelangan ikan. Selain retribusi pelelangan ikan, ternyata ada pungutan lain yang mereka keluhkan yaitu retribusi dan pungutan-pungutan lain selain retribusi sebesar 3 tersebut yang antara lain adalah pungutan dalam pembuatan dan pengurusan surat- surat melaut serta pungutan-pungutan lain selama melakukan pelelangan ikan. Jika dilihat dari pendapatan nelayan, pendapatan yang diperoleh nelayan setiap tahunnya cukup besar sebenarnya, tetapi selama ini masyarakat nelayan ada dalam kemiskinan, hal itu disebabkan beberapa faktor. Menurut Illahi 2010 terdapat beberapa faktor yang menyebabkan nelayan ada dalam kondisi kemiskinan yaitu: a. Adanya keterbatasan kualitas sumberdaya manusia nelayan yang sangat rendah sehingga memperkecil kesempatan untuk berwirausaha selain melaut; b. Pendapatan nelayan yang bergantung pada musim dengan tidak mengetahui secara pasti apakah pendapatannya dapat mencukupi kebutuhan keluarga atau tidak; c. Keterbatasan kemampuan modal usaha dan teknologi penangkapan yang kurang menjanjikan, padahal bidang perikanan membutuhkan investasi yang sangat besar dan cenderung mengandung resiko yang lebih besar dibandingkan sektor usaha lainnya. Itulah sebabnya nelayan cenderung mmenggunakan armada dan peralatan tangkap yang sederhana atau bahkan hanya menjadi anak buah kapal ABK; d. Rendahnya tingkat pendidikan nelayan yang berpengaruh terhadap kemampuan penggunaan peralatan canggih dalam melakukan penangkapan ikan dan juga berpengaruh terhadap kemampuan pengelolaan keuangan dimana nelayan sering sekali langsung menghabiskan uangnya setelah mendapatkan penghasilan dari penjualan ikan, akibatnya nelayan sulit untuk mengakumulasikan modal atau sekedar menabung; dan e. Terbatasnya anggota keluarga yang secara langsung dapat ikut mencari penghasilan dan ketergantungan mereka pada satu mata pencaharian. Hal tersebut memperlihatkan bahwa tingkat kesejahteraan nelayan juga dipengaruhi oleh kemampuan nelayan dalam mengelola keuangan mereka, peningkatan kualitas nelayan dalam usaha penangkapan ikan, ketersediaan modal usaha, serta kerjasama dari aparat pemerintah untuk serius dalam menanggulangi pungutan-pungutan yang benar-benar memberatkan nelayan yang sama sekali tidak memihak kepada nelayan. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2001 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2012 romawi 3 tentang kebijakan penyusunan APBD point 1a tentang Pendapatan Asli Daerah disebutkan bahwa untuk penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari PAD dalam penyusunan APBD tahun anggaran 2012 harus memperhatikan beberapa hal diantaranya adalah: 1. Peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah yang berpedoman pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dilarang menganggarkan penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah yang peraturan daerahnya bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan atau telah dibatalkan. 2. Kebijakan penganggaran tidak memberatkan masyarakat dan dunia usaha. Untuk retribusi pelelangan ikan, meskipun peraturan untuk memungut retribusi tersebut tidak melanggar dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah namun dalam prakteknya pungutan retribusi pelelangan ikan tersebut memberatkan bagi nelayan, hal ini bisa dilihat dari contoh perhitungan pendapatan nelayan yang dibandingkan dengan retribusi pelelangan ikan yang harus dibayarkan oleh nelayan dan alokasinya terhadap nelayan. Dapat dilihat bahwa retribusi yang harus dibayarkan oleh nelayan jauh lebih besar dan tidak sebanding dengan apa yang mereka dapatkan dari pembayaran tersebut, hal ini tentu saja merugikan nelayan, dan juga membuat pendapatan nelayan menjadi berkurang. Berdasarkan laporan perkembangan penghapusan pungutan dan retribusi yang terkait dengan usaha nelayan per tanggal 29 Desember 2009, agar pelaksanaan penghapusan pungutan dan retribusi yang terkait dengan usaha nelayan tersebut tidak menyebabkan pengaruh langsung terhadap ketersediaan dana pendapatan asli daerah PAD, maka untuk membantu Pemerintah Daerah dalam pembangunan Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan akan mempertimbangkan kompensasi sesuai dengan kebijakan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemeintah Daerah. Kompensasi tersebut akan diberikan dalam bentuk insentif terhadap evaluasi kinerja pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan melalui salah satu dana perimbangan. Salah satu dana perimbangan yang bisa digunakan untuk membiayai kegiatan khusus daerah adalah dana alokasi khusus DAK. Selama ini kegiatan- kegiatan khusus yang didanai oleh DAK adalah kegiatan-kegiatan yang bersifat infrastruktural atau pembangunan fisik, belum ada kegiatan yang bersifat sosial untuk kesejahteraan masyarakat, termasuk pada bidang kelautan dan perikanan, hal ini terlihat pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 42PMK 07 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 216PMK 07 2010 tentang Pedoman Umum Dan Alokasi Dana Alokasi Khusus Tahun Anggaran 2011 dan Peraturan menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Kelautan dan Perikanan Tahun 2011. Tidak adanya kegiatan sosial yang menjadi tujuan dari pengalokasian DAK disebabkan karena persyaratan dari pengalokasian DAK itu sendiri yaitu digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional, hal ini dapat dilihat pada Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Hal ini mengakibatkan dana DAK yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat hanya digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang pada tahun tersebut menjadi prioritas nasional, sedangkan dearah sebagai penerima DAK hanya menyesuaikan program-program yang telah ditentukan oleh pemerintah pusat melalui petunjuk teknis penggunaan DAK. Telah disebutkan sebelumnya bahwa selama ini pemerintah daerah tidak mendapatkan kesempatan untuk mengusulkan kegiatan yang dibiayai DAK kepada pemerintah pusat, pemerintah daerah hanya bertugas untuk menyediakan data mengenai kondisi sarana dan prasarana bidang-bidang pemerintahan yang menjadi tujuan pengalokasian DAK dari pemerintah pusat padahal dalam Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah jelas disebutkan bahwa pemerintah daerah bisa ikut terlibat dalam penyusunan kegiatan khusus yang didanai DAK, namun pada kenyataannya selama ini pengalokasian DAK masih bersifat sentralistis dari pemerintah pusat. Selain itu adanya penyeragaman petunjuk teknis tentang pengalokasian DAK juga seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan daerah sehingga mengakibatkan pengalokasian DAK menjadi tidak efektif. Jika dilihat dari prioritas nasional yang menjadi dasar acuan dalam pengalokasian DAK, maka permasalahan nelayan ini bisa dikategorikan dalam masalah penanggulangan kemiskinan dan kesejahteraan nelayan, karena bisa dilihat bahwa selama ini masyarakat nelayan di Indonesia masih hidup dalam kemiskinan dan tidak sejahtera karena tidak adanya kepastian pendapatan, sehingga hal ini sebenarnya bisa diangkat menjadi salah satu hal yang diprioritaskan, bukan hanya masalah pembangunan fisik. Selain itu berdasarkan mekanisme pengalokasian DAK menurut Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005, menyebutkan bahwa departemen teknis berhak mengajukan usulan kegiatan khusus yang didanai DAK sesuai dengan data yang diberikan oleh daerah penerima DAK. Departemen teknis ini juga termasuk Menteri bidang-bidang yang didanai DAK, salah satunya adalah Menteri Kelautan dan Perikanan. Jika permasalahan retribusi perikanan termasuk juga retribusi pelelangan ikan merupakan hal yang penting dan mendesak untuk segera diatasi, maka sebenarnya Menteri Kelautan dan Perikanan dapat mengajukan usulan program yang menjurus kepada pemecahan permasalahan retribusi perikanan tersebut. Agar penghapusan retribusi perikanan termasuk juga pelelangan ikan dapat dilaksanakan dengan baik, maka diperlukan peraturan khusus yang memiliki payung hukum yang jelas yang mengatur tentang penghapusan retribusi perikanan tersebut dan dana pengganti dari retribusi perikanan yang dihapuskan. Jika pengalokasian DAK benar-benar dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku maka permasalahan ketidakefektifan alokasi DAK seharusnya tidak perlu terjadi dan memungkinkan pemerintah daerah untuk dapat melihat permasalahan-permasalahan yang ada di daerahnya dengan lebih baik dan dapat diatasi dengan tepat melalui kerjasama antara pemerintah daerah dengan pemerintah. Tabel 25 memperlihatkan kegiatan Dana Alokasi Khusus DAK bidang kelautan dan perikanan di Kota Pekalongan. Pada Tabel 25 tersebut terlihat bahwa jenis kegiatan yang diusulkan dan dilaksanakan oleh Kota Pekalongan dibidang kelautan dan perikanan adalah kegiatan-kegiatan yang lebih mengarah ke infrastruktur, tetapi yang berkaitan dengan kesejahteraan nelayan secara langsung belum ada, hal ini kemungkinan disebabkan oleh masih berlakunya retribusi pelelangan ikan di pelabuhan Kota Pekalongan dimana retribusi pelelangan itulah yang digunakan untuk dialokasikan kepada nelayan. Jika retribusi pelelangan ikan di hapuskan, pemerintah Kota Pekalongan dapat mengusulkan kegiatan- kegiatan yang terkait dengan kesejahteraan nelayan dan permasalahan- permasalahan lain seputar bidang kelautan dan perikanan. Dapat dikatakan bahwa jika retribusi pelelangan ikan dihapuskan dari kegiatan pelelangan ikan di TPI PPN Pekalongan, maka beban nelayan akan berkurang sehingga pendapatan nelayan akan bertambah, selain itu nelayan juga akan mendapatkan bantuan dari dana alokasi khusus DAK. Tabel 25 Kegiatan dana alokasi khusus DAK bidang kelautan dan perikanan Kota Pekalongan Tahun Jenis kegiatan Anggaran Rp Realisasi Rp 2007 Penataan dan pembangunan tambat labuh kapal ikan 2.134.000.000 2.134.000.000 2008 Pengembangan dermaga di Kecamatan Pekalongan Utara 2.321.000.000 1.650.000.000 Pengadaan jaring Gillnet di Kecamatan Pekalongan Utara 671.000.000 2009 Pembangunan dermaga tambat labuh kapal ikan 2.489.000.000 1.980.000.000 Penyediaan jaring Gillnet millennium 757.900.000 2010 Penyediaan sarana perikanan tangkap jaring Gillnet 3.920.000.000 900.000.000 2011 Pengadaan alat bantu penangkapan ikan 1.180.000.000 132.000.000 Rehabilitasi lantai dermaga TPI PPN Pekalongan 900.000.000 Pengadaan songkro pengangkut ikan di TPI Pekalongan 160.000.000 Sumber: Kementrian Kelautan dan Perikanan RI, 2011 Keterangan: Rencana Kegiatan Jika ternyata bahwa retribusi pelelangan ikan tidak bisa dihapuskan di Kota Pekalongan dikarenakan ketidakpastian DAK yang dapat digunakan untuk menggantikan dana retribusi pelelangan ikan, maka untuk membantu mensejahterakan nelayan, pemerintah daerah bisa mengambil keputusan tegas terkait dengan pemungutan retribusi pelelangan ikan, dimana besarnya retribusi yang dipungut dari nelayan harus seimbang dengan manfaat yang seharusnya diterima oleh nelayan, sehingga retribusi tersebut tidak memberatkan bagi nelayan dan manfaat yang diperoleh dari dana retribusi yang dipungut dari nelayan dapat benar-benar membantu kehidupan nelayan. Hal ini termasuk ke dalam salah satu kewajiban daerah otonom dalam menyelenggarakan otonomi daerah, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yaitu untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan mengembangkan sistem jaminan sosial. Secara keseluruhan, dampak penghapusan retribusi pelelangan ikan terhadap nelayan, dapat dilihat pada skema dampak penghapusan retribusi pelelangan ikan terhadap pendapatan nelayan di PPN Pekalongan pada Gambar 9. Skema Dampak Penghapusan Retribusi Pelelangan Ikan Terhadap Pendapatan Nelayan Gambar 9 Skema dampak penghapusan retribusi pelelangan ikan terhadap pendapatan nelayan di PPN Pekalongan. Puncak Paceklik Sedang Nelayan Mini Purse Seine Biaya Operasional + Retribusi Pelelangan Ikan Hasil Pelelangan Ikan Pendapatan Retribusi Pelelangan Ikan a. Dana Paceklik b. Dana Asuransi c. Dana Saving d. Dana Sosial Tidak dihapus DAK Hapus Dikurangi Tidak sebanding dengan retribusi yang dibayarkan

5.3 Dampak Penghapusan Retribusi Bagi Perawatan Fasilitas TPI