Analisis kimia Metode Analisis

23 selama 6 jam. Cawan didinginkan dalam desikator dan ditimbang, kemudian dikeringkan kembali sampai diperoleh bobot tetap. Perhitungan kadar air digunakan persamaan kadar air bb = w c+s -w a w s ×100 kadar air bk = w c+s -w a w a -w c ×100 Keterangan: w s = bobot sampel sebelum dikeringkan gram w c+s = bobot sampel ditambah cawan kering kosong gram w c = bobot cawan kosong gram w a = bobot akhir gram b. Kadar abu SNI 01-2891-1992 Timbang 2-3 gram sampel ke dalam cawan porselen yang telah diketahui bobotnya. Sampel dirahkan di atas nyala pembakar, lalu diabukan dalam tanur listrik pada suhu maksimum 550 °C sampai pengabuan selesai sekali-sekali pintu tanur dibuka sedikit agar oksigen bisa masuk. Dinginkan dalam desikator lalu ditimbang hingga bobot tetap. Perhitungan kadar abu digunakan persamaan kadar abu bb = w a -w c w s ×100 kadar abu bk = kadar abu bb 100-kadar airbb Keterangan: w s = bobot sampel sebelum diabukan gram w c = bobot cawan kosong gram w a = bobot akhir gram c. Kadar protein AOAC 1995 Sampel sebanyak 100-250 mg dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl. Sampel kemudian ditambahkan 1.0±0.1 gram K 2 SO 4 , 40±10 mg HgO dan 2±0.1 ml H 2 SO 4 . Sampel ditambahkan 2-3 butir batu didih dan dididihkan selama 1-1.5 jam dengan kenaikan suhu secara bertahap hingga cairan menjadi jernih, kemudian didinginkan. Sampel ditambahkan sejumlah kecil air destilata secara perlahan dan goyang pelan agar kristal yang terbentuk larut kembali. Isi labu dipindahkan ke dalam alat destilasi dan bilas 5-6 kali dengan 1-2 ml air destilata, air destilata tersebut dipindahkan ke labu destilasi. Tambahkan 8-10 ml larutan 60 NaOH - 5 Na 2 S 2 O 3 . Letakkan erlenmeyer 250 ml berisi 5 ml larutan H 3 BO 3 dan 2-4 tetes indikator metilen red-metilen blue dibawah kondensor hingga ujungnya terendam. Lakukan destilasi hingga diperoleh sekitar 15 ml destilat. Encerkan destilat hingga 50 ml. Titrasi dengan HCl 0.02 N yang telah distandardisasi sampai terjadi perubahan warna menjadi abu-abu. Perhitungan kadar protein dilakukan dengan persamaan 24 kadar protein bb = V HCl contoh - V HCl blanko x N HCl x 14.007 w s mg × 100 × 6.25 kadar protein bk= kadar protein bb 100 - kadar air bb d. Kadar lemak SNI 01-2891-1992 Labu lemak dikeringkan dalam oven bersuhu 105 °C, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak 1-2 gram sampel dibungkus kertas saring dan dioven pada 80 °C selama 1 jam. Kemudian dimasukkan ke dalam tabung soxhlet. Kondensor dirangkaikan pada bagian atas dan bagian bawahnya dihubungkan dengan labu lemak yang berisi 30 ml pelarut heksana di atas heating mantle. Refluks dilakukan selama kira-kira 6 jam. Setelah itu, sampel dikeluarkan dari tabung soxhlet dan dilakukan destilasi heksana. Labu lemak yang berisi lemak sampel hasil ekstraksi kemudian dipanaskan dalam oven bersuhu 105 °C selama 30 menit hingga pelarut menguap seluruhnya. Setelah dikeluarkan dari oven, labu lemak didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan kemudian ditimbang. Perhitungan kadar lemak digunakan persamaan kadar lemak bb = w a -w l w s ×100 kadar lemak bk = kadar lemak bb 100 - kadar air bb Keterangan: w s = bobot sampel gram w a = bobot labu lemak dan lemak hasil ekstraksi gram w l = bobot labu lemak kosong gram e. Kadar karbohidrat by difference Kadar karbohidrat diperoleh dengan metode perhitungan dengan persamaan kadar karbohidrat bb = 100 - W+A+P+F kadar karbohidrat bk = kadar karbohidrat bb 100-kadar air bb Keterangan: W = kadar air bb A = kadar abu bb P = kadar protein bb F = kadar lemak bb f. Perhitungan total energi Muctadi et al 2006 Energi diperoleh dari pembakaran komponen protein, lemak dan karbohidrat pada produk pangan. Perhitungan energi ditentukan dengan mengalikan hasil analisis proksimat kadar protein, lemak dan karbohidrat basis basah dengan faktor Atwater-Bryant yaitu 25 Energi kkal100 gram= 4 kkalgram×P + 9 kkalgram×F +4 kkalgram×C Keterangan: P = kadar protein bb F = kadar lemak bb C = kadar karbohidrat bb g. Perhitungan persen AKG Perhitungan kecukupan energi dihitung dari jumlah komposisi kimia yang terdapat dalam produk pangan dalam satu kali konsumsi atau takaran saji. Perhitungan jumlah komponen per takaran saji dapat dilakukan dengan menghitung dari komposisi kimia hasil analisis proksimat. Jika diasumsikan komposisi proksimat dihasilkan 100 untuk 100 gram, maka jumlah komponen kimia per takaran saji dapat dihitung dengan persamaan Komposisi gizi per takaran saji= takaran saji 100 gram ×kadar gizi bb Perhitungan AKG dilakukan berdasarkan kebutuhan gizi harian yang besarnya protein 50 gramhari, lemak 55 gramhari dan karbohidrat 325 gramhari untuk memenuhi diet 2000 kkal. Untuk menghitung persen yang telah dipenuhi dengan konsumsi sebanyak takaran saji dapat dihitung dengan persamaan AKG= jumlah komponen per takaran saji angka kebutuhan zat gizi × 100 h. Analisis daya cerna protein in vitro metode Hsu Muchtadi 2010b Analisis diawali dengan pembuatan larutan multienzim yang terdiri dari 1.6 mg tripsin, 3.1 mg kimotripsin dan 1.3 mg peptidase per ml aquades. Sejumlah sampel yang telah diketahui kadar proteinnya disuspensikan dalam aquades hingga konsentrasi nitrogennya mencapai 6.25 mgml. Perhitungan jumlah sampel per ml dilakukan dengan persamaan massa sampel per ml air = 6.25 × 100 kadar protein bk Sebanyak 25 ml suspensi diatur pH-nya hingga 8.00. Sampel diinkubasi pada suhu 37 °C selama 5 menit. Sampel ditambahkan larutan multi enzim sebanyak 2.5 ml. Sampel diangkat dari penangas pada menit ke 10 setelah penambahan enzim dan diukur pH-nya. Daya cerna protein dihitung dengan persamaan y = 210.464 - 18.103x Keterangan: y = daya cerna protein x = pH pada menit ke 10 26

3. Analisis organoleptik

Analisis organoleptik dilakukan dengan melarutkan masing-masing sampel minuman hasil formulasi dengan 150 ml air hangat. Sampel disajikan terhadap panelis dalam keadaan hangat setelah dilakukan pengadukan. Panelis diharap mengisi form berdasarkan tingkat kesukaan terhadap warna, aroma, rasa, tekstur dan keseluruhan.

4. Rancangan percobaan dan analisis data

Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap Randomized Complete Design dengan dua kali ulangan. Faktor yang digunakan adalah perlakuan empat varietas kedelai A, B, G2 dan H. Model rancangan percobaan yang dilakukan adalah Y i = μ + ρ + ε i Keterangan: Y i = nilai pengamatan respon karena pengaruh penggunaan varietas kedelai i = banyaknya ulangan µ = pengaruh rerata ρ = pengaruh perlakuan penggunaan varietas kedelai ε i = pengaruh error galat pada ulangan ke-i Data yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap karakteristik produk dihitung menggunakan program Microsoft Excel 2007 selanjutnya diuji secara statistik menggunakan program SPSS 16.0. Data yang diperoleh terlebih dahulu dilakukan analisis ragam dengan One-way Anova untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pada karakteristik sampel yang diuji. Jika diketahui bahwa karakteristik sampel berbeda nyata, selanjutnya dilakukan uji lanjut Tukey sehingga dapat diketahui seberapa besar perbedaan antar sampel. Sementara pada analisis organoleptik rancangan percobaan yang dilakukan adalah Rancangan Blok Acak Lengkap Randomized Complete Block Design dimana model yang digunakan adalah Y ij = μ + + + ε ij Keterangan: Y ij = nilai pengamatan respon karena pengaruh penggunaan tempe atau formula minuman i = banyaknya sampel j = banyaknya panelis τ = pengaruh rerata β = pengaruh perlakuan penggunaan varietas kedelai ε ij = pengaruh error galat pada ulangan ke-i dan blok j Data yang diperoleh dari hasil analisis dihitung menggunakan program Microsoft Excel 2007 selanjutnya diuji secara statistik menggunakan program SPSS 16.0. Data yang diperoleh terlebih dahulu dilakukan analisis ragam dengan Anova multivariat untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pada karakteristik sampel yang diuji. Jika diketahui bahwa karakteristik sampel berbeda 27 nyata, dilakukan dengan uji lanjut Duncan untuk mendapatkan subset sampel sehingga dapat dilihat kelompok-kelompok sampel yang berbeda.