input output fisik usahaternak sapi perah, harga finansial dan ekonomi input output usaha sapi perah, struktur ongkos usaha sapi perah dan data pendukung
lainnya yang diperoleh melalui fasilitas internet. Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang berasal dari beberapa instansi yang terkait
dengan objek penelitian seperti Badan Pusat Statistik BPS, Direktorat Jendral Peternakan, Gabungan Koperasi Susu GKSI, dan studi pustaka melalui
pengumpulan data yang berasal dari literatur dan buku-buku. Untuk input output yang dapat diperdagangkan secara internasional, harga sosial dapat dihitung
berdasarkan harga perdagangan internasional. Untuk komoditas yang diimpor dipakai harga CIF Cost, Insurance and Freight sedangkan untuk menghitung
harga sosial input non tradable digunakan harga imbangannya opportunity cost.
3.3 Metode Penentuan Sampel
Dalam penelitian ini responden yang diteliti adalah para peternak dari usaha peternakan sapi perah anggota KPS Bogor yang berada di Kawasan Usaha
Peternakan KUNAK. Responden yang diambil adalah para peternak yang berasal dari enam kelompok peternak, diantaranya kelompok peternak bersih,
segar, tertib, mandiri, indah dan aman. Jumlah responden yang diteliti yaitu sebanyak 30 orang peternak yang dipilih berdasarkan metode sensus. Penentuan
jumlah responden didasarkan pada karateristik responden sebagai pemilik usahaternak tersebut. Penentuan jumlah responden peternak sapi perah terkait
dengan keadaan dari populasi yang bersifat homogen dalam hal struktur biaya usaha ternak rakyat, sehingga jumlah 30 orang sampel dianggap sudah mewakili
karateristik dan keragaman struktur biaya usahaternak sapi perah anggota KPS Bogor KUNAK.
3.4 Metode Analisis Data
Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan untuk menginterpretasi data
yang diperoleh, sedagkan analisis kuantitatif dilakukan dengan cara pengumpulan data, lalu dilakuakan pengolahan data sehingga dapat diperoleh suatu data yang
valid yang disederhanakan dalam bentuk tabulasi. Analisis deskriptif kualitatif dan analisis kuatitatif dengan menggunakan metode Policy Analysis Matrix
PAM. Dalam pengolahan data, data diolah menggunakan program Microsoft Excel
dan Tabel Input Output Indonesia tahun 2000 untuk mengalokasikan biaya dan komponen tradable dan non-tradable. Pengolahan data dengan menggunakan
metode PAM harus malalui beberapa tahapan, yaitu 1 dalam membangun model PAM harus dilakukan penentuan input usaha peternakan sapi perah, 2
pengalokasian input kedalam komponen tradable dan non tradable, 3 penentuan
harga bayangan input dan output produksi.
3.4.1. Menentukan Input dan Output
Dalam penelitian ini, input yang diperhitungkan adalah semua komponen input yang digunakan dalam proses produksi. Komponen input tersebut antara
lain: pakan ternak, obat-obatan, tenaga kerja, peralatan, lahan, pajak, biaya air, biaya listrik dan biaya tataniaga. Output yang dihasilkan berupa susu segar yang
siap dijual.
3.4.2. Alokasi Komponen Biaya Domestik dan Asing
Komponen biaya yang dikeluarkan selama proses produksi terdiri dari komponen biaya domestik dan biaya asing. Pengalokasikan biaya menjadi
komponen domestik dan asing dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu Pendekatan Langsung Direct Approach dan Pendekatan Total Total Approach
Monke dan Pearson, 1989. Pada penelitian ini digunakan pendekatan total untuk mengalokasikan biaya komponen domestik nontradable dan asing tradable.
Pendekatan total mengasumsikan setiap biaya input tradable dibagi ke dalam komponen biaya domestik dan asing serta dipergunakan apabila produsen lokal
dilindungi. Dalam penelitian ini input yang digunakan termasuk kedalam komponen tradable adalah pakan konsentrat, obat-obatan serta biaya tataniaga,
sedangkan untuk komponen input non-tradable yaitu pakan hijauan, ampas tahu, tenaga kerja, sewa lahan, biaya air dan listrik, peralatan dan input lainnya sesuai
dengan pengunaan tabel Input Output 2000.
3.4.3. Alokasi Biaya Produksi
Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu komoditi atau produk baik secara tunai maupun diperhitungkan.
Pengalokasian biaya produksi ke dalam komponen asing tradable atau komponen domestik nontradable ditentukan berdasarkan jenis input, penilaian
biaya input tradable dan nontradable dalam biaya total input Pearson et al., 2005. Input-input tradable seperti pakan konsentrat, obat-obatan, dan biaya tata
niaga digolongkan ke dalam komponen biaya asing. Input-input nontradable seperti pakan hijauan, ampas tahu, tenaga kerja, peralatan, dan biaya lainnya
digolongkan ke dalam komponen biaya domestik. Tenaga kerja pertanian dianggap homogen, karena semua dianggap sebagai tenaga kerja tidak terampil,
dan tidak ada perbedaan upah antara tenaga kerja pria dan wanita. Tenaga kerja dibedakan antara tenaga kerja keluarga dan non-keluarga yang berpengaruh
terhadap perbedaan tingkat upah. Biaya tenaga kerja dihitung per Hari Orang Kerja HOK dengan satu HOK adalah delapan jam kerja dan memiliki upah yang
berbeda-beda. Upah yang dibeikan kepada tenaga kerja adalah berupa upah bulanan.
3.4.4. Alokasi Biaya Tataniaga
Biaya tataniaga adalah biaya yang dikeluarkan untuk menambah nilai atau kegunaan suatu barang akibat perubahan kegunaan tempat, kegunaan bentuk, dan
kegunaan waktu Gittinger, 1986. Biaya tataniaga dihitung dari seluruh biaya tataniaga dari daerah produsen hingga ke konsumen, atau dari daerah produsen
sampai ke pelabuhan ekspor atau dari pelabuhan impor sampai ke konsumen.
3.4.5 Metode Analisis Harga Bayangan
Menurut Gitingger 1986, harga bayangan adalah sebagian harga yang terjadi dalam perekonomian pada keadaan persaingan sempurna dan kondisinya
dalam keadaan keseimbangan. Namun pada kenyataannya kondisi biaya imbangan sama dengan harga pasar sulit ditemukan. Oleh karena itu di perlukan
penyesuaian terlebih dahulu terhadap harga pasar yang berlaku untuk memperoleh nilai yang mendekati biaya imbangan atau harga sosial.
Alasan dari penggunaan harga bayangan, diantaranya : a.
Harga bayangan tidak mencerminkan korbanan yang dikeluarkan jika sumber daya tersebut dipakai untuk kegiatan lainnya,
b. Harga yang berlaku dipasar tidak menunjukkan apa yang sebenarnya
diperoleh masyarakat melalui suatu produksi dari aktivitas tersebut.
3.4.5.1 Harga Bayangan Nilai Tukar
Harga bayangan nilai tukar dihitung berdasarkan metode Square dan Van der Task. Penetapan nilai tukar rupiah didasarkan pada perkembangan nilai tukar
dollar. Metode tersebut dirumuskan sebagai berikut :
Dimana :
SER = Nilai Tukar Bayangan RpUS
OER = Nilai Tukar Resmi RpUS
SCFt = Faktor Konversi Standar
Nilai faktor konversi standar yang merupakan rasio dari nilai impor dan ekspor ditambah pajaknya dapat ditentukan sebagai berikut :
–
Dimana :
SCF
t
= Faktor Konversi Standar untuk tahun ke-t M
t
= Nilai Impor Indonesia untuk tahun ke-t Rp X
t
= Nilai Ekspor Indonesia untuk tahun ke-t Rp Tm
t
= Penerimaan Pemerintah dari Pajak Impor untuk tahun ke-t Rp Tx
t
= Penerimaan Pemerintah dari Pajak Ekspor untuk tahun ke-t Rp
Dengan menggunakan rataan kurs rupiah terhadap dollar AS OER selama tahun 2010 senilai Rp. 9.034 US pada tahun 2010 nilai SER adalah
sebesar Rp 9.073,71 dan nilai SCF adalah sebesar 99,56 persen.
3.4.5.2 Harga Bayangan Output
Haraga perbatasan border price adalah harga yang digunakan sebagai harga bayangan output. Komoditi susu sapi yang dihasilkan peternak di lokasi
penelitian merupakan subtitusi impor. Penghitungan mengenai harga bayangan output pada penelitian ini adalah harga c.i.f cost insurance freight atau harga
bayangan untuk produk yang di impor. Harga c.i.f yang digunakan adalah harga c.i.f di pelabuhan impor pelabuhan Tanung Priok karena posisi Indonesia
sebagai negara pengimpor untuk produk susu. Harga bayangan dengan menggunakan harga c.i.f cost insurance freight
dikonversi terlebih dahulu menggunakan harga bayangan nilai tukar rupiah SER Shadow Exchange Rate yang berlaku pada saat ini dengan biaya tata niaga untuk
produk yang diimpor tersebut. Rumus perhitungannya dapat ditulis sebagai berikut [c.i.f x SER + biaya tata niaga]. Untuk menghitung harga susu dunia
setara dengan harga susu segar dalam negeri peneliti menggunakan formulasi yang mengacu kepada Erwidodo dan Sayaka dalam Atien et al 2009. Formulasi
tersebut menggunakan pendekatan dimana harga susu dunia dihitung atas dasar harga satu kilogram Full Cream Milk Powder FCMP setara dengan delapan
kilogram susu segar. Sekitar 80 persen biaya satu kilogram FCMP merupakan biaya susu segar ditambah biaya tata niaga biaya transportasi dan
handling bongkar muat dari pelabuhan sampai ke peternak yaitu sebesar 2,5
persen. Perhitungan harga susu FCMP didasarkan pada data rata-rata harga susu
pada bulan Januari hingga Maret 2010 International Dairy Product Prices,
2010 . Harga rata-rata susu FCMP per liter setelah dikonversi adalah sebesar Rp.
3.850,70, dimana harga tersebut sudah termasuk biaya pengapalan dan administrasi. Harga bayangan susu yang digunakan adalah Rp. 3.946,97 per liter
susu, nilai tersebut diperoleh dari harga susu impor dikalikan dengan SER dan ditambah 2.5 persen biaya tataniaga.
3.4.5.3 Harga Bayangan Input 1. Harga Bayangan Pakan Ternak
Pakan yang digunakan oleh para peternak dalam usahaternak sapi perah
dibagi dalam dua kelompok pakan yaitu pakan hijauan dan pakan konsentrat. Selain itu terdapat jenis pakan tambahan yaitu ampas tahu. Pakan hijauan
merupakan pakan utama ruminansia karena melalui fermentasi di dalam rumen oleh mikroba, serta dapat menyediakan energi untuk memenuhi kebutuhan hidup
pokok. Sementara pakan konsentrat adalah campuran bahan pakan yang kaya energi dan protein, yang berguna untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas susu
sapi perah laktasi. Penyediaan bahan pakan sapi perah harus mempertimbangkan faktor palatabilitas tingkat kesukaan sapi, nilai nutrisi, ketersediaan dan tidak
bersaing dengan kebutuhan manusia, serta harga terjangkau. Pakan hijau yang dibutuhkan oleh para peternak sapi sebagian besar
didapatkan di lahan-lahan terbuka. Jenis pakan hijau yang biasa digunakan diantaranya berupa rumput-rumputan yang terdiri dari Rumput gajah Pennisetum
purpureum , Rumput Raja King grass, benggala Pennisetum maximum, rumput
lapang dan BD Brachiaria decumbens. Jenis pakan konsentrat dibeli peternak
melalui koperasi. Pakan konsentrat mengandung kadar serat kasar yang rendah dan mudah dicerna seperti, dedak, kedelai, bungkil kelapa, dan bungkil kacang.
Harga bayangan pakan yang terdiri dari pakan hijauan dan ampas tahu ditentukan berdasarkan harga yang berlaku di pasar. Hal ini dikarenakan sejak
tahun 2000 subsidi untuk pakan sudah dicabut oleh pemerintah. Akan tetapi harga bayangan konsentrat ditentukan berdasarkan harga pasar internasional yaitu harga
cif pakan ternak ditambah dengan biaya-biaya tata niaga lainnya.
2. Harga Bayangan Obat-obatan
Obat-obatan yang digunakan oleh para peternak diperoleh dari koperasi. Jenis obat-obatan tersebut sebagian di produksi di Indonesia dan sebagian lagi di
impor dari luar negeri. Jenis obat-obatan yang digunakan dalam usahaternak sapi perah yaitu mineral, vasselin, dan biosid. Sebagian obat-obatan bahan bakunya
masih didatangkan dari luar negeri, namun harga bayangan jenis obat-obatan yang diimpor dari luar negeri didasarkan pada harga c.i.f cost insurance freight.
Setelah itu dilakukan penyesuaian dengan melakukan penambahan atau pengurangan biaya transportasi atau pemasaran.
3. Harga Bayangan Tenaga Kerja
Dalam pasar persaingan sempurna tingkat upah pasar mencerminkan nilai produktivitas marginalnya Gittinger, 1986. Tingkat upah memiliki nilai
yang berbeda untuk setiap kriteria tenaga kerja. Untuk tenaga kerja terdidik, upah tenaga kerja bayangan sama dengan upah pasar finansial sedangkan untuk
tenaga kerja tidak terdidik, harga bayangan upahnya disesuaikan terhadap harga
finansialnya dengan asumsi tenaga kerja tersebut belum bekerja sesuai dengan tingkat produktivitasnya. Tenaga kerja yang digunakan oleh peternak dalam
membantu kegiatan usahatani adalah tenaga kerja tidak tetap dan pada umumnya tidak terdidik. Penentuan harag bayangan tenaga kerja menggunakan pendekatan
perhitungan yang dilakukan Yudja 2001 dan Suryana 1980 dalam Emilya 2001 yaitu sebesar 80 persen dari tingkat upah yang berlaku didaerah penelitian.
4. Harga Bayangan Lahan
Lahan merupakan suatu faktor produksi yang termasuk kedalam suatu input non-tradable dalam suau sistem usahatani. Menurut Gittinger 1986, harga
bayangan lahan ditentukan berdasarkan nilai sewa lahan yang diperhitungkan tiap musim tanam yang berlaku di masing-masing tempat. Sulit untuk mengukur nilai
dari suatu usahatani yang dilakukan dalam suatu lahan oleh karena itu penentuan harga bayangan dilakukan berdasarkan oleh nilai sewa lahan tersebut.
5. Harga Bayangan Pajak
Dalam penelitian ini, harga bayangan pajak dikeluarkan dari penilaian harga sosial. Oleh karena itu, harga finansial untuk pajak bumi dan bangunan
PBB dalam penelitian ini dihitung dalam waktu sebulan sedangkan harga bayangannya tidak diperhitungkan. Hal ini dikarenakan pajak merupakan bagian
dari hasil neto proyek yang diserahkan kepada pemerintah untuk digunakan bagi kepentingan masyarakat sebagai keseluruhan, oleh karena itu tidak dianggap
sebagai biaya Kadariah, 2001.
6. Harga Bayangan Tataniaga
Biaya tataniaga adalah biaya yang dikeluarkan untuk menambah nilai atau kegunaan suatu barang akibat perubahan kegunaan tempat, kegunaan bentuk,
dan kegunaan waktu Gittinger, 1986. Perhitungan biaya tataniaga adalah seluruh biaya tataniaga dari produsen hingga ke konsumen atau dari produsen hingga ke
pelabuhan ekspor atau dari pelabuhan impor hingga ke konsumen. Biaya tataniaga yang dikeluarkan pada penelitian ini adalah biaya
pengangkutan pakan dari produsen hingga ke peternak dan biaya pengangkutan susu dari peternak hingga ke koperasi. Harga bayangan tata niaga untuk biaya
pengangkutan pakan dan susu adalah dengan menggunakan harga pasar ditambah dengan biaya subsidi dari Bahan Bakar Minyak BBM sebesar 36,7 persen.
3.5 Matriks Analisis Kebijakan
Policy Analysis Matrix
Metode PAM Policy Analysis Matrix dikembangkan oleh Monke dan Person sejak tahun 1987. Metode PAM membantu pengambil kebijakan baik di
pusat maupun di daerah untuk menelaah tiga isu sentral analisis kebijakan pertanian. Isu pertama berkaitan dengan pertanyaan apakah sebuah sistem usaha
tani memiliki daya saing pada tingkat harga dan teknologi yang ada. Sebuah kebijakan harga akan mengubah nilai output dan biaya input dan keuntungan
privat. Isu kedua adalah dampak investasi publik, dalam bentuk pembangunan infrastruktur baru, terhadap tingkat efisiensi sistem usaha tani. Efisiensi diukur
dari tingkat sosial. Isu ketiga adalah dampak investasi baru dalam bentuk riset atau teknologi pertanian terhadap tingkat efisiensi sistem usaha tani Pearson, et
al , 2005. Oleh sebab itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan keunggulan kompetitif dan komparitif model PAM dengan formulasi seperti pada Tabel 2.2 pada bab sebelumnya.
Daya Saing Usahaternak Sapi Perah 1.
Analisis Keuntungan Finansial dan Keuntungan Sosial A.
Private Profitability Keuntungan Privat KP, D = A – B + C
Salah satu indikator yang menentukan daya saing industri adalah besarnya keuntungan privat. Keuntungan privat adalah selisih dari
pendapatan privat dengan biaya privat yang sesungguhnya di bayarkan atau diterima petani. Jika nilai keuntungan privat D O maka usaha ini
mendapatkan nilai keuntungan di atas normal sehingga usaha ini secara finansial layak untuk dilanjutkan. Sebaliknya jika nilai D 0 maka kegiatan
usaha tidak menguntungkan ketika adanya suatu intervensi dari pemerintah terhadap input atau output.
B. Social Profitability Keuntungan Sosial KS, H = E – F + G
Keuntungan sosial adalah selisish antara penerimaan sosial dengan biaya sosial yang dihitung dengan harga sosial. Sebuah negara akan
mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan mengedepankan aktivitas-aktivitas yang menghasilkan keuntungan sosial yang tinggi
Pearson, et al, 2005. Jika H 0 maka usaha tersebut efisien dan mempunyai keunggulan komparatif, sebaliknya jika nilai H 0, usaha
tersebut tidak menguntungkan secara ekonomi maka usaha tersebut perlu kebijakan pemerintah.
2. Analisis Keunggulan Kompetitif PCR dan Keunggulan Komparatif
DRCR A.
Private Cost Ratio Rasio Biaya Privat, PCR = C A – B
Nilai PCR menunjukkan nilai efisiensi suatu aktivitas ekonomi secara finansial. Selain itu nilai PCR menunjukkan kemampuan suatu komoditi
membiayai faktor domestik pada harga privat. Jika nilai PCR 1 berarti bahwa untk meningkatkan nilai tambah output sebesar satu satuan
diperlukan tambahan biaya faktor domestik lebih kecil dari satu satuan. Hal ini menunjukkan bahwa pengusahaan komoditi tersebut efisien secara
kompetitif pada saat ada kebijakan pemerintah. Hal ini berarti usaha peternakan sapi perah efisien secara finansial karena usaha tersebut mampu
membiayai faktor domestiknya pada harga privat.
B. Domestic Resource Cost Ratio, DRCR = G E – F
Nilai DRCR menunjukkan indikator kemampuan suatu sistem komoditi membiayai faktor domestik pada biaya sosial dan menunjukkan
penggunaan sumber daya domestik dalam menghasilkan devisa. Nilai DRCR 1 maka suatu aktivitas ekonomi memiliki keunggulan komparatif,
yaitu usaha peternakan sapi perah efisien secara ekonomi dalam pemanfaatan sumber daya domestik, sehingga permintaan domestik lebih
menguntungkan dengan peningkatan produksi domestik.
I. Dampak Kebijakan Pemerintah
1. Kebijakan Output
A. Output Transfer Transfer Output, I = A – E
Nilai I menunjukkan adanya kebijakan pemerintah yang diterapkan pada output sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan pada harga output
privat dan sosial. Jika I bernilai positif berarti terdapat transfer insentif dari masyarakatnegara konsumen terhadap produsen atau ada transfer
sumber daya yang menambah keuntungan sistem. Hal ini berarti konsumen membeli dari produsen dan mendapat harga yang lebih tinggi dari harga
sebenarnya, dan sebaliknya jika I bernilai negatif berarti konsumen membeli dari produsen dan mendapat harga yang lebih rendah dari harga sebenarnya
atau ada transfer sumber daya yang mengurangi keuntungan sistem.
B. Nominal Protection Coefficient on Tradable Output Koefisien
Proteksi Output Nominal, NPCO = AE
NPCO adalah suatu rasio yang dibuat untuk mengukur output transfer. Nilai NPCO menunjukkan seberapa besar harga output domestik harga
privat berbeda dengan harga sosial. Bila nilai NPCO 1 berarti harga output di pasar domestik lebih tinggi dari harga impor atau ekspor atau
berarti sistem mendapat suatu proteksi kebijakan. Sebaliknya jika nilai NPCO 1 berarti harga output di pasar domestik lebih rendah dari harga di
pasar dunia.