Penentuan Formulasi Tepung Tempe
44
Penambahan gula ditentukan dari standar minuman serbuk yaitu 5-15 dari volume minuman Buckle et al 1985. Jika digunakan satu resep yaitu 20 gram tepung tempe yang diseduh dengan 300
ml air, dapat dihitung jumlah gula yang dapat ditambahkan adalah 15-45 gram. Dalam satuan sehari- hari, penggunaan 10 gram gula dapat diukur dengan 1 sendok makan. Penambahan gula dilakukan
pada taraf 10 dan 12.5 dari volume minuman yang diharapkan. Proses pembuatan minuman tepung tempe dilakukan dengan metode pencampuran kering
dimana bahan-bahan yang sudah berbentuk kering dicampurkan hingga homogen. Penampakan minuman tepung tempe dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Karakteristik fisik pada formulasi minuman tepung tempe Parameter
F1 F2
F3 F4
F5 Gambar
Setelah diseduh
Penampakan Coklat
kekuningan Coklat
Coklat Coklat gelap
Coklat gelap
Formula terpilih ditentukan melalui analisis organoleptik hedonik atau kesukaan terhadap lima formula dengan nilai kesukaan 1 sangat tidak suka hingga 7 sangat suka. Minuman tempe yang
disajikan merupakan minuman yang berasal dari tepung tempe A saja. Hal ini didasari karena kedelai A sudah tersedia di pasaran Indonesia. Formula yang dipilih adalah formula yang memiliki tingkat
kesukaan paling tinggi dari parameter warna, aroma, rasa dan keseluruhan. Analisis statistik pada data hasil organoleptik menunjukkan seberapa besar perbedaan kelima formula satu sama lain.
Rekapitulasi hasil analisis organoleptik yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 16, sementara data dan pengolahan statistiknya dapat dilihat pada Lampiran 28.
Tabel 16. Tingkat kesukaan formulasi minuman tepung tempe
Formulasi Warna
Aroma Rasa
Tekstur Keseluruhan
F1 4.1
a
3.8
a
4.0
ab
3.7
a
3.8
a
F2 4.2
ab
4.7
bc
4.1
ab
3.8
a
4.0
ab
F3 4.8
b
5.2
c
4.8
c
3.7
a
4.5
c
F4 4.7
ab
5.0
bc
4.7
bc
3.8
a
4.3
c
F5 4.1
a
4.7
b
3.9
a
3.8
a
3.9
ab
Nilai pada satu kolom dengan huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan nyata p0.05
F1 F2
F3 F4
F5
45
Warna merupakan parameter yang paling pertama menjadi perhatian pada produk pangan. Warna dapat merepresentasikan bagaimana suatu minuman dan memberikan persepsi pertama bagi
konsumen. Formula F1 memiliki tingkat kesukaan yang paling rendah. Formula F1 tidak ditambahkan coklat bubuk sehingga diperoleh warna minuman cenderung putih dengan bintik coklat oleh karena
ukuran tepung tempe yang terlihat masih besar. Warna coklat pada tepung mungkin cenderung tidak disukai, namun penambahan coklat bubuk memberikan kesan rasa coklat yang banyak digunakan pada
produk makanan dan minuman. Penambahan coklat bubuk pada minuman tepung tempe memberikan hasil organoleptik yang lebih disukai oleh panelis. Berdasarkan pengolahan data statistik yang
diperoleh, tingkat kesukaan warna untuk minuman yang paling tinggi adalah F3 sebesar 4.8 yang artinya agak suka hingga suka.
Beberapa penelitian menggunakan tepung tempe memberikan penilaian mutu produk yang menurun. Soegiharto 1995 menggunakan tepung tempe sebagai pengganti tepung terigu. Semakin
besar penambahan tepung tempe akan menurunkan nilai kesukaan produk. Hal ini dikarenakan tepung tempe memiliki rasa getir atau pahit. Penambahan gula dan coklat bubuk dapat menutupi aroma dan
rasa minuman tepung tempe. Minuman tepung tempe formula F3 memiliki tingkat kesukaan pada rasa dan aroma yang tinggi dibandingkan formula lainnya. Formula F1 yang hanya ditambahkan gula
memiliki tingkat kesukaan terhadap aroma sebesar 3.8 dan rasa sebesar 4.0 yang cenderung lebih kecil dibandingkan formula lainnya. Penambahan gula dan coklat bubuk pada keempat formula lain dapat
menutupi aroma dan rasa tempe sehingga nilai kesukaannya lebih tinggi. Panelis menyatakan bahwa tepung tempe cenderung memiliki rasa gurih yang kurang disukai jika disajikan sebagai minuman.
Rasa gurih pada tepung tempe dikarenakan tingginya kandungan asam amino dalam tempe. Kedelai sebagai bahan baku tempe memiliki kandungan asam glutamat dan asam aspartat melimpah yang
jumlahnya sekitar 45 dari total asam amino Sugano 2006. Kandungan protein dan serat yang tidak larut air akan menimbulkan endapan seperti dapat
dilihat pada Gambar 3 yang cenderung tidak disukai oleh konsumen. Ditambah dengan ukuran partikel yang masih terlalu besar membuat tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur minuman
cenderung rendah. Ukuran partikel yang terlalu besar ini membuat tekstur minuman yang masir. Beberapa panelis menyarankan untuk menunggu partikelnya mengendap sebelum dikonsumsi seperti
halnya dalam mengkonsumsi kopi tubruk. Namun karena tujuan dari pembuatan tepung adalah menghasilkan keseluruhan bagian tempe, solusi sementara untuk mengatasinya adalah dilakukan
pengadukan sebelum dikonsumsi.
Gambar 3. Minuman tepung tempe setelah didiamkan beberapa saat Formulasi terpilih didasarkan pada kesukaan panelis yang paling besar gabungan dari
parameter warna, aroma, rasa, tekstur dan keseluruhan. Dari hasil tersebut, formula F3 memiliki tingkat kesukaan yang paling tinggi untuk parameter warna, aroma, rasa dan keseluruhan. Oleh karena
F1 F2
F3 F4
F5
46
itu formulasi yang dipilih adalah F3 dimana digunakan 10 gram tepung tempe yang ditambahkan 15 gram gula dan 1 gram coklat bubuk.