indikator daya saing yang dapat dilihat dari keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif, dan dampak kebijakan pemerintah terhadap komoditas
susu sapi perah lokal yang dibedakan menjadi kebijakan input, kebijakan output dan kebijakan input-output. Indikator-indikator dari Matriks Analisis Kebijakan
yang akan dijelaskan pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Indikator-Indikator Matriks Analisis Kebijakan
Indikator Usahaternak
skala kecil Usahaternak
skala sedang Usahaternak
skala besar Analisis Daya Saing
Keuntungan Privat 435,62
674,29 52,49
Keuntungan Sosial 1.685,76
1.790,72 1.607,90
Rasio Biaya Privat PCR 0,85
0,77 0,98
Rasio Biaya Sumberdaya Domestik DRC 0,56
0,53 0,57
Dampak Kebijakan Pemerintah Kebijakan Output
Transfer Output TO -946,97
-941,97 -946,97
Koefisien Proteksi Output Nominal NPCO 0,76
0,76 0,76
Kebijakan Input
Transfer Input TI 35,25
11,68 71,99
Koefisien Proteksi Input Nominal NPCI 1,24
1,09 1,36
Transfer Faktor 267,92
162,78 536,45
Kebijakan Input-Output
Koefisien Proteksi Efektif EPC 0,74
0,75 0,73
Transfer Bersih NT -1.250,14
-1.116,43 -1.555,41
Koefisien Keuntungan PC 0,26
0,38 0,03
Rasio Subsidi bagi Produsen SRP -0,32
-0,28 -0,39
Sumber : Data Primer, diolah 2011
5.1.1. Keunggulan Kompetitif
Analisis keunggulan kompetitif dari suatu komoditas ditentukan oleh nilai Keuntungan Privat KP dan nilai Rasio Biaya Privat PCR. Keuntungan
finansial usahaternak sapi perah adalah selisih antara penerimaan dari penjualan susu segar dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi susu yang dihitung
berdasarkan harga aktual atau harga pasar yaitu harga setelah adanya intervensi
dari pemerintah.
Berdasarkan hasil perhitungan Matriks Analisis Kebijakan diperoleh nilai Keuntungan Privat KP bernilai positif, artinya peternak yang menjalankan
usahaternak sapi perah pada skala usaha kecil, menengah, dan besar tersebut memperoleh profit diatas normal. Besar nilai KP menunjukkan besarnya
penerimaan yang diterima oleh para peternak setelah membayar seluruh biaya input produksi. Pada usahaternak skala kecil, besar nilai KP adalah Rp. 435,62,
pada usahaternak skala menengah diperoleh nilai KP sebesar Rp. 674,29 per liter
susu dan pada usahaternak skala besar diperoleh nilai KP sebesar Rp. 52,49 per liter susu. Hal ini berarti bahwa keuntungan yang diterima peternak sapi perah
dengan adanya kebijakan pemerintah pada saat dilakukan penelitian adalah sebesar Rp. 435,62 per liter susu pada usahaternak skala kecil, Rp. 674,29
per liter susu pada usahaternak skala menengah, dan Rp. 52,49 pada usahaternak skala
besar. Keuntungan privat lebih besar diterima pada usahaternak skala
menengah, hal ini dikarenakan biaya produksi untuk pengusahaan sapi perah pada skala menengah lebih rendah dibandingkan dengan usahaternak pada skala usaha
besar di wilayah penelitian. Selain itu, perbedaan harga jual susu segar yang terima peternak juga berbeda pada setiap skala usaha, dimana harga jual susu rata-
rata pada usahaternak skala menengah paling tinggi yaitu Rp. 3.005 per liter susu. Nilai keuntungan privat lebih besar dari nol tersebut menunjukkan bahwa
usahaternak sapi perah pada ketiga skala usaha dalam menghasilkan komoditi
susu segar menguntungkan secara privat dan dapat bersaing pada tingkat harga privat.
Selain analisis Keuntungan Privat KP, untuk menilai keunggulan kompetitif dari pengusahaan usahaternak sapi perah dapat digunakan Rasio Biaya
Privat PCR. PCR merupakan rasio antara biaya input non tradable dengan nilai tambah atau selisih antara penerimaan dan input tradable pada tingkat harga
aktual. Nilai PCR dapat menunjukkan bagaimana alokasi sumberdaya diarahkan untuk mencapai efisiensi finansial dalam memproduksi susu sapi segar. Apabila
nilai PCR yang diperoleh lebih kecil dari satu 1 maka suatu aktivitas dapat dikatakan efisien secara finansial pada saat ada kebijakan pemerintah. Semakin
kecil nilai PCR maka semakin tinggi tingkat keunggulan kompetitif yang dimiliki. Hasil Analisis Matriks Kebijakan menunjukkan bahwa nilai PCR pada
ketiga skala usaha memiliki nilai yang lebih kecil dari satu. Nilai PCR pada usahaternak skala kecil adalah 0,85, usahaternak skala menengah adalah 0,77, dan
usahaternak skala besar adalah 0,98. Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa usahaternak sapi perah di Kawasan Usaha Peternakan KUNAK, KPS Bogor
efisien secara finansial dan memiliki keunggulan secara kompetitif. Nilai PCR dari masing-masing skala usaha memiliki arti bahwa untuk mendapatkan nilai
tambah output sebesar satu satuan pada harga privat pada masing-masing skala usaha diperlukan tambahan biaya faktor domestik masing-masing sebesar 0,85
usahaternak skala kecil, 0,77 usahaternak skala menengah, dan 0,98 usahaternak skala besar. Dari nilai PCR tersebut dapat dilihat bahwa
usahaternak yang memiliki nilai efisiensi lebih besar secara finansial dan memiliki
keunggulan kompetitif lebih besar adalah usahaternak skala menengah dengan kepemilikan sapi laktasi empat hingga tujuh ekor.
5.1.2. Keunggulan Komparatif