pemerintah bersifat melindungi atau menghambat produksi domestik. Nilai EPC yang lebih besar dari satu EPC1 mengindikasikan bahwa kebijakan yang
melindungi produsen domestik berjalan efektif, sedangkan nilai EPC kurang dari saru EPC1 menunjukkan kebijakan yang melindungi produsen domestik tidak
berjalan efektif. Berdasarkan hasil analisis, nilai EPC yang didapatkan dalam penelitian
ini adalah 0,74 untuk usahaternak skala kecil, 0,75 untuk usahaternak skala menengah, dan 0,73 untuk usahaternak skala besar. Nilai EPC yang kurang dari
satu pada ketiga usahaternak skala sapi perah di KUNAK, KPS Bogor menunjukkan bahwa kebijakan input-output tidak dapat berjalan efektif atau
menghambat peternak lokal dalam hal pengusahaan menghasilkan susu sapi segar. Hal ini dikarenakan harga privat output yang diterima peternak lebih kecil
dibandingkan dengan harga sosialnya, dan harga input non-tradable yang diterima peternak juga lebih mahal daripada harga bayangannya.
b. Transfer Bersih NT
Nilai Transfer bersih menunjukkan selisih antara keuntungan privat dengan keuntungan sosial. Transfer bersih adalah penjumlahan dari transfer
output, transfer input dan transfer faktor domestik. Apabila nilai NT lebih besar dari satu NT 1 berarti terjadi penambahan pada surplus produsen yang
disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang diterapkan pada input dan output. Sedangkan apabila nilai NT kurang dari satu NT 1 berarti terjadi pengurangan
pada surplus produsen akibat dari adanya suatu kebijakan yang diterapkan pada input dan output.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Tabel 5.2, nilai NT bernilai negatif pada ketiga usahaternak skala. Nilai NT yang diperoleh pada msing-masing skala
usaha adalah Rp. 1.250,14 per liter susu usahaternak skala kecil, Rp. 1.116,43 per liter susu usahaternak skala menengah dan Rp. 1.555,41 per liter susu pada
usahaternak skala besar. Hal ini berarti bahwa terjadi pengurangan surplus produsen sebesar nilai NT pada masing-masing usahaternak skala yang
disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang berlaku pada saat ini. Keuntungan yang diperoleh produsen pada kondisi adanya kebijakan pemerintah dan distorsi
pasar pada saat ini lebih rendah Rp. 1.250,14 per liter susu usahaternak skala kecil, Rp. 1.116,43 per liter susu usahaternak skala menengah dan Rp.
1.555,41 per liter susu pada usahaternak skala besar dibandingkan kerugian apabila tidak ada intervensi pemerintah.
c. Koefisien Keuntungan PC
Dampak dari seluruh transfer atas keuntungan privat dapat diukur dengan Profitabilitas Coefficient
PC. PC sama dengan rasio antara keuntungan privat dan keuntungan sosial. Tabel 5.2 menunjukkan nilai PC yang dihasilkan dari
masing-masing usaha ternak memiliki nilai kurang dari satu. Nilai PC sebesar 0,26 usahaternak skala kecil , 0,38 usahaternak skala menengah, dan 0,03
usahaternak skala besar berarti bahwa keuntungan produsen dengan intervensi dan distorsi yang terjadi saat ini adalah 0, 26 kali dari keuntungan sosial pada
usahaternak skala kecil, 0, 38 kali dari keuntungan sosial pada usahaternak skala menengah, dan 0,03 kali dari keuntungan sosial untuk usahaternak skala besar .
Nilai PC tersebut juga menunjukkan bahwa produsen harus mengeluarkan dana
kepada konsumen IPS sebesar 74 persen pada usahaternak skala kecil, 62 persen pada usahaternak skala menengah dan 97 persen pada usahaternak skala besar,
sehingga keuntungan yang diterima peternak lebih kecil daripada keuntungan sosialnya.
d. Rasio Subsidi bagi Produsen SRP