Penebangan Liar Illegal Logging

61 Gambar 19 Grafik tingkat perjumpaan satwa mangsa harimau sumatera berdasarkan hasil kamera jebakan.

5.8 Ganggguan Ancaman terhadap Harimau Sumatera

5.8.1 Penebangan Liar Illegal Logging

Sebagian besar wilayah lokasi penelitian memiliki aktivitas penebangan ilegal dalam skala yang besar. Hal ini diketahui berdasarkan penemuan beberapa pondok penebang kayu yang tersebar di dalam hutan dan beberapa balok kayu yang siap angkut. Penebang pohon tersebut membuat pondok yang bersifat semi permanen. Hutan Taman Nasional Berbak memiliki jenis-jenis pohon penting yang beranekaragam dengan jumlah yang relatif banyak. Kegiatan penebangan liar merupakan gangguan yang besar terhadap kelestarian harimau sumatera dan satwa mangsa. Tingkat penebangan kayu secara ilegal di kawasan Taman Nasional Berbak sangat tinggi dan merupakan salah satu kendala besar di kawasan tersebut. Jenis-jenis pohon yang banyak ditebang antara lain berbagai jenis meranti Shorea spp, pulai Alstonia pneumatophora dan kempas Koompassia excelsa. Gangguan tersebut merupakan ancaman terhadap kelestarian harimau sumatera di area ini. 13.85 7.66 1.63 1.47 1.47 0.49 0.33 0.33 0.33 0.16 0.16 0.16 0.16 0.16 0.16 2 4 6 8 10 12 14 16 Indeks t ingkat perjum paan sat w a Tingkat perjumpaan satwa mangsa harimau Napu Beruk Monyet ekor panjang Babi jenggot Sempidan merah Kucing hutan Bubut besar Lutung simpai Bambun ekor pendek Tapir Musang leher kuning Tikus tanah Beruang madu Kucing kepala datar 62 a b Gambar 20 a Log kayu yang siap angkut; b Rel kayu yang digunakan untuk mengeluarkan kayu dari dalam hutan. Kegiatan penebangan liar yang paling banyak dijumpai adalah di area hutan Air Hitam Dalam. Hal ini dikarenakan kawasan hutan tersebut sangat dekat dengan desa-desa sekitar hutan Berbak. Masyarakat desa dapat dengan mudah memasuki kawasan hutan Berbak karena memiliki akses yang mudah dilalui seperti parit dan sungai. Parit ini digunakan oleh penebang kayu untuk mengeluarkan kayu dari dalam hutan. Kegiatan penebangan liar yang dapat mengakibatkan deforestasi hutan ini merupakan salah satu ancaman yang signifikan terhadap kelestarian harimau sumatera dan satwa mangsa. Semakin meningkatnya kegiatan pembalakan liar mengakibatkan semakin berkurangnya habitat bagi harimau sumatera dan cenderung menjadi terpecah-pecah fragmentasi habitat. Fragmentasi habitat adalah peristiwa yang menyebabkan habitat yang luas dan utuh berkurang dan terbagi menjadi dua atau lebih fragmen Indrawan et al. 2007. Berkurangnya tutupan vegetasi yang rapat akan menyulitkan harimau melakukan aktifitas seperti perburuan mangsa, sehingga fragmentasi habitat yang terjadi akibat dari penebangan liar menyebabkan distribusinya menjadi terbatas Dinata dan Sugardjito 2008. Dampak dari penyempitan luasan habitat harimau sumatera ini adalah terjadinya konflik antara harimau sumatera dengan masyarakat sekitar hutan yang memiliki kepentingan yang sama. Harimau dapat masuk ke perkampungan perkebunan warga karena persediaan pakan di alamnya semakin berkurang dan tempat tinggalnya diganggu. Selain itu, apabila tidak ada penanganan yang serius terhadap gangguan habitat harimau tersebut maka dapat dipastikan spesies harimau sumatera akan mengalami kepunahan. Perusakan habitat dan perburuan hewan mangsa telah 63 diketahui sebagai faktor utama yang menyebabkan turunnya jumlah harimau secara dramatis di Asia Seidensticker et al. 1999.

5.8.2 Perburuan Ilegal Satwaliar.