berdasarkan kepemilikan sapi perah laktasi. Peternak dengan kepemilikan sapi laktasi satu hingga tiga ekor termasuk kedalam skala usaha kecil, skala usaha
menengah memiliki kepemilikan sapi laktasi empat hingga tujuh ekor dan skala usaha besar memiliki sapi laktasi lebih dari tujuh ekor. Penelitian ini dilakukan
pada saat adanya kebijakan penetapan tarif impor lima persen oleh pemerintah, selain itu lokasi serta waktu penelitian berbeda.
2.11 Kerangka Pemikiran Operasional
Susu merupakan salah satu komoditi hasil peternakan yang tingkat konsumsinya tinggi yaitu mencapai 8.90 kgkapitatahun pada tahun 2009.
Tingginya konsumsi susu di Indonesia meningkatkan permintaan susu dalam negeri. Peningkatan permintaan susu dalam negeri tidak dapat dipenuhi oleh
produksi dalam negeri. Hal ini menyebabkan Indonesia harus melakukan impor susu dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan susu nasional. Walaupun harga
susu impor jauh lebih tinggi dibanding harga Susu Segar Dalam Negeri SSDN, banyak konsumen, terutama konsumen industri memilih untuk mendapatkan susu
dari luar negeri. Tingginya harga susu impor tidak dapat merubah preferensi perusahaan atau konsumen untuk mengalihkan konsumsi susu ke produsen atau
koperasi dalam negeri. Jumlah impor susu sapi sekitar 70 persen GKSI, 2008, hal ini dikarenakan kualitas susu lokal jauh lebih rendah bila dibandingkan susu
impor. Rendahnya daya saing usahaternak sapi perah saat ini disebabkan karena
berbagai kendala, diantaranya rendahnya kualitas SDM peternak, permasalahan
teknis, masalah permodalan, dan masalah sosial kelembagaan. Rendahnya daya saing tersebut bedampak pada jumlah dan kualitas susu yang dihasilkan dari
usahaternak sapi perah. Salah satu pengembangan usahaternak sapi perah berada di Kawasan Usaha Peternakan KUNAK. KUNAK yang berada dibawah KPS
Bogor merupakan salah satu sentra penghasil susu terbesar di wilayah Kabupaten Bogor. Peternak yang berada dikawasan KUNAK mengembangkan usahaternak
sapi perah yang terbagi kedalam tiga skala usaha yaitu peternak yang memiliki jumlah sapi laktasi kurang dari tiga ekor, peternak yang memiliki jumlah sapi
laktasi tiga sampai tujuh ekor, dan peternak yang memiliki sapi laktasi lebih dari tujuh ekor. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat daya saing
susu yang dihasilkan oleh peternak sapi perah di Kawasan Usaha Peternakan KUNAK.
Pemerintah perlu meningkatkan daya saing usahaternak sapi perah dengan meningkatkan insentif bagi peternak dan koperasi. Pemerintah perlu
mengeluarkan kebijakan yang mendukung usahaternak sapi perah dan mendukung keberlanjutan koperasi susu sapi perah, misalnya pemberian subsidi pakan, obat-
obatan dan pemberian kredit. Namun, sejak tahun 2000 pemerintah telah mengurangi kebijakan pemberian subsidi pakan dan obat-obatan. Kebijakan
pemberian kredit kepada peternak juga mengalami kendala karena tingkat suku bunga kredit yang tinggi sehingga memberatkan peternak. Kebijakan Pemerintah
yang dianalisis dalam penelitian ini adalah dampak kebijakan dari Penetapan Tarif Bea Masuk Atas Impor Produk-Produk Susu Tertentu sesuai dengani peraturan
menteri keuangan PMK Nomor 101PMK.0112009 . Pemerintah melakukan
intervensi mengenai bea masuk bahan baku susu impor. Dalam PMK ini dijelaskan bahwa dalam rangka mendukung pengembangan industri susu di dalam
negeri perlu dilakukan perubahan tarif bea masuk BM atas impor produk-produk susu tertentu. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan bahwa tarif
BM atas impor produk-produk susu tertentu sebesar 5 persen yang meliputi produk susu mentega, susu dan kepala susu dikentalkan, yoghurt, kefir dan susu
serta kepala susu diragi atau diasamkan lainnya dan yang dipekatkan atau tidak. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur daya saing usahaternak sapi
perah. Penilaian daya saing dilakukan dengan menggunakan analisis Matriks PAM. Dalam Matriks PAM dilakukan secara finansial dan ekonomi. Penggunaan
PAM Policy Analysis Matrix untuk menganalisis beberapa komponen yaitu keunggulan kompetitif Rasio Biaya PrivatPCR, keunggulan komparatif Biaya
Sumberdaya Domestik DRC, dan dampak kebijakan pemerintah yaitu, kebijakan input IT, FT, dan NPCI, kebijakan output OT, dan NPCO dan kebijakan input-
output NT, EPC, PC, dan SRP. Setelah melakukan analisis PAM tahapan analisis selanjutnya adalah analisis sensitivitas untuk mengetahui perubahan
keunggulan komparatif dan kompetitif dari usahaternak sapi perah. Analisis sensitivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada saat terjadi
penurunan tarif impor lima persen dan saat terjadi penetapan tarif impor 15 persen. Ringkasan proses penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Kerangka Pemikiran
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Operasional
Daya saing usahaternak sapi perah yang rendah
Kendala :
Kualitas SDM peternak
Permasalahan teknis dan ekonomis
Permasalahan permodalan
kelembagaan
Hasil Akhir Gambaran daya saing dan kinerja usahaternak sapi perah
di Kawasan Peternakan KUNAK Dampak kebijakan pemerintah terhadap pengembangan
usahaternak sapi perah di KUNAK Analisis Sensitivitas
Matriks Analisis Kebijakan PAM
Dampak kebijakan pemerintah
Kebijakan input
Kebijakan output
Kebijakan input-output Keunggulan komparatif
Keuntungan sosial
Biaya sumberdaya
domestik DRC Keunggulan kompetitif
Keuntungan privat
Rasio biaya privat
PCR Kebijakan tarif impor 5 berdasarkan
PMK Nomor 101PMK.0112009 Jumlah produksi dalam negeri tidak dapat
memenuhi permintaan susu dalam negeri dan adanya persaingan dengan susu impor
Berbagai kendala dalam pengembangan usahaternak sapi perah
di Kawasan Peternakan KUNAK
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di daerah kerja Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan KPS Bogor KUNAK, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten
Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian difokuskan pada anggota koperasi tersebut yang tersebar pada tiga desa, yaitu Desa Pamijahan, Desa Pasarean, dan
Desa Situ Udik. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja purposive dan melalui beberapa pertimbangan diantaranya : 1 KPS Bogor KUNAK
merupakan lokasi kumpulan peternak sapi perah yang ada di Kabupaten Bogor, 2 Kecamatan Cibungbulang dan Kecamatan Pamijahan merupakan sentra
penghasil susu yang potensial di Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2011 yang meliputi survei lokasi penelitian,
penyusunan rencana kegiatan, pengumpulan data hingga penyusunan skripsi.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer meliputi jumlah produksi, biaya produksi, total penerimaan
usaha peternakan sapi perah anggota peternak KPS Bogor KUNAK. Data primer didapatkan dari hasil pengamatan, pengisisan kuisioner dan wawancara secara
langsung kepada pihak peternak dan pihak-pihak terkait lainnya seperti penjual susu, pegawai atau pengurus KPS Bogor dan KPS Bogor KUNAK dan warga
sekitar Kawasan Usaha Peternakan. Data sekunder yang digunakan adalah data