merupakan selisih antara baris pertama dengan baris kedua yang menggambarkan divergensi. Untuk kolom pertama merupakan kolom penerimaan, kolom kedua
merupakan kolom biaya input tradable, kolom ketiga merupakan kolom biaya input non tradable dan kolom keempat merupakan kolom keuntungan yang
merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya.
2.10 Penelitian Terdahulu
Kuraisin 2006 tentang Analisis Daya Saing dan Dampak Perubahan Kebijakan Pemerintah terhadap Komoditi Susu Sapi Kasus di Desa Tajur Halang,
Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor dengan menggunakan metode analisis Policy Analysis Matrix
PAM. Hasil analisis didapatkan bahwa pada ketiga skala usahaternak sapi perah yang ada di Desa Tajurhalang menguntungkan secara
finansial dan secara ekonomi dengan ada atau tidak adanya kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah yang diterapkan pada komoditas susu menyebabkan surplus
produsen berkurang dimana keuntungan privat yang didapatkan lebih kecil daripada keuntungan sosial dan tidak memberikan proteksi yang positif.
Kebijakan pemerintah berupa pengurangan subsidi pakan ternak dan obat-obatan membuat peternak tidak memperoleh insentif bagi peningkatan skala usahanya.
Nilai kebijakan tarif impor susu sangat rendah yaitu sebesar 5 persen, sehingga meningkatkan jumlah impor susu oleh IPS. Hasil analisis sensitivitas terjadi
peningkatan harga pakan ternak sebesar 30 persen, penurunan harga susu sebesar 5 persen, dan pada hasil analisis sensitivitas gabungan menunjukkan bahwa usaha
tani sapi perah pada ketiga skala usaha memiliki keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif.
Siregar 2009 tentang Analisis Dampak Penghapusan Tarif Impor Susu terhadap Daya Saing Komoditi Susu Sapi Lokal Studi Kasus: Peternak Anggota
TPK Cibedug, KPSBU Jawa Barat. Metode pengolahan dan analisis yang digunakan adalah Policy Analysis Matrix PAM. Hasil analisis PAM
menunjukkan bahwa TPK Cibedug, KPSBU Jawa Barat memiliki daya saing secara finansial maupun ekonomi dalam menghasilkan susu sapi segar walaupun
dalam keadaan tarif impor susu sebesar nol persen. Nilai keuntungan privat lebih besar dari nol yaitu Rp 604,35 per liter dan keuntungan sosial sebesar Rp 1.058,20
per liter. Selain itu pengusahaan sapi perah tersebut juga memiliki keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif dilihat dari nilai DRC lebih kecil dari satu
yaitu 0,66 dan PCR sebesar 0,78. Dalam analisis sensitivitas di dapatkan hasil adanya penghapusan tarif impor susu menyebabkan berkurangnya daya saing
komoditi susu sapi lokal. Hal ini ditandai dengan meningkatnya nilai PCR dan DRC yang mengindikasikan adanya penurunan nilai keunggulan komparatif dan
kompetitif. Pratama 2010 tentang Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan
Pemerintah terhadap Komoditas Susu Sapi Perah Studi Kasus Anggota Koperasi Peternak Garut Selatan, Jawa Barat. Metode analisis yang digunakan adalah
Policy Analysis Matrix PAM. Dari hasil perhitungan menggunakan metode PAM, usahaternak sapi perah memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif.
Usahaternak sapi perah memiliki penerimaan privat dalam memproduksi susu segar adalah sebesar Rp 787,9 per liter susu dan keuntungan sosial sebesar Rp
1.706,5 per liter. Akan tetapi, dari hasil analisis menunjukkan adanya divergensi
yang menjelaskan bahwa ada penyimpangan, sehingga peternak mendapatkan hasil dari kegagalan tersebut baik kegagalan di pasar input maupun kegagalan si
pasar output. Berdasarkan hasil analisis perbulan, usahaternak sapi perah mengntungkan baik secara finansial maupun ekonomi. Analisis sensitivitas
menunjukkan adanya kebijakan penghapusan tarif impor susu dari lima persen menjadi nol persen menurunkan keuntungan privat dan sosial. Hal ini
menyebabkan adanya penurunan daya saing komoditi susu sapi lokal baik dari aspek keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif.
Sunandar 2007 tentang Analisis dan Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Pengusahaan Komoditi Tanaman Karet Alam kasus di Kecamatan
Cambai, Kota Prabumulih, Provinsi Sumatera Selatan. Metode analisis yang digunakan adalah Policy Analysis Matrix PAM. Dari hasil analisis karet alam
memiliki keunggulan kompetitif dan keuntungan finansial karena nilai keuntungannya positif. Hal ini ditunjukkan dengan hasil PCR sebesar 0,43 dan
keuntungan privat sebesar Rp 6.903,94 per kilogram. Selain itu keunggulan komparatif dengan nilai DRC sebesar 0,77 dan nilai keuntungan sosial yang
positif, yaitu sebesar Rp 2.791,39 per kilogram. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan dengan adanya perubahan harga output yang menurun sebesar 6
persen akan menaikkan harag input pupuk sebesar 6 persen dan dari hasil analisis gabungan menujukkan bahwa pengusahaan komoditi tanaman karet alam
memiliki daya saing. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada
penelitian ini dilakukan dengan membagi usaha ternak pada ketiga skala usaha
berdasarkan kepemilikan sapi perah laktasi. Peternak dengan kepemilikan sapi laktasi satu hingga tiga ekor termasuk kedalam skala usaha kecil, skala usaha
menengah memiliki kepemilikan sapi laktasi empat hingga tujuh ekor dan skala usaha besar memiliki sapi laktasi lebih dari tujuh ekor. Penelitian ini dilakukan
pada saat adanya kebijakan penetapan tarif impor lima persen oleh pemerintah, selain itu lokasi serta waktu penelitian berbeda.
2.11 Kerangka Pemikiran Operasional