Dampak Kebijakan Pemerintah Analisis daya saing dan dampak kebijakan pemerintah terhadap usaha peternakan sapi perah (Studi Kasus : Peternak Anggota Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan Bogor KUNAK, Jawa Barat)

I. Dampak Kebijakan Pemerintah

1. Kebijakan Output

A. Output Transfer Transfer Output, I = A – E

Nilai I menunjukkan adanya kebijakan pemerintah yang diterapkan pada output sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan pada harga output privat dan sosial. Jika I bernilai positif berarti terdapat transfer insentif dari masyarakatnegara konsumen terhadap produsen atau ada transfer sumber daya yang menambah keuntungan sistem. Hal ini berarti konsumen membeli dari produsen dan mendapat harga yang lebih tinggi dari harga sebenarnya, dan sebaliknya jika I bernilai negatif berarti konsumen membeli dari produsen dan mendapat harga yang lebih rendah dari harga sebenarnya atau ada transfer sumber daya yang mengurangi keuntungan sistem.

B. Nominal Protection Coefficient on Tradable Output Koefisien

Proteksi Output Nominal, NPCO = AE NPCO adalah suatu rasio yang dibuat untuk mengukur output transfer. Nilai NPCO menunjukkan seberapa besar harga output domestik harga privat berbeda dengan harga sosial. Bila nilai NPCO 1 berarti harga output di pasar domestik lebih tinggi dari harga impor atau ekspor atau berarti sistem mendapat suatu proteksi kebijakan. Sebaliknya jika nilai NPCO 1 berarti harga output di pasar domestik lebih rendah dari harga di pasar dunia.

2. Kebijakan Input

A. Input Transfer Transfer Input, J = B – F

Transfer Input terjadi ketika terjadi perbedaan pada harga input tradable yang menyebabkan biaya input tradable privat berbeda dengan biaya sosialnya. Nilai J positif menyebabkan suatu implisit pajak atau transfer sumber daya keluar dari sistem. Hal ini menunjukkan besarnya transfer melalui penerapan tarif impor kepada produsen.

B. Nominal Protection Coefficient on Tradable Input Koefisien

Proteksi Input Nominal, NPCI = BF NPCI merupakan rasio untuk mengukur transfer input tradable. NPCI menunjukkan seberapa besar perbedaan harga domestik dari input tradable dengan harga sosialnya. Jika nilai NPCI 1 biaya input domestik lebih mahal daripada biaya input pada tingkat harga dunia. Hal ini menunjukkan adanya proteksi pada produsen input yang dapat menyebabkan kerugian bagi sektor yang menggunakan input tersebut karena biaya produksi menjadi lebih tinggi. Sebaliknya jika nilai NPCI 1 biaya input domestik lebih rendah dibandingkan dengan biaya input pada tingkat harga dunia. Hal ini menunjukkan adanya subsidi oleh kebijakan yang ada, sehingga proses produksi pada usaha tani menggunakan input dalam negeri.

C. Transfer Faktor TF, K = C – G

Transfer faktor disebabkan karena adanya perbedaan pada faktor domestik yang menyebabkan harga privat faktor domestik berbeda dengan harga sosialnya. Transfer faktor dapat bernilai positif ataupun negatif. Transfer faktor bernilai positif berarti terdapat transfer sumberdaya keluar sistem atau menyebabkan terjadinya implisit pajak. Sedangkan transfer faktor berniali negatif berarti terdapat transfer sumberdaya ke dalam sistem atau menyebabkan terjadinya implisit subsidi.

3. Kebijakan Input-Output

A. Effective protection Coefficient Koefisien Proteksi Efektif, EPC

= A – BE – F EPC merupakan suatu rasio yang membandingkan nilai tambah pada tingkat harga domestik dengan nilai tambah pada tingkat harga dunia. EPC memiliki tujuan untuk menunjukkan dampak transfer gabungan yang disebabkan oleh sebuah kebijakan, baik transfer output maupun transfer input. EPC dapat menggambarkan efektivitas kebijakan pemerintak bersifat melindungi atau menghambat produksi. Jika nilai EPC 1, kebijakan pemerintah dapat melindungi konsumen domestik dan sebaliknya.

B. Net Transfer Transfer Bersih, L = D – H

Nilai Transfer bersih menunjukkan selisih antara keuntungan privat dengan keuntungan sosial. Transfer bersih adalah penjumlahan dari transfer output, transfer input dan transfer faktor domestik. Apabila nilai L 1 berarti terjadi penambahan pada surplus produsen yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang diterapkan pada input dan output. Sedangkan apabila nilai L 1 berarti terjadi pengurangan pada surplus prosen akibat dari adanya suatu kebijakan yang diterapkan pada input dan output.

C. Profitabilitas Coefficient Koefisien Keuntungan, PC = DH

Dampak dari seluruh transfer atas keuntungan privat dapat diukur dengan Profitabilitas Coefficient PC. PC sama dengan rasio antara keuntungan privat dan keuntungan sosial. Nilai PC 1 berarti secara keseluruhan kebijakan yang diterapkan pemerintah memberikan insentif terhadap produsen.

D. Subsidy Ratio to Producer Perbandingan Subsidi bagi Produsen,

SPR = LE SRP adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seluruh dampak transfer yang merupakan perbandingan antara transfer bersih dengan nilai output pada tingkat harga dunia. SPR juga dapat menunjukkan pengaruh transfer terhadap perubahan pendapatan dari suatu sistem. Nilai SRP yang negatif berarti terjadi besarnya pengeluaran produsen pada biaya produksi lebih besar dibandingkan biaya imbangannya akibat adanya kebijakan pemerintah tersebut. Kelebihan model PAM ini adalah selain diperoleh koefisien DRCR Domestic Resource Cost Ratio sebagai indikator keunggulan komparatif, Analisis ini juga dapat menghasilkan beberapa indikator lain yang berkait dengan variabel daya saing, seperti PCR Private Cost Ratio untuk menilai keunggulan kompetitif, NPCO Nominal Protection Coefficient on tradable Output, NPCI Nominal Protection Coefficient on tradable Inputs, EPC Effective Protection Coefficient , PC Protitability Coeffisient, dan SRP Subsidy Ratio to Producers. Untuk mendapatkan nilai-nilai koefisien tersebut, setiap unit biaya input, output, dan keuntungan dikelompokkan ke dalam harga pasar privat dan harga sosial. Dari selisih perhitungan berdasarkan kedua kelompok harga tersebut diperoleh angka transfer untuk menilai dampak dari penerapan kebijakan pemerintah yang berlaku pada usaha peternakan sapi perah dan mengukur dampak dari adanya kegagalan failure pasar.

IV. GAMBARAN UMUM