45 sedangkan Mahadewi dan Isabella ditemukan di Simpang Malaka. Harimau
mempunyai struktur sosial pada perkawinan terbatas yaitu poligami, satu jantan dengan banyak betina Smith et al. 1994. Dapat dikatakan terjadi tumpang tindih
overlap penggunaan habitat antara individu harimau jantan dan betina. Hal ini dikarenakan semakin kecilnya luasan habitat harimau sehingga individu-individu
tersebut mencari habitat lain yang dapat memenuhi kebutuhannya. Perlunya mendapat perhatian yang serius akan hal ini karena dapat berakibat semakin
besarnya risiko kepunahan pada harimau sumatera.
a b
Gambar 12 Individu harimau sumatera jantan a King Arthur; b Pandawa.
5.3.3 Struktur Umur
Berdasarkan analisis foto dan video, semua individu harimau sumatera yang terekam memiliki kelas umur yang sama yaitu dewasa adult. Identifikasi
dapat dilihat dari ukuran tubuh tiap individu harimau sumatera yang berukuran besar dan pada individu betina terdapat kelenjar susu yang telah membesar. Tidak
ditemukannya individu harimau sumatera pada kelas umur anak cub, perlu mendapat perhatian karena hal ini dapat menjadikan populasi harimau sumatera
semakin mengkhawatirkan. Individu dengan kelas umur anak atau remaja merupakan individu yang dapat mempertahankan populasi harimau. Tidak
ditemukannya harimau muda mungkin disebabkan karena harimau muda tidak dapat bertahan hidup di alam. Kelaparan dan adanya kelalaian dalam mengasuh
anak oleh harimau betina merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya tingkat keberhasilan harimau muda tumbuh hingga dewasa. Selain itu, adanya
pemangsaan harimau muda oleh harimau jantan dewasa mungkin terjadi karena sulitnya mendapatkan pakan di alam. Ewer 1973 mengatakan bahwa ini
46 mungkin terjadi untuk harimau dewasa memangsa anak harimau di alam.
Fluktuasi yang besar pada jumlah harimau muda untuk kejadian pembunuhan anak harimau infanticide dapat terjadi ketika harimau jantan dewasa
membutuhkan teritori baru. Dapat dikatakan kondisi populasi harimau sumatera di lokasi studi tidak sehat karena struktur umur yang tidak berimbang dalam suatu
populasi. Hal ini membuktikan bahwa kepadatan satwa mangsa utama harimau sumatera sangat mempengaruhi populasinya di alam. Karena tingkat
kelangsungan hidup harimau muda cub dan juvenile akan lebih tinggi ketika ketersediaan satwa mangsa tinggi, dan juga jumlah harimau muda tersebut akan
menjadi tinggi Karanth Nichols 2002.
Gambar 13 Individu harimau dengan kelas umur dewasa adult. Keberadaan
individu harimau
muda merupakan faktor yang sangat penting bagi populasi harimau di suatu wilayah. Wirakusumah 2003 mengatakan
bahwa apabila jumlah individu terlalu kecil untuk menjadi dewasa guna memenuhi keperluan pergantian, struktur suatu populasi merupakan populasi yang
menurun. Model demografik populasi harimau yang khas menyarankan bahwa anakan mungkin sekitar 25 pada populasi harimau normal.
5.4 Pola Waktu Aktivitas Harimau Sumatera dan Satwa Mangsa