Tafsir Surat At-Takwîr Ayat 26-27

pertanyaan “Kemana kamu akan pergi?”. Dalam hal ini Allah sudah memberikan petunjuk kepada Manusia melalui kitab al- Qur’ân, petunjuk yang nyata dan benar tapi manusia justru mereka malah ingkar terhadap al- Qur’ân yang telah diturunkan oleh Allah. Pertanyaan ayna digunakan untuk menanyakan tempat, sebagaimana pada ayat ini “mau kemana kamu akan pergi?” dengan demikian jawaban dari pada pertanyaan tersebut tentulah tempat yaitu tempat yang akan mereka tuju atau tempat mereka akan pergi.

5. Tafsir Surat Ar-Rahmân ayat 13

a. Teks dan Terjemahan surat Ar-Rahmân ayat 13

Artinya: Maka nikmat Tuhan kamu yang mana kah yang kamu dustakan?

b. Kosakata Ayat

Kata ّا memiliki arti “sesuatu apa”. Ayyun bisa menjadi syarat jâ zimah fi’layni contoh: ayyan tađrib ađrib dan bisa juga menjadi istifhâm contoh: ayyukum atâ? Dan menjadi maushul contoh: sallim ‘alâ ayyuhum afđol, dan seterusnya. 58 Kata ayyun dalam ayat ini menjadi adatul istifhâm karena ayyun dalam ayat ini meminta pengkhususan akan suatu hal yang didustakan. Dalam kaidah ilmu nahwu “ayyun” merupakan kata yang digunakan untuk menanyakan dengan mengkhususkan salah satu dari dua hal yang berkaitan. 59 Selanjutnya ءاا merupakan bentuk jama’ dari kata يلاا, ataupun يلاا, ataupun ّاا yang memiliki arti sebagai ة عِّلا yakni nikmat. 60 58 Al-Munjid, Bairut, Maktabah Asy-Syarqiyyati, 1987, 22 59 Mamat Zaenudin dan Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghah, Bandung, Refika Auditama, 2007, h. 109 60 Al-Munjid, Loc. Cit., h. 17 Adapun kata ni’matu dalam Al-Munawwir dartikan sebagai Kesenangan, Kebahagiaan ataupun anugrah. 61 Tuka żżibâni merupakan bentuk mustanna dengan đomirnya yaitu antuma yang berasal dari kata ka żżaba-yukażżibu yang artinya adalah mendustakan. Dengan demikian tuka żżibâni berarti kamu dua orang dustakan. 62

c. Tafsir

Munâsabah Ayat Pada ayat-ayat sebelumnya, merupakan ayat-ayat yang menjelaskan tentang kebesaran-kebesaran Allah. Dan pada ayat-ayat sebelumnya dijelaskan pula nikmat-nikmat yang telah Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya. Dari nikmat maha pengasih-Nya Allah, nikmat mengajarkan al-Qurân, menjadikannya pandai bicara, menjadikan bulan dan matahari, menciptakan tumbuh-tumbuhan, pepohonan, langit dan lain-lain, serta nikmat-nikmat Allah yang lain sebagainya. Dan pada ayat 13 ini Allah bertanya “Maka nikmat tuhan yang manakah yang kamu dustakan?”. Tafsir Ayat Pada surat Ar-Rahmân ayat 13 ini kata tanya dalam bentuk istifhâm yang digunakan adalah ayyun, yakni pertanyaan yang mengkhususkan sesuatu diantara beberapa lainnya. Pada ayat ini Allah meminta pengkhususan terkait nikmat-Nya yang manakah yang didustakan atau diingkari oleh manusia dan jin. Pertanyaan ayyun pada ayat ini merupakan pertanyaan yang meminta jawaban terkait nikmat yang mana yang didustakan. Yakni setelah Allah menjabarkan nikmat-nikmat yang telah diberikan Allah kepada makhluk-Nya, 61 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir, Surabaya, Pustaka Progresif, 1997, h. 1439 62 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesi. Jakarta: Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah, 2013.h. 370 maka yang mana yang didustakan itu?. Dari sekian banyaknya nikmat yang Allah berikan kepada makhluk-Nya itu. 63 Menurut Quraisy Shihab kata âlâu merupakan bentuk jama’ dari ilyi yang berarti nikmat. Penggunaan kata ini karena anugrah dan nikmat itu merupakan hal-hal yang sangat khusus yang dianugrahkan oleh yang Maha Agung. Hal itu mengesankan sinar dan kecemerlangan At- Tala’lu dan dengan melihatnya terasa adanya kebijakan dan do’a. 64 Adapun yang dimaksud mendustakan nikmat-nikmat Allah ialah kafir terhadap tuhan mereka. Orang yang kafir atau orang yang menyembah selain Allah dalam hal ibadah maka orang itu juga termasuk kedalam orang yang kufur terhadap nikmat-nikmat Allah . Karena nikmat-nikmat Allah adalah untuk disyukuri. Sedangkan bersyukur itu hanya bisa dilakukan apabila adanya nikmat-nikmat tersebut mereka resapi. Adapun ungkapan dengan kata ar-Rab adalah untuk mengisyaratkan bahwa nikmat-nikmat itu adalah nikmat-nikmat dari Allah yang Maha Memiliki dan Maha Mengasuh kepada kepada manusia dan jin, yang telah menghidupkan mereka, baik tubuh mereka maupun akal mereka. Dengan demikian maka hanya Allah lah yang patut untuk disembah, dipuji dan di syukuri atas segala nikmat yang telah dianugrahkan-Nya dan dikaruniakan-Nya kepada hambanya dalam surat ini yakni jin dan manusia. 65 Setelah ayat-ayat yang sebelum ayat 13 ini merupakan ayat tentang banyaknya nikmat-nikmat Allah, maka dengan mengecam atau menggugah jin dan manusia. “Maka nikmat tuhan pemelihara kamu berdua, wahai manusia dan jin, yang manakah yang kamu 63 Ibid., Juz 13, h. 287 64 Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah, Ciputat Lentera Hati, 2002, Juz 13, h. 287 65 Ahmad Mustafa Al-Maroghi, Terjemah Tafsir Al-Marogh, Semarang, CV. Toha Putra Semarng, 1989, h. 191-192 berdua dustakan? Apakah nikmat-nikmat yang disebutkan itu ataukah selainnya. Adapun Kata âlâ ’u adalah bentuk jama’ dari kata ilyi atau alyi yang artinya adalah nikmat. Penggunaaan kata ini karena anugrah dan nikmat itu merupakan hal-hal yang sangat kusus yang hanya dianugerahkan oleh Allah Yang Maha Agung. Kata itu mengesankan sinar dan kecemerlangan dan dengan melihatnya terasa adanya kebaji kan dan do’a. 66 Dalam tafsir lain dijelaskan bahwa ayat ini adalah tantangan Allah kepada manusia dan jin. “maka nikmat tuhan yang manakah yang telah mereka rasakan itu yang mereka dustakan?” yang dimaksud pada pendustaan nikmat-nikmat tersebut adalah kekafiran mereka terhadap tuhan mereka, karena mempersekutukan tuhan-tuhan mereka dengan Allah. Dalam peribadatan adalah bukti tentang kekafiran mereka terhadap tuhan mereka, karena nikmat-nikmat itu harus disyukuri, sedangkan syukur artinya menyembah yang memberi nikmat-nikmat kepada mereka. Ayat ini diulang-ulang dalam surat Ar-Rahmân 13 ini sebanyak tiga puluh satu kali untuk memperkuat tentang adanya nikmat dan untuk memperingatkannya. Dari situ, sambil Allah menyebut satu persatu dari nikmat-nikmat tersebut Dia memisahkannya dengan kata-kata memperingati dan memperkuat dengan adanya nikmat-nikmat tersebut. 67 Susunan kata serupa ini banyak terdapat dalam bahasa Arab, dari itu telah menjadi kebiasaan bahwa seorang mengatakan kepada temannya yang menerima kebaikannya, tetapi ia mengkari kebaikannya. “Bukankah kamu dahulu miskin, lalu Aku menolongmu sehingga berkecukupan? Apakah kamu mengingkarinya? Bukankah kamu dahulu tidak berpakaian? Bukankah kamu dahulu tidak dikenal, maka Aku mengangkat derajatmu, lalu engkau menjadi dikenal, 66 Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah, Ciputat Lentera Hati, 2002, Juz 13, h. 287 67 Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta, Lentera Abadi, 2010, Edisi Revisi, jil. 9, h. 597 apakah kamu mengingkarinya?”. Seakan-akan Allah berkata “Bukankah aku menciptakan manusia, menajarkannya berbicara, Aku jadikan matahari dan bulan beredar menurut perhitungan, Aku jadikan macam-macam kayu-kayuan, Aku jadikan aneka ragam buah-buahan, baik di dusun-dusun maupun di Bandar-bandar untuk mereka yang beriman dan kafir kepada-Ku, terkadang Aku menyiramnya dengan air hujan, ada kalanya dengan air sungai dan alur-alur apakah kamu hai manusia dan jin mengingkari hal itu?” 68

6. Tafsir surat Al-Baqarah ayat 245

a. Teks dan Terjemahan surat Al-Baqarah ayat 245

Artinya: Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik menafkahkan hartanya di jalan Allah, maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan rezki dan kepada- Nya-lah kamu dikembalikan

b. Kosakata Ayat

Secara arti م berarti siapa. Dalam kaidah ilmu nahwu م merupakan adatul istifhâm yang mana kata tersebut digunakan untuk menanyakan tentang seseorang 69 . Sedangkan kata ض ق memiliki arti Pinjaman. Berasal dari kata qara đa-yaqriđu. Sedangkan dalam kitab lisânul arabi dijelaskan bahwa qara đa adalah: 68 Ibid., Edisi Revisi, jil. 9, h. 598 69 Mamat Zaenudin dan Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghah, Bandung, Refika Auditama, 2007, h. 109