Kondisi Habitat HASIL DAN PEMBAHASAN

30

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kondisi Habitat

Tipe hutan yang menjadi lokasi penempatan kamera berupa hutan primer yang memiliki kandungan gambut yang tebal. Hampir seluruh lokasi pemasangan kamera termasuk dalam wilayah sebaran gambut. Vegetasi yang mendominasi lokasi merupakan vegetasi hutan rawa gambut dengan kerapatan pohon yang cukup tinggi. Hutan rawa gambut terbentuk di daerah pesisir sebagai lahan basah pesisir, maupun jauh di darat sebagai lahan basah daratan. Tipe lahan basah ini berkembang terutama di daratan rendah dekat daerah pesisir, di belakang hutan bakau di sekitar sungai atau danau Wahyunto et al. 2005. Status kawasan lokasi penempatan kamera merupakan kawasan hutan lindung Taman Nasional Berbak. Lokasi penempatan kamera terbagi menjadi dua wilayah yaitu kawasan hutan Air Hitam Dalam dan Air Hitam Laut. Untuk kawasan hutan Air Hitam Dalam, terdapat tujuh lokasi pemasangan kamera diantaranya Sungai Sawah, Simpang Kayu Aro Induk, Sungai Besar, Simpang Batang, Simpang Kayu Aro Kanan, Simpang Kayu Aro Kiri dan Sungai Aur. Kawasan hutan Air Hitam Dalam memiliki ketinggian tempat berkisar antara 0-20 m dpl. Bila dibandingkan dengan kawasan hutan Air Hitam Laut, lokasi Air Hitam Dalam memiliki ketinggian tempat yang lebih tinggi namun vegetasi tidak terlalu rapat. Vegetasi yang mendominasi lokasi adalah vegetasi pohon dengan ukuran diameter yang besar. Hal ini dikarenakan umumnya lahan gambut di lokasi tersebut membentuk kubah peat dome sehingga tumbuhan yang berada pada bagian pinggiran kubah memperoleh pasokan hara dan air tanah yang cukup banyak. Pohon-pohon yang tumbuh di tepi sungai umumnya memiliki diameter yang besar menyerupai pohon yang berada di hutan dataran rendah. Berdasarkan analisis vegetasi yang dilakukan, kerapatan vegetasi pohon berkisar antara 3,57-21,43 individuhektar. Lokasi dengan kerapatan vegetasi yang jarang, disukai oleh satwa mangsa harimau karena satwa mangsa dapat mengawasi lingkungan sekitar dari gangguan satwa lain ataupun manusia. Jenis vegetasi pohon yang mendominasi kawasan hutan Air Hitam Dalam antara lain punak Tetramerista glabra , ramin Gonystylus bancanus, arang-arang Diospyros 31 lanceoifolia , meranti bungo Shorea teysmanniana dan kempas Koompassia excelsa . Berdasarkan analisis vegetasi, jenis yang memiliki INP tertinggi pada tingkat pohon adalah punak Tetramerista glabra sebesar 38,08 Tabel 2 dan diikuti arang-arang Diospyros lanceoifolia sebesar 30,52. Lokasi ini memiliki topografi yang datar flat dengan kemiringan tempat berkisar antara 0-5 serta terdapat beberapa gundukan tanah di sekitar hutan bagian dalam seperti di Simpang Kayu Aro dan Sungai Sawah. Lantai hutan memiliki komposisi serasah yang cukup tebal dan banyak terdapat batang pohon tumbang yang telah melapuk. Tabel 2 Hasil analisis vegetasi dengan nilai INP tiga teratas di Air Hitam Dalam Tingkat vegetasi Nama lokal Nama ilmiah Famili INP Semai Pancang Tiang Pohon 1. Arang-arang 2. Kopi-kopi 3. Dederuan 1. Dederuan 2. Kopi-kopi 3. Terentang putih 1. Kelat 2. Sebenyek 3. Mentangur 1. Punak 2. Arang-arang 3. Dederuan Diospyros lanceoifolia Ixora blumei ? ? Ixora blumei Camnosperma auriculatum Eugenia spp ? Calophyllum spp Tetramerista glabra Diospyros lanceoifolia ? Ebenaceae Rubiaceae Anacardiaceae Myrtaceae Clusiacceae Theaceae Ebenaceae 51,63 36,17 30,28 29,69 22,91 11,46 44,08 36,02 31,85 38,08 30,52 25,39 Keterangan : ? = belum diketahui Kerapatan vegetasi pada tingkat semai di lokasi tersebut adalah 96,4 individuhektar, tingkat pancang sebesar 271,4 individuhektar, tingkat tiang sebesar 82,1 individuhektar, dan untuk tingkat pohon sebesar 161 individuhektar. Kerapatan vegetasi di Air Hitam Dalam dapat dikatakan cukup jarang bila dibandingkan dengan kerapatan vegetasi di Air Hitam Laut. Hal ini dapat mempengaruhi tingkat perjumpaan satwa di lokasi tersebut. Kawasan hutan Air Hitam Dalam merupakan kawasan hutan primer yang masih memiliki komposisi vegetasi hutan rawa gambut asli walaupun terdapat gangguan-gangguan kawasan seperti pembukaan kanal di beberapa lokasi dan penebangan pohon. Strata tajuk vegetasi di kawasan hutan Air Hitam Dalam termasuk dalam strata tipe pertengahan atau strata B 10-25 m, strata C dan lapisan vegetasi pembentuk tumbuhan bawah atau strata D dan E. Tajuk pohon cukup rapat yang dapat melindungi harimau dari sinar matahari langsung. Pada lokasi pemasangan kamera, topografi tanah datar dan lebih tinggi daripada daerah sekitarnya. 32 Kawasan hutan Air Hitam Laut merupakan kawasan hutan primer dan perpanjangan dari kawasan hutan Air Hitam Dalam. Komposisi vegetasi terdiri dari pohon, pancang, tiang, semai serta tumbuhan bawah. Kawasan hutan ini memiliki topografi yang datar flat. Dibandingkan dengan kawasan hutan Air Hitam Dalam, kawasan ini memiliki ketinggian tempat yang lebih rendah yaitu berkisar 0-12 m dpl karena lokasinya yang semakin dekat ke laut. Lantai hutan sebagian ditutupi oleh serasah yang tebal dan terdapat banyak cekungan kubangan yang terisi oleh air hujan atau air sungai yang meluap ketika terjadi pasang. Vegetasi didominasi oleh vegetasi pohon dengan kerapatan yang tinggi. Berdasarkan hasil analisis vegetasi, kerapatan pohon di kawasan hutan ini berkisar antara 5-20 individuhektar. Di lokasi tersebut terdapat jenis-jenis pohon penting yang masih memiliki diameter yang cukup besar, seperti simpur Dillenia eximia, punak Tetramerista glabra, durian hutan Durio carinatus, dan meranti bungo Shorea teysmanniana . Berdasarkan hasil analisis vegetasi di lokasi tersebut, pohon yang memiliki INP tertinggi adalah medang lendir yaitu sebesar 31,18 Tabel 3 diikuti simpur Dillenia eximia sebesar 27,41. Kerapatan vegetasi tingkat semai dan pancang lebih rendah bila dibandingkan dengan kawasan hutan Air Hitam Dalam. Hal ini dimungkinkan karena lokasi yang dekat dengan pantai dan laut sehingga tumbuhan lebih didominasi oleh pohon. Tabel 3 Hasil analisis vegetasi dengan INP tiga teratas di Air Hitam Laut Tingkat vegetasi Nama lokal Nama ilmiah Famili INP Semai Pancang Tiang Pohon 1. Kayu gadis 2. Sungkai 3. Asam kandis 1. Sungkai 2. Asam kandis 3. Kayu gadis 1. Kayu pagar 2. Kayu arang 3. Terentang putih 1. Medang lendir 2. Simpur 3. Kayu gadis Cinnamomum parthenoxylon Peronema canescens Garcinia xanthochymus Peronema canescens Garcinia xanthochymus Cinnamomum parthenoxylon Ixonanthes icosandra Cratoxylon celebicum Camnosperma auriculatum Litsea sp Dillenia eximia Cinnamomum parthenoxylon Lauraceae Verbenaceae Clusiaceae Verbenaceae Clusiaceae Lauraceae Linaceae Guttiferaceae Anacardiaceae Lauraceae Dilleniaceae Lauraceae 58,46 50,77 35,38 64,91 22,98 20,19 69,14 21,96 22,89 31,18 27,41 27,40 33 Pada lokasi tepi sungai, umumnya vegetasi didominasi oleh pohon yang berdiameter kecil dengan kerapatan yang jarang serta tumbuhan non kayu seperti rotan dan pinang merah. Vegetasi pohon yang terdapat di kawasan ini memiliki ciri-ciri khusus yang merupakan bentuk adaptasi dari kondisi tempat tumbuh. Umumnya pohon memiliki perakaran di atas tanah yang membantu untuk pernapasan. Selain itu terdapat pula ciri pohon yang memiliki banir seperti pada jenis pulai Alstonia pneumatophora dan kempas Koompassia excelsa. Kondisi lantai hutan terdiri dari serasah dedaunan yang tebal dan ranting kayu serta sedikit berlumpur pada tepi sungai Gambar 6a. Struktur tanah sedikit gembur karena adanya kandungan gambut yang cukup tebal. Kawasan hutan Air Hitam Laut dilalui oleh sungai yang merupakan perpanjangan dari sungai Air Hitam. Strata tajuk pohon tergolong strata B dengan tinggi pohon berkisar antara 15-25 meter. Tipe hutan rawa gambut menyediakan tempat untuk berlindung bagi harimau sumatera seperti banyaknya semak belukar yang cukup rapat yang dapat digunakan untuk kamuflase ketika berburu mangsa. Semak belukar dapat juga digunakan oleh harimau ataupun satwa mangsa untuk beristirahat. Hal ini terbukti dengan banyaknya ditemukan rebahan semak yang digunakan untuk tempat tidur satwa. Umumnya rebahan semak tersebut ditemukan di sekitar sumber air seperti sungai dan kubangan air di dalam hutan. Kondisi tanah di hutan rawa gambut merupakan tanah gambut organosol yang tebal dan ditutupi banyak serasah. a b Gambar 6 a Kondisi lantai hutan di Air Hitam Dalam; b Kondisi tajuk pohon di Lubuk Panjang. Pada lokasi pemasangan kamera jebakan di sekitar Pos Simpang Malaka, kondisi lokasi umumnya hampir sama dengan lokasi pemasangan kamera lainnya. Terdapat lima titik lokasi pemasangan kamera untuk lokasi di sekitar Pos Simpang 34 Malaka, yaitu Simpang Gajah Kiri, Simpang Malaka, Simpang Kubu, Sungai Jering dan Parit 14. Lokasi-lokasi tersebut terpisah oleh sungai besar yang membelah hutan. Diantara kelima lokasi pemasangan kamera, Simpang Kubu memiliki kondisi lokasi yang berbeda yaitu hutan bambu. Rumpun bambu yang rapat melindungi harimau dari sengatan sinar matahari. Vegetasi bambu tersebut terdapat di tepi sungai dan memiliki kemiringan lahan 0-5 atau dapat dikatakan datar. Lantai hutan dipenuhi oleh serasah bambu yang menumpuk dan basah. Pada musim hujan atau air besar, lantai hutan dipenuhi oleh air yang tergenang. Hutan bambu menyediakan tempat yang baik bagi harimau sumatera untuk beristirahat dan mengasuh anak. Lantai hutan tinggi dan terdapat banyak serasah bambu Gambar 7. Alikodra 2002 mengatakan bahwa bentuk stratum dan kerapatan tajuk, serta kommposisi jenisnya berpengaruh terhadap iklim mikro dan struktur organisme yang menempatinya. Adanya hutan bambu tersebut dapat melindungi harimau dari sinar matahari langsung dan dapat digunakan sebagai tempat istirahat. Selain cocok untuk habitat harimau sumatera, vegetasi bambu juga cocok untuk habitat satwa mangsa sebagai tempat mencari pakan. Hal ini terbukti dengan ditemukannya satwa mangsa harimau sumatera seperti napu Targulus napu yang terekam oleh kamera jebakan sedang mencari pakan di lokasi tersebut. Gambar 7 Pelindung cover harimau di Simpang Kubu. Lokasi pemasangan kamera jebakan di Simpang Gajah Kiri memiliki komposisi vegetasi yang didominasi oleh tumbuhan berkayu yang cukup rapat. Kondisi lantai hutan berupa tanah berserasah dan tumbuhan bawah serta terdapat banyak kubangan. Kemiringan lahan berkisar antara 0-10 dengan ketinggian tempat 24 m dpl. Jarak titik pemasangan kamera jebakan dengan sungai besar 35 kurang lebih berjarak 10 meter. Berdasarkan analisis vegetasi, jenis yang mendominasi pada tingkat pohon adalah kayu pagar, sedangkan kerapatan pohon di lokasi tersebut adalah 3000 individu hektar. Kerapatan pohon di Simpang Gajah Kiri dapat dikatakan memiliki kerapatan yang tinggi. Hal ini berpengaruh terhadap satwa mangsa yang membutuhkan tempat terbuka untuk mengawasi lingkungan sekitar dari satwa predator. Lynam et al. 2000 dalam Dinata dan Sugardjito 2008 mengatakan bahwa harimau sangat tergantung pada tutupan vegetasi yang rapat. Tutupan vegetasi yang rapat tersebut membantu harimau dalam mencari mangsa yang digunakan untuk kamuflase atau menyamar. Parit 14 merupakan lokasi pemasangan kamera yang memiliki banyak jalur satwa animal trail sehingga sering ditemukan tanda keberadaan satwaliar di lokasi tersebut seperti jejak kaki tapir Tapirus indicus dan harimau sumatera Panthera tigris sumatrae . Vegetasi di Parit 14 umumnya didominasi oleh tumbuhan bawah dan rotan. Ketinggian tempat berkisar 18 m dpl dengan kemiringan lahan antara 0-10. Jarak titik lokasi pemasangan kamera dari sungai besar adalah sekitar 50 meter. Berdasarkan analisis vegetasi, jenis yang memiliki INP tertinggi adalah meranti bungo Shorea teysmanniana yaitu sebesar 123,25. Berbeda dengan Parit 14, lokasi pemasangan kamera di Simpang Malaka memiliki topografi yang lebih bergelombang dan lantai hutan sebagian besar berupa tanah berlumpur. Terdapat banyak kubangan yang digenangi oleh air serta vegetasi didominasi oleh tumbuhan bawah dan rotan karena lokasi tersebut dekat dengan sungai. Analisis vegetasi dilakukan di tiga lokasi yang merupakan tempat dijumpainya individu harimau sumatera melalui kamera jebakan, yaitu Parit 14, Simpang Kubu, dan Simpang Gajah Kiri. Secara umum, lokasi tersebut memiliki strata tajuk pertengahan atau B hingga E semak dan tumbuhan bawah. Kondisi vegetasi di semua lokasi hampir sama, dengan vegetasi dominan adalah tingkat pohon. Jenis vegetasi pohon di hutan rawa gambut cukup beranekaragam yang hampir menyerupai habitat di hutan dataran rendah. Jenis-jenis penting masih banyak ditemukan di lokasi tersebut, diantaranya pulai, meranti, jelutung dan ramin. Berikut data hasil analisis vegetasi yang dilakukan di tiga lokasi Tabel 4. 36 Tabel 4 Data analisis vegetasi dengan jenis-jenis tiga teratas di sekitar Pos Simpang Malaka Lokasi Titik koordinat Tingkat vegetasi Nama lokal Nama ilmiah INP E U Parit 14 431968 9847827 Semai Pancang Tiang Pohon Jambu-jambu Kopi-kopi Mengkirai Jambu-jambu Kopi-kopi Mengkirai Medang kunyit Arang-arang Meranti bungo Pulai Kayu terap Kase-kase Euginea sp Ixora blumei Trema orientalis Euginea sp. Ixora blumei Trema orientalis Litsea sp. Diospyros lanceoifolia Shorea teysmanniana Alstonia pneumatophora Artocarpus spp Ixonanthes sp 75,94 60,15 24,81 68,63 46,08 40,19 119,97 97,68 82,35 123,25 30,25 16,43 Simpang Kubu 422311 9838849 Semai Pancang Tiang Pohon Kayu pagar Rengas Kayu pagar Kopi-kopi Jambu-jambu Kayu pagar Terentang putih Mentangur Kayu pagar Terentang putih Jambu-jambu Ixonanthes icosandra Gluta rengas Ixonanthes icosandra Ixora blumei Euginea sp. Ixonanthes icosandra Campnosperma spp Calophyllum spp Ixonanthes icosandra Campnosperma spp Euginea sp. 133,33 66,67 96,21 39,39 25,76 53,93 41,30 36,25 66,29 46,23 25,08 Simpang Gajah Kiri 426513 9838973 Semai Pancang Tiang Pohon Jambu-jambu Kayu pagar Kopi-kopi Kopi-kopi Jambu-jambu Terentang putih Kayu pagar Kayu lempung Kayu pagar Terentang putih Arang-arang Euginea sp. Ixonanthes icosandra Ixora blumei Ixora blumei Euginea sp. Campnosperma spp Ixonanthes icosandra ? Ixonanthes icosandra Campnosperma spp Diospyros lanceoifolia 55 45 32,5 133,33 66,67 72,68 57,73 30,46 143,32 36,1 22,19 Keterangan : ? = belum diketahui

5.2 Hasil Pemasangan Kamera Jebakan Camera trap