Koefisien Proteksi Output Nominal NPCO Koefisien Proteksi Efektif EPC

dapat membeli susu dengan harga yang lebih rendah sebesar OT dari masing- masing peternak pada ketiga skala usaha dari harga yang seharusnya diterima peternak jika tidak ada intervensi pemerintah atau distorsi pasar. Kebijakan pemerintah berupa penetapan tarif impor sebesar lima persen, tidak berjalan efektif karena pada kenyataannya produsen susu dalam negeri peternak masih sulit bersaing dengan susu impor. Kecenderungan IPS untuk lebih suka membeli susu impor juga merupakan salah satu kendala bagi para peternak lokal untuk meningkatkan usahanya. Tarif impor sebesar lima persen masih dirasa rendah oleh para peternak karena belum dapat meningkatkan efisiensi usaha mereka. Berdasarkan nilai TO, usahaternak sapi perah pada ketiga skala usaha mengalami kerugian yang berbeda-beda. Perbedaan besarnya kerugian ini tergantung dari besarnya harga jual susu yang diterima oleh peternak. Peternak pada skala usaha menengah mendapatkan harga jual susu yang lebih tinggi dibandingkan dengan peternak pada skala usaha kecil dan besar. Divergensi untuk penerimaan output yang bernilai negatif ini juga terjadi karena harga sosial susu diperhitungkan berdasarkan harga susu impor yang harganya lebih tinggi dibandingkan dengan harga susu dalam negeri dengan standar dan kualitas yang sama.

b. Koefisien Proteksi Output Nominal NPCO

Koefisien Proteksi Output Nominal NPCO dibuat untuk mengukur output transfer dimana besarnya nilai NPCO adalah rasio antara penerimaan yang dihitung berdasarkan harga finansial dengan penerimaan yang dihitung berdasarkan harga bayangan. Nilai NPCO menunjukkan seberapa besar harga output domestik harga privat berbeda dengan harga sosial Pearson et al, 2005. Bila nilai NPCO lebih besar dari satu NPCO 1 berarti harga output di pasar domestik lebih tinggi dari harga impor atau ekspor atau berarti sistem mendapat suatu proteksi kebijakan. Sebaliknya jika nilai NPCO lebih kecil dari satu NPCO 1 berarti harga output di pasar domestik lebih rendah dari harga di pasar dunia. Berdasarkan hasil analisis, nilai NPCO yang didapatkan pada penelitian ini pada ketiga usahaternak skala adalah sama besar, yaitu 0,76. Nilai NPCO yang kurang dari satu tersebut menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah menetapkan tarif impor lima persen belum berjalan efektif karena menyebabkan harga yang diterima oleh para peternak, baik peternak dengan skala usaha kecil, menengah maupun skala besar lebih rendah dibandingkan dengan harga bayangannya. Produsen hanya menerima harga 76 persen dari harga yang seharusnya diterima peternak bila tidak ada distorsi pasar dan intervensi pemerintah pada pasar output.

5.1.3.3. Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Input-Output

Dampak kebijakan pemerintah terhadap input-output dapat dijelaskan melalui indikator-indikator seperti nilai Koefisien Proteksi Efektif EPC, Transfer Bersih NT, Koefisien Keuntungan PC, dan Rasio Subsidi bagi Produsen SRP.

a. Koefisien Proteksi Efektif EPC

Koefisien Proteksi Efektif EPC merupakan indikator dari dampak keseluruhan kebijakan input dan output terhadap sistem produksi usahaternak sapi perah di KUNAK, KPS Bogor. Nilai EPC menggambarkan sejauh mana kebijakan pemerintah bersifat melindungi atau menghambat produksi domestik. Nilai EPC yang lebih besar dari satu EPC1 mengindikasikan bahwa kebijakan yang melindungi produsen domestik berjalan efektif, sedangkan nilai EPC kurang dari saru EPC1 menunjukkan kebijakan yang melindungi produsen domestik tidak berjalan efektif. Berdasarkan hasil analisis, nilai EPC yang didapatkan dalam penelitian ini adalah 0,74 untuk usahaternak skala kecil, 0,75 untuk usahaternak skala menengah, dan 0,73 untuk usahaternak skala besar. Nilai EPC yang kurang dari satu pada ketiga usahaternak skala sapi perah di KUNAK, KPS Bogor menunjukkan bahwa kebijakan input-output tidak dapat berjalan efektif atau menghambat peternak lokal dalam hal pengusahaan menghasilkan susu sapi segar. Hal ini dikarenakan harga privat output yang diterima peternak lebih kecil dibandingkan dengan harga sosialnya, dan harga input non-tradable yang diterima peternak juga lebih mahal daripada harga bayangannya.

b. Transfer Bersih NT