Teknik Pendugaan Populasi TINJAUAN PUSTAKA

12 sumatera adalah 100-108 hari dan perkembangbiakan hanya terjadi setiap dua atau tiga tahun sekali Suwelo dan Somantri 1978 dalam Lestari 2006. Harimau betina mengasuh sendiri anaknya dan memisahkannya jika terluka atau sakit. Pada umur 8 minggu, anak harimau keluar dari tempat tidurnya dan mereka disusui hampir setengah tahun. Selama masa birahi harimau betina memperlihatkan tingkah laku yang lebih agresif, banyak mengeluarkan suara dan sedikit istirahat.

2.9 Teknik Pendugaan Populasi

Dalam teknik inventarisasi satwaliar dan pendugaan populasi satwa terdapat beberapa teknik pengamatan antara lain melalui pengamatan tidak langsung seperti menghitung jejak kaki, kotoran, sisa makanan, dan suara. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk pendugaan kepadatan satwa antara lain transek garis line transect, penangkapan atau pengumpulan removal traping or collecting serta observasi visual visual observation. Transek garis line transect merupakan metode yang biasa digunakan oleh biologis untuk menduga kepadatan populasi. Metode dasar transek garis line transect adalah pengamat berjalan pada kecepatan konstan melewati sebuah habitat dan mencatat jumlah satwa yang ditemui. Jumlah ini akan menjadi refleksi untuk kepadatan satwa, kecepatan berpindah, jarak pengamat dengan objek dan kecepatan bergerak pengamat Southwood 1966. Sedangkan prinsip metode penangkapan atau pengumpulan removal trapping or collecting adalah untuk mengetahui jumlah satwa yang bergerak di suatu habitat pada setiap pengulangan penangkapan. Laju tangkapan akan berhubungan secara langsung dengan ukuran populasi total yang belum diketahui dengan jumlah yang diperoleh yang diketahui. Selain itu, terdapat teknik pengamatan secara langsung dengan mengamati satwa yang dijumpai secara langsung di lokasi pengamatan visual observation. Metode ini merupakan pendekatan yang paling sederhana, dimana pengamat menghitung semua satwa yang dilihat pada suatu area atau waktu tertentu. Namun untuk satwa seperti harimau yang memiliki perilaku menghindar elusive dari manusia dan menyamar cryptic cukup sulit ditemukan secara langsung. Metode yang sering digunakan dan merupakan teknik tertua dalam mengamati satwa jenis ini adalah pengamatan melalui jejak yang ditinggalkan 13 oleh harimau. Teknik pengamatan dengan mempelajari jejak atau tanda yang ditinggalkan harimau tersebut cenderung memiliki eror kesalahan yang cukup tinggi karena sulit untuk membedakan jejak kaki dari individu yang berbeda. Pencatatan jejak kaki dilakukan hanya untuk menentukan apakah suatu jenis tertentu mendiami suatu areal dan atau menentukan tingkat perjumpaan yang dikategorikan jarang atau umum dijumpai pada area survei Povey Spaulding 2009. Selain metode konvensional, teknik pengamatan satwaliar dapat juga dilakukan dengan teknik tangkap dan tangkap kembali capture recapture menggunakan kamera jebakan. Metode kamera jebakan merupakan metode yang dapat dipercaya yang dipakai oleh para ahli untuk dapat memperkirakan populasi suatu jenis satwa dalam suatu wilayah Povey Spaulding 2009 karena dapat dilakukan pada satwa yang memiliki tanda atau ciri khusus ditubuhnya sehingga dapat diidentifikasi secara individu. Berdasarkan asumsi metode Peterson, terdapat beberapa asumsi yang mendasari analisis metode tangkap dan tangkap kembali capture recapture yaitu 1 populasi merupakan populasi tertutup, sehingga N adalah konstan, 2 semua satwa memiliki peluang yang sama untuk tertangkap pada periode pertama, 3 penandaan individu tidak mempengaruhi penangkapannya, 4 satwa tidak kehilangan tanda antara dua periode sampling, dan 5 semua tanda dilaporkan pada penemuan di periode kedua.

2.10 Kamera Jebakan Camera Trap