a. Transfer Output OT
Transfer output terjadi karena adanya divergensi pada harga output yang terjadi karena adanya perbedaan antara harga privat dengan harga sosialnya. Nilai
TO positif menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah pada output menyebabkan harga output privat lebih besar dibandingkan dengan harga output pada harga
bayangan. Hal ini menunjukkan adanya insentif dari konsumen kepada produsen dimana konsumen membayar harga lebih tinggi dari harga yang seharusnya
dibayarkan. Nilai TO negatif bearti bahwa kebijakan pemerintah dan distorsi pasar menyebabkan harga output pada harga privat menjadi lebih rendah
dibandingkan dengan harga bayangannya. Hasil analisis pada tabel PAM, nilai OT adalah negatif pada ketiga
usahaternak skala. Pada uasahaternak skala kecil, nilai OT sebesar Rp. 946,97 per liter susu, Rp. 941,97 per liter susu pada usahaternak skala menengah, dan Rp.
946,97 pada usahaternak skala besar. Niali OT yang negatif pada masing-masing skala usaha tersebut menu jukkan adanya divergensi dimana harga privat output
susu segar yang dihasilkan oleh para peternak di KUNAK, KPS Bogor lebih rendah dibandingkan dengan harga sosialnya. Kondisi tersebut menjelaskan
bahwa adanya kebijakan pemerintah terhadap output susu segar akan lebih menguntungkan konsumen karena konsumen membeli susu segar dengan harga
yang lebih rendah dari harga yang seharusnya. Konsumen mendapat transfer output sebesar Rp. 946,97 per liter susu
dari usahaternak skala kecil, Rp. 941,97 per liter susu dari usahaternak skala menengah, dan Rp. 946,97 dari usahaternak skala besar sehingga konsumen IPS
dapat membeli susu dengan harga yang lebih rendah sebesar OT dari masing- masing peternak pada ketiga skala usaha dari harga yang seharusnya diterima
peternak jika tidak ada intervensi pemerintah atau distorsi pasar. Kebijakan pemerintah berupa penetapan tarif impor sebesar lima persen, tidak berjalan
efektif karena pada kenyataannya produsen susu dalam negeri peternak masih sulit bersaing dengan susu impor. Kecenderungan IPS untuk lebih suka membeli
susu impor juga merupakan salah satu kendala bagi para peternak lokal untuk meningkatkan usahanya. Tarif impor sebesar lima persen masih dirasa rendah
oleh para peternak karena belum dapat meningkatkan efisiensi usaha mereka. Berdasarkan nilai TO, usahaternak sapi perah pada ketiga skala usaha
mengalami kerugian yang berbeda-beda. Perbedaan besarnya kerugian ini tergantung dari besarnya harga jual susu yang diterima oleh peternak. Peternak
pada skala usaha menengah mendapatkan harga jual susu yang lebih tinggi dibandingkan dengan peternak pada skala usaha kecil dan besar. Divergensi untuk
penerimaan output yang bernilai negatif ini juga terjadi karena harga sosial susu diperhitungkan berdasarkan harga susu impor yang harganya lebih tinggi
dibandingkan dengan harga susu dalam negeri dengan standar dan kualitas yang sama.
b. Koefisien Proteksi Output Nominal NPCO