Tingkat Perjumpaan Encounter Rate Harimau Sumatera

49 Macaca nemestrina , beruang madu Helarctos malayanus, dan monyet ekor panjang Macaca fascicularis. Beruk dan monyet ekor panjang memulai aktivitasnya pada pagi hari yaitu antara pukul 08.00 hingga 10.00 WIB untuk mencari pakan yang dilakukan secara berkelompok. Kemudian melakukan aktivitas kembali pada siang hingga sore hari. Beruk Macaca nemestrina merupakan satwa yang fleksibel dalam penggunaan ruang dan waktu aktivitas. Payne et al. 2000 mengatakan bahwa beruk dapat memanfaatkan berbagai strata hutan untuk perlindungan dan mencari pakan. Oleh karena itu, beruk sering terekam oleh kamera jebakan yang menandakan pola aktivitasnya yang tinggi.

5.5 Tingkat Perjumpaan Encounter Rate Harimau Sumatera

Harimau sumatera merupakan salah satu satwa karnivora yang yang memiliki perilaku menghindar elusive dari manusia dan menyamar cryptic sehingga tingkat perjumpaan langsung di alam cukup sulit. Pada habitat tertentu, harimau sumatera sering dijumpai secara langsung seperti habitat perkebunan dan habitat yang merupakan daerah ekoton perbatasan karena menyediakan habitat yang mendukung kehidupan harimau sumatera. Habitat-habitat tersebut memiliki ketersediaan satwa mangsa yang sangat tinggi sehingga tidak jarang ditemukan harimau sumatera. Tingkat perjumpaan encounter rate harimau sumatera diperoleh melalui perhitungan jumlah gambar harimau sumatera yang diperoleh dibagi jumlah hari aktif kamera. Tingkat perjumpaan harimau sumatera tertinggi adalah di lokasi Parit 14 dengan nilai sebesar 13,00 foto100 hari. Pada kamera yang dipasang di Parit 14, berhasil merekam dua individu harimau sumatera jantan yaitu Jamantara dan King Arthur. Jumlah foto independen yang diperoleh sebanyak tujuh gambar video. Selain perjumpaan melalui kamera jebakan, beberapa jejak kaki harimau ditemukan di Parit 14 dengan ukuran 12 x 13 cm dan 13 x 14 cm. Lokasi Parit 14 memiliki substrat tanah basah dan sedikit berserasah sehingga mudah untuk ditemukan jejak kaki. Perjumpaan tapak kaki tersebut banyak dijumpai di jalan-jalan setapak di dalam hutan. Hal ini dikarenakan harimau, maupun beberapa jenis satwa lain, lebih menyukai jalur dan jalan buatan manusia sebagai jalur lintasan mereka. Tanda-tanda keberadaan harimau lebih besar kemungkinan 50 dijumpai di jalur-jalur tersebut. Berikut tingkat perjumpaan harimau sumatera di seluruh lokasi penelitian. Gambar 15 Grafik tingkat perjumpaan encounter rate harimau sumatera di lokasi. Lokasi Parit 14 dan Simpang Gajah Kiri merupakan lokasi ditemukannya dua individu harimau sumatera. Hal ini menandakan bahwa terjadi overlap tumpang tindih daerah jelajah harimau sumatera antara individu yang dapat dikarenakan penyempitan habitat atau berkurangnya satwa mangsa pakan harimau pada daerah tertentu. Menurut Alikodra 2002, pemangsaan juga berpengaruh terhadap penyebaran dan kelimpahan spesies dengan cara melakukan seleksi. Singh 1999 menambahkan habitat yang memiliki tingkat ketersediaan pakan dan perlindungan sedang, akan terjadi pola teritorial tetapi cenderung untuk tumpang tindih overlap dengan lebih dari satu teritori yang berdekatan. Individu harimau sumatera yang ditemukan di dua lokasi berbeda adalah Pandawa dan Satria dimana masing-masing ditemukan di Simpang Kubu dan Sungai Jering kemudian keduanya ditemukan di Simpang Gajah Kiri. Diduga dua individu tersebut merupakan individu pre-primer yaitu individu yang berusaha untuk menguasai teritori pada daerah habitat utama. Dalam hal ini, terjadi interaksi antar individu harimau seperti persaingan. 2.24 13 2.79 3.45 1.76 4.17 2 4 6 8 10 12 14 Lubuk bundar Parit 14 Simpang Malaka Simpang Kubu Sungai Jering Simpang Gajah Kiri Nilai tingkat perjumpaan Lokasi 51

5.6 Spesies Satwa yang Ditemukan di Setiap Titik Kamera