Minuman Tepung Tempe dan Tepung Tempe

48 Tabel 19. Nilai kalori tepung tempe, minuman tepung tempe dan bubuk minuman kedelai Komponen Minuman tepung tempe Tepung tempe Bubuk kedelai A B G2 H A B G2 H Protein bb 19.77 20.78 20.34 20.06 44.12 46.17 45.26 46.62 41.26 Lemak bb 23.42 23.04 20.74 20.73 24.62 26.08 23.73 24.23 26.65 Karbohidrat bb 44.87 46.73 52.98 50.58 24.03 20.51 23.39 21.52 20.77 Energi per 100 gram kkal 325.76 327.86 310.40 307.27 417.28 435.81 413.32 421.77 487.97 Energi per saji kkal 84.70 85.24 80.71 79.90 83.46 87.16 82.66 84.35 97.59 Takaran saji minuman tepung tempe 26 gram Takaran saji tepung tempe 20 gram 49 Sementara itu angka kecukupan gizi yang dapat diperoleh dari 20 gram tepung tempe A dengan kandungan protein 8.82 gram 18 , lemak 4.92 gram 9 dan karbohidrat 4.81 gram 1 menghasilkan kandungan energi sebesar 83 kkal atau memenuhi sekitar 4 energi harian. Perbedaan yang dapat dilihat adalah susunan zat gizi yang diperoleh. Zat gizi yang memiliki kadar paling besar pada tepung tempe adalah protein, sementara pada minuman adalah karbohidrat. Meskipun persentase protein yang diperoleh untuk konsumsi satu takaran saji cukup tinggi yaitu 18 , tepung tempe belum dapat dikatakan sebagai bahan makanan tinggi protein. Bahan makanan tinggi protein ditetapkan memenuhi minimal 50 kebutuhan harian. Untuk memenuhi angka tersebut setidaknya diperlukan konsumsi sekitar 3 kali. Oleh karena itu klaim untuk makanan tinggi protein belum dapat dilakukan. Pada pembuatan minuman serbuk, penambahan gula biasanya 5-15 dari volume cairan. Jika diinginkan 20 gram tepung tempe dalam 300 ml air, maka gula yang ditambahkan antara 15-45 gram. Jika diambil angka gula minimal akan diperoleh massa per sachet sekitar 35 gram yang termasuk besar untuk diaplikasikan dalam minuman sachet. Namun jumlah gula yang ditambahkan mungkin sedikit berlebihan. Tingkat kelarutan gula dalam air cukup tinggi. Dalam tubuh gula akan segera dimetabolisme oleh tubuh menghasilkan energi. Pada penderita diabetes, hal ini tidak baik karena memberikan kemungkinan resiko naiknya gula darah secara cepat. Selain itu penggunaan bahan tambahan pangan berupa pemanis dapat menjadi alternatif. Beberapa pemanis buatan memiliki tingkat kemanisan beberapa kali dari gula pasir. Pemakaian pemanis dalam jumlah kecil dapat memberikan tingkat kemanisan yang sama dengan gula pasir. Namun penggunaan gula sukrosa dalam minuman mungkin akan memberikan kalori yang sangat besar. Konsumsi gula yang terlalu banyak dapat meningkatkan resiko diabetes. Sebagai pangan bagi penderita diabetes mellitus disarankan menggunakan pemanis sintesis untuk menghindari bahaya gula. Pemanis buatan yang biasa digunakan dalam makanan bagi penderita diabetes melitus adalah campuran siklamat dan sakarin. Dibandingkan sukrosa 10 , sakarin memiliki tingkat kemanisan 200-700 kali sementara siklamat 15-30 kali. Aplikasi sakarin dan siklamat biasanya dilakukan dengan perbandingan 1:3. Pemanis alternanif dengan nilai kalori rendah sangat dibutuhkan untuk penderita diabetes melitus sebagai pengganti gula reduksi lainnya Cahyadi 2008. Penambahan gula rendah kalori dapat diaplikasikan untuk mendukung tepung tempe menjadi minuman rendah kalori. Hal ini didukung pula dengan kadar serat tepung tempe yang cukup tinggi sekitar 3 Soeryo 1991. Kebanyakan minuman bubuk memiliki variasi rasa coklat. Coklat merupakan salah satu rasa yang banyak disukai oleh konsumen. Penambahan coklat bubuk dalam bahan pangan biasa dilakukan pada taraf 0.5-1.5 dari volume minuman. Dari pemilihan formulasi yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat bahwa semakin besar jumlah coklat bubuk yang ditambahkan pada kadar tepung dan gula yang sama akan memberikan nilai kesukaan yang lebih tinggi. Meskipun demikian penambahan coklat bubuk dimaksudkan untuk menutupi rasa tepung tempe yang tidak terlalu disukai selain memang banyak disukai oleh konsumen. Penambahan coklat bubuk sudah baik untuk menutupi warna, aroma dan rasa tepung tempe yang memiliki sifat cenderung kurang disukai. Jika diambil dari formulasi pada penelitian ini, bubuk coklat yang ditambahkan adalah 1 sehingga untuk satu kali saji digunakan 2 gram bubuk coklat. Takaran saji yang digunakan tetap 20 gram tepung tempe dalam 300 ml air. Pada penelitian ini diketahui panelis menyukai minuman dengan penambahan gula 10 dari volume minuman. Jika diaplikasikan dalam 300 ml minuman tepung tempe besarnya 30 gram atau hampir 3 sdm. Penggantian keseluruhan gula dengan pemanisan buatan memerlukan sakarin sebesar 0.1 gram atau siklamat sebesar 1 gram. Jika dikonversi menjadi basis 1 kg minuman tepung tempe, penggantian gula dilakukan dengan 5 gram sakarin atau 50 gram siklamat. Berdasarkan keputusan Kepala BPOM No HK.00.05.5.4575 tahun 2004, penggunaan sakarin pada produk makanan khusus untuk diet besarnya 50 500 mgkg atau 5 gramkg, sehingga penggantian keseluruhan dapat dilakukan. Sementara penggunaan siklamat untuk makanan khusus diet maksimal 1300 mgkg atau 13 gramkg. Batas penggunaan siklamat yang kecil tidak memungkinkan penggantian gula dengan siklamat secara keseluruhan. Penggunaan campuran sakarin dan siklamat memerlukan perhitungan lebih lanjut dan aplikasi langsung untuk menentukan kadar yang sesuai. 51 KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Varietas merupakan salah satu parameter penting dari kedelai yang berpengaruh pada karakteristik produk yang dihasilkan. Perlakuan empat varietas kedelai impor berpengaruh nyata terhadap sifat fisik tempe namun analisis proksimat menunjukkan komposisi kimia tempe yang tidak berbeda nyata. Penelitian ini dilakukan untuk membuat tepung tempe kemudian mengaplikasikannya menjadi minuman. Pembuatan tepung dilakukan untuk mendapatkan keseluruhan bagian tempe. Komposisi kimia tepung tempe tidak berbeda signifikan dibandingkan dengan bubuk minuman kedelai komersial. Namun tepung tempe memiliki kelemahan pada proses pengolahan, karakteristik fisik dan organoleptik. Pada pembuatan tepung terjadi penyumbatan akibat kadar lemak tempe yang tinggi. Kandungan serat dan komponen tak larut air lain membentuk endapan yang menurunkan karakteristik fisik minuman. Beberapa kelemahan tepung tempe mempengaruhi kesukaan panelis terhadap formulasi minuman. Formula F3 memiliki nilai kesukaan tertinggi dimana komposisinya 10 gram tepung, 15 gram gula dan 1 gram coklat bubuk. Komposisi kimia minuman tepung tempe memberikan asupan gizi yang tidak seimbang sehingga perlu dilakukan perubahan formulasi. Dilihat dari komposisi kimianya, tepung tempe memiliki potensi untuk dijadikan minuman. Meskipun demikian tepung tempe yang dibuat dari keseluruhan bagian tempe kurang sesuai untuk digunakan sebagai bahan minuman. Tepung tempe lebih sesuai untuk digunakan untuk substitusi penggunaan tepung terigu sebagai upaya untuk menambahkan kadar protein.

B. Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya dilakukan perbaikan pada proses pembuatan tepung tempe sehingga diperoleh tepung yang memiliki sifat fisik yang sesuai untuk diaplikasikan menjadi minuman. Perbaikan formulasi minuman juga perlu dilakukan sehingga dapat memberikan kelebihan tepung tempe sebagai minuman fungsional. Selain itu juga analisis daya cerna protein in vivo untuk mengetahui kualitas protein dalam tubuh. 52 DAFTAR PUSTAKA [AOAC]. 1995. Official Method of Analysis 9260. 5. Washington DC Afriyanti D. 2010. Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Sifat Kimia, Fisik dan Organoleptik Minuman Fungsional Berbasis Tempe Kedelai [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, IPB Anonim. 2008. Manfaat Susu Kedelai untuk Penderita Diabetes. http:mdl525.info20080123manfaat-susu-kedelai-untuk-penderita-diabetes Arbai AMB. 1996. Tempe dan hipokolesterolemia. Di dalam Sapuan dan Soetrisno N eds. Bunga Rampai Tempe Indonesia. Jakarta: Yayasan Tempe Indonesia Astawan M. 2009. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-bijian. Jakarta: Penebar Swadaya Astuti M. 1996a. Sejarah perkembangan tempe. Di dalam Sapuan dan Soetrisno N eds. Bunga Rampai Tempe Indonesia. Jakarta: Yayasan Tempe Indonesia Astuti M. 1996b. Tempe dan ketersediaan besi untuk penanggulangan anemi besi. Di dalam Sapuan dan Soetrisno N eds. Bunga Rampai Tempe Indonesia. Jakarta: Yayasan Tempe Indonesia Beverages Institut. 2012. Types of Beverages. The Coca Cola Company. http:www.beverageinstitute.orgen_uspagesarticle-hydration-types-of-beverages.html Boye JI, L’Hocine L and Rajamohamed SH. 2010. Processing foods without soybean ingredients. Di dalam Boye JI and Godefroy SB eds. Allergen Management in Food Industry. New Jersey: John Willey and Son Inc [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2004. Persyaratan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan dalam Produk Pangan. Dalam: Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK.00.05.5.4547 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Padi, Jagung dan Kedelai Angka Ramalan I Tahun 2013. Berita resmi statistik No 4507Tahun XVI 1 Juli 2013 [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1992. SNI 01-2891-1992 tentang cara uji makanan dan minuman. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional Indonesia, [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1995. SNI 01-3922-1995 tentang kedelai. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional Indonesia [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2009. SNI 01-3144-2009 tentang tempe kedelai. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional Indonesia [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2009. SNI 6685-2009 tentang kopi gula susu. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional Indonesia [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2011. SNI 7612-2011 tentang bubuk minuman kedelai. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional Indonesia Buckle KA, Edwards RA, Fleet GH dan Wooton M. 1985. Ilmu Pangan Terjemahan. UI Press, Jakarta Budisantoso H. 1994. Susu dan Yogurt Kedelai. Jogjakarta: Penerbit Kanisius Cahyadi W. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi Aksara Cahyadi W. 2009. Kedelai: Khasiat dan Teknologi. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara