Penentuan Harga Bayangan Analisis Sensitivitas Teori Matriks Kebijakan

Gambar 2.2 b menunjukkan bahwa sebelum diberlakukan subsidi terhadap input, harga dan jumlah keseimbangan dari perminaan dan penawaran, input non tradable berada pada P d dan Q 1 . Produk yang dihasilkan mengalami peningkatan menjadi Q 2 akibat adanya kebijakan subsidi. Harga yang diterima produsen menjadi labih tinggi yaitu sebesar P p dan harga yang dibayarkan oleh konsumen menjadi lebih rendah yaitu sebesar P c . Efisiensi ekonomi yang hilang dari produsen sebesar ABC sedangkan dari konsumen sebesar ABE. Kehilangan efisiensi dapat dilihat dari perbandingan antara peningkatan nilai output dengan meningkatnya ongkos produksi dan meningkatnya keinginan konsumen untuk membayar.

2.7 Penentuan Harga Bayangan

Harga bayangan adalah sebagian harga yang terjadi dalam perekonomian pada keadaan persaingan sempurna dan kondisinya dalam keadaan keseimbangan Gittinger, 1982. Untuk memperoleh nilai yang mendekati biaya imbangan atau harga sosial perlu dilakukan penyesuaian terhadap harga pasar yang berlaku. Hal ini dikarenakan sulit ditemukannya kondisi biaya imbangan sama dengan harga pasar. Alasan penggunaan harga bayangan adalah sebagai berikut : a. Harga bayangan tidak mencerminkan korbanan yang dikeluarkan jika sumber daya tersebut dipakai untuk kegiatan lainnya, b. Harga yang berlaku dipasar tidak menunjukkan apa yang sebenarnya diperoleh masyarakat melalui suatu produksi dari aktivitas tersebut.

2.8 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas merupakan suatu alat analisis yang digunakan secara sistematis untuk menguji perubahan dari suatu kelayakan ekonomi proyek bila terjadi kejadian-kejadian yang berbeda dengan perkiraan yang telah dibuat dalam perecanaan. Bila terjadi suatu kesalahan dalam perhitungan biaya dan manfaat dapat di evaluasi dengan mengunakan analisis sensitivitas. Hal ini dikarenakan tujuan dari analisis sensitivitas adalah untuk melihat bagaimana perubahan hasil suatu kegiatan ekonomi. Menurut Kadariah 1988, analisa sensitivitas dilakukan dengan beberapa cara diantaranya : 1 mengubah besarnya variabel-variabel yang penting, masing-masing terpisah atau beberapa dalam kombinasi dengan suatu persentase dan menentukan seberapa besar kepekaan hasil perhitungan terhadap perubahan-perubahan tersebut dan 2 menentukan dengan berapa suatu harus berubah sampai hasil perhitungan yang membuat proyek tidak dapat diterima.

2.9 Teori Matriks Kebijakan

Policy Analysis Matrix PAM atau Matriks Kebijakan digunakan untuk menganalisis pengaruh intervensi pemerintah dan dampaknya pada sistem komoditas. Sistem komoditas yang dapat dipengaruhi meliputi empat aktivitas, yaitu tingkat usaha tani farm production, penyampaian dari usaha tani ke pengolah, pengolahan serta pemasaran Monke and Pearson, 1989. Perhitungan dengan menggunakan matriks kebijakan dapat dilakukan secara keseluruhan, sistematis, dan dengan output yang beragam. Kelebihan model PAM ini adalah selain diperoleh koefisien DRCR Domestic Resource Cost Ratio sebagai indikator keunggulan komparatif, analisis ini juga dapat menghasilkan beberapa indikator lain yang berkait dengan variabel daya saing, seperti PCR Private Cost Ratio untuk menilai keunggulan kompetitif, NPCO Nominal Protection Coefficient on tradable Output, NPCI Nominal Protection Coefficient on tradable Inputs , EPC Effective Protection Coefficient, PC Protitability Coeffisient, dan SRP Subsidy Ratio to Producers. Untuk mendapatkan nilai-nilai koefisien tersebut, setiap unit biaya input, output, dan keuntungan dikelompokkan ke dalam harga pasar privat dan harga sosial. Dari selisih perhitungan berdasarkan kedua kelompok harga tersebut diperoleh angka transfer untuk menilai dampak dari penerapan kebijakan pemerintah yang berlaku pada usahaternak sapi perah dan mengukur dampak dari adanya kegagalan failure pasar. Indikator daya saing meliputi: 1 PCR Private Cost Ratio atau RBP rasio biaya privat dan 2 DRCR Domestic Resource Cost Ratio atau BSD Biaya imbangan sumberdaya domestik. Rasio biaya privat adalah rasio biaya domestik terhadap nilai tambah dalam harga privat. Nilai PCR mencerminkan efisiensi finansial. Apabila nilai PCR1 dan makin kecil, maka aktivitas ekonomi efisien secara finansial dan kemampuan itu meningkat. Rasio biaya sumberdaya domestik merupakan indikator kemampuan sistem komoditas membiayai biaya faktor domestik pada harga sosial. Apabila DRCR1 dan makin kecil, maka aktivitas ekonomi efisien secara ekonomik dalam pemanfaatan sumberdaya domestik untuk menghemat satu-satuan devisa dan kemampuannya meningkat. Sebaliknya DRCR1, maka permintaan domestik lebih menguntungkan dengan melakukan impor. Pada dasarnya langkah perhitungan PAM terdiri atas empat tahap: 1 penentuan masukan-keluaran fisik secara lengkap dari aktivitas ekonomi yang akan dianalisis; 2 penaksiran harga bayangan shadow price dari masukan dan keluaran; 3 pemisahan seluruh biaya kedalam komponen domestik dan asing, serta menghitung besarnya penerimaan, dan 4 menghitung dan menganalisis berbagai indikator yang bisa dihasilkan oleh PAM. Guna menganalisis daya saing dan dampak kebijaksanaan pemerintah digunakan alat analisis Policy Analysis Matrix , seperti pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Tabel Analisis Matriks Kebijakan Uraian Penerimaan Biaya Keuntungan Input Tradable Faktor Domestik Privat A B C D Ekonomi E F G H Efek Divergensi I J K L Sumber : Pearson et al 2005 Keterangan : Penerimaan Privat A Biaya Input Domestik Sosial G Biaya Input Tradable Privat B Keuntungan Sosial H = E - F + G Biaya Input Domestik Privat C Transfer Output I = A - E Keuntungan Privat D = A - B + C Transfer Input J = B - F Penerimaan Sosial E Transfer Factor K = C - G Biaya Input Tradable Sosial F Transfer Bersih L = D - H=I - J + K Rasio biaya private PCR = C A-B Rasio biaya sumberdaya domestik DRCR = G E-F Koefisien proteksi output nominal NPCO = AE Koefisien proteksi input nominal NPCI = B F Koefisien proteksi efektif EPC = A-B E-F Koefisien keuntungan PC = D H Rasio subsidi untuk produsen SRP = L E Matrik PAM terdiri dari tiga baris dan empat kolom. Baris pertama untuk mengestimasi keuntungan privat, baris kedua untuk mengestimasi keunggulan ekonomi dan daya saing keunggulan komparatif atau efisiensi, dan baris ketiga merupakan selisih antara baris pertama dengan baris kedua yang menggambarkan divergensi. Untuk kolom pertama merupakan kolom penerimaan, kolom kedua merupakan kolom biaya input tradable, kolom ketiga merupakan kolom biaya input non tradable dan kolom keempat merupakan kolom keuntungan yang merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya.

2.10 Penelitian Terdahulu