Habitat Wilayah Jelajah dan Teritori

8 satwa oportunis dalam pemilihan pakan di alam. Dalam habitat tertentu, daging merupakan suplai pakan yang terbatas. Schaller 1967 dalam Endri 2005 mengatakan total jumlah pakan yang dimakan kurang lebih seperlima dari berat tubuhnya. Dalam memangsa satwa mangsa, biasanya harimau tidak menghabiskan satwa buruannya secara keseluruhan namun hanya sekitar 70 saja dimakan Seidensticker et al. 1999, sedangkan yang 30 lagi tidak dimakan. Untuk satwa mangsa yang berukuran besar biasanya dimakan beberapa kali. Sisa makanan yang belum habis disimpan dengan cara ditutupi oleh rumput atau daun-daunan untuk dimakan kemudian dan agar tidak ditemukan binatang lain Mountfort 1973 dalam Hutabarat 2005, Soeseno 1977. Harimau mulai berburu pada awal petang dan akan berburu semua jenis hewan apapun yang dapat ditangkapnya. Hewan mangsa utama harimau di India adalah berbagai jenis rusa, gaur, babi hutan, landak, marmut, monyet dan hewan ternak Karanth Sunquist 1995. Berdasarkan laporan Griffith 1994 hewan mangsa potensial yang disukai oleh harimau di Taman Nasional Gunung Leuser adalah rusa sambar, babi hutan, muntjak dan landak. Besarnya jumlah kebutuhan harimau akan mangsa tergantung dari kebutuhan harimau tersebut mencari pakan untuk dirinya sendiri atau harimau betina yang harus memberi pakan anaknya MacDonald 1986, Mountfort 1973 dalam Hutabarat 2005.

2.6 Habitat

Habitat harimau sumatera beranekaragam dari dataran pantai berawa payau dengan tipe vegetasi hutan primer, hutan sekunder, padang rumput, sampai lahan perkebunan dan pertanian masyarakat. Tipe habitat yang paling disukai adalah daerah perbatasan antara hutan dan areal garapan masyarakat yang biasanya banyak dihuni oleh jenis-jenis yang dapat dimangsa seperti babi hutan, rusa, kijang, dan kancil. Harimau sumatera menyukai pula daerah basah, seperti daerah rawa dan sekitar sungai untuk bermain-main dan berendam Setijati et al. 1992. Harimau sumatera lebih menyukai tempat-tempat yang memiliki biomasa mangsa yang masih tinggi dan memenuhi kebutuhan hidupnya seperti sungai. Oleh karena itu biasanya harimau sumatera mendiami habitat yang terutama berhubungan dengan hutan bersungai, hutan rawa, dan padang rumput namun sangat susah ditemukan pada daerah bervegetasi semak belukar yang terlalu rapat Santiapillai 9 Ramono 1985 dalam Endri 2005. Menurut Van Der Zon 1979 dalam Nasution 1985, habitat harimau sumatera adalah hutan terbuka, hutan sekunder dan savana. Prijono et al. 1978 mengatakan hutan yang merupakan habitat harimau adalah hutan sekunder dan hutan primer dataran rendah sampai pegunungan dan sering juga terdapat di padang alang-alang serta hutan terbuka. Menurut Siswomartono et al. 1994 habitat yang optimal bagi harimau sumatera adalah daerah peralihan antara hutan dan padang rumput. Lokasi ini sangat mendukung kelangsungan hidup harimau sumatera karena terdapat kepadatan populasi mangsa yang cukup tinggi seperti babi hutan, rusa, kijang, dan kancil. Harimau sumatera jarang menjelajah sampai ke hutan mangrove. Satwa ini lebih memilih daerah yang tidak selalu tergenang dan terdapat areal yang kering. Hutan sekunder yang disebabkan oleh adanya penebangan kayu secara selektif merupakan habitat yang optimal untuk satwa mangsa harimau karena ketersediaan tumbuhan pakan dan memiliki kerapatan cover yang tinggi Borner 1992.

2.7 Wilayah Jelajah dan Teritori

Harimau sumatera memiliki daerah jelajah yang cukup luas. Ini disebabkan karena harimau memiliki perilaku hidup yang soliter. Wilayah jelajah merupakan keseluruhan wilayah dimana satwa menjelajah untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya pada suatu waktu tertentu sedangkan daerah teritori merupakan suatu wilayah yang dipertahankan dimana ukurannya tergantung ukuran tubuh dan ketersediaan pakan Anonim 2004. Umumnya harimau jantan memiliki wilayah jelajah yang lebih luas dibandingkan harimau betina. Wilayah jelajah untuk harimau jantan diperkirakan seluas 60-100 km 2 sedangkan harimau betina sekitar 20 km 2 . Sebagian harimau betina remaja dan anakan adalah philopatric, lebih senang tinggal di dekat induknya Smith 1993. Sriyanto dan Rustiadi 1997 menyatakan luas wilayah jelajah erat kaitannya dengan keberadaan satwa mangsa, pada tingkat kepadatan satwa mangsa rendah maka wilayah jelajah harimau akan menjadi lebih luas. Diketahui jelajah harian babi hutan yang merupakan satwa mangsa utama harimau adalah 5 – 16 km dan biasanya melewati jalur jalan yang tetap. Daerah teritori akan ditempati oleh individu yang berbeda sehingga untuk penandaan wilayah jelajah tersebut harimau sumatera meningggalkan tanda-tanda 10 seperti cakaran di pohon scratch, urin, kotoran scat untuk menandakan daerah teritori. Penandaan ini diulangi secara rutin oleh harimau jantan maupun betina dengan frekuensi pengulangan meningkat pada zona dimana kontak dengan harimau lain lebih sering terjadi. Biasanya harimau akan mempertahankan daerah teritorinya hinggga terjadi konflik dengan individu lain. Harimau jantan memiliki daerah teritori 3-4 kali lebih luas dari harimau betina. Harimau jantan menggunakan daerah teritorinya biasanya untuk kawin sedangkan harimau betina biasa menggunakan daerah teritorinya untuk kawin dan mengasuh anak. Ukuran teritori untuk sekor harimau sumatera biasanya tergantung banyaknya persediaan makanan yang ada di daerah tersebut MacDonald 1986. Di Taman Nasional Way Kambas dalam 100 km 2 dihuni oleh 3-5 ekor harimau Sinaga 2004. Menurut McDougal 1979 luas teritorial harimau jantan lebih kurang 50- 150 km 2 dan harimau betina 15-50 km 2 . Harimau jantan memiliki teritori yang paling kuat di dalam areal habitat utama yang mencakup beberapa teritori harimau betina dengan rasio 1 jantan: 3 betina Sherpa Maskey 1998. Selanjutnya Jackson 1990 dalam Sriyanto 2003 menambahkan bahwa harimau jantan teritorinya tiga kali lebih sering daripada betina. Harimau jantan cenderung merupakan penghuni teritori yang lebih sering berubah, sedangkan betina menguasai teritori untuk periode yang lebih lama. Hal ini dapat dilihat bahwa jantan memiliki teritori yang berpotongan dengan teritori dari satu atau lebih betina Singh 1999.

2.8 Perilaku