Populasi dan Potensi Mangsa Harimau

18 lahan. Data sekunder dikumpulkan melalui metode studi literatur terhadap sumber informasi yang relevan dan dapat dipertanggungjawabkan seperti jurnal dan karya ilmiah lainnya, serta wawancara dengan kelompok masyarakat setempat.

3.4 Teknik Pengambilan Data

3.4.1 Populasi dan Potensi Mangsa Harimau

Metode penelitian yang digunakan adalah metode capture-recapture tangkap-tangkap kembali menggunakan kamera jebakan yang diletakkan pada lokasi-lokasi yang berpotensi di wilayah studi yaitu lokasi dimana satwa melakukan aktivitas, tempat-tempat yang sering digunakan dan dikunjungi oleh satwa liar seperti sumber air, tempat mengasin saltlick, dan sumber pakan. Diketahui bahwa harimau merupakan jenis satwa melanistic yang dapat dibedakan secara individu berdasarkan pola loreng dan ukuran tubuh Franklin et al. 1999, Karanth Nichols 2002. Data pada kamera mencetak foto dengan waktu dan tanggal kejadian. Kamera jebakan dipasang pada batang pohon dengan ketinggian rata-rata 40-45 cm di atas tanah, posisi kamera menghadap ke jalur pada jarak 3 meter dari pinggir jalur Karanth 1995. Kamera dipasang di 32 lokasi dengan menggunakan kamera jebakan sebanyak 26 unit dengan jarak antar kamera rata- rata 2-2,5 km. Pemilihan lokasi pemasangan kamera didasarkan pada topografi yang relatif datar dan lebih tinggi daripada daerah sekitarnya. Setiap unit di program untuk merekam gambar satwa dengan selang waktu 1 menit dan beroperasi selama 24 jamhari. Berikut langkah kerja pemasangan kamera jebakan Gambar 2. a b c Gambar 2 a Pemasangan baterai dan kartu memori; b Pengaturan kamera melalui remote control; c Pemasangan kamera jebakan tipe DLC Covert II. 19 Lama periode sampling adalah tiga bulan dengan asumsi populasi tertutup yaitu tidak ada perubahan jumlah populasi selama periode sampling. Pembagian waktu periode sampling digunakan sebagai ulangan occassion captures Karanth 1995; Karanth Nichols 1998, 2000 untuk mengestimasi jumlah populasi suatu jenis pada suatu lokasi dan waktu tertentu. Pengecekan kamera dilakukan satu kali dalam periode 3 minggu untuk penggantian film, baterai, silica gel dan kartu memori. Pemasangan kamera jebakan dilakukan berdasarkan pembagian grid 17 x 17 km. Kemudian grid tersebut dibagi menjadi 36 grid cell dengan ukuran 2,5 x 2,5 km cell. Penentuan titik kamera dilakukan secara randomacak di dalam grid cell. Gambar 3 Peta lokasi penelitian di Taman Nasional Berbak. Selain menggunakan metode kamera jebakan, metode penemuan jejak juga dilakukan untuk menambah informasi mengenai keberadaan harimau sumatera dan potensi mangsa. Pengamatan melalui jejak merupakan pengamatan secara tidak langsung untuk mengetahui keberadaan satwa yang sulit untuk dijumpai secara langsung seperti harimau sumatera. Jejak merupakan tanda-tanda yang ditinggalkan oleh satwa seperti tapak kaki, kotoran, cakaran scratch dan scrape, sisa makanan dan lain-lain. Pengamatan melalui penemuan jejak 20 dilakukan di jalur yang dilalui saat pemasangan dan pengecekan kamera jebakan. Perjumpaan tak langsung tersebut dicatat ukurannya, perkiraan umur, waktu, dan keterangan lain yang berkaitan. Kontak tidak langsung yang dapat digunakan sebagai penduga individu harimau yang berbeda adalah jejak kaki yang ditinggalkan. Sebagai informasi tambahan, apabila perbedaan ukuran antara dua jejak harimau yang ditemukan lebih besar dari 1 cm maka dapat dikatakan kedua jejak tersebut berasal dari dua individu yang berbeda.

3.4.2 Kondisi Habitat Harimau