pertanyaan “Kemana kamu akan pergi?”. Dalam hal ini Allah sudah memberikan petunjuk kepada Manusia melalui kitab al-
Qur’ân, petunjuk yang nyata dan benar tapi manusia justru mereka malah
ingkar terhadap al- Qur’ân yang telah diturunkan oleh Allah.
Pertanyaan ayna digunakan untuk menanyakan tempat, sebagaimana pada ayat ini “mau kemana kamu akan pergi?” dengan
demikian jawaban dari pada pertanyaan tersebut tentulah tempat yaitu
tempat yang akan mereka tuju atau tempat mereka akan pergi.
5. Tafsir Surat Ar-Rahmân ayat 13
a. Teks dan Terjemahan surat Ar-Rahmân ayat 13
Artinya: Maka nikmat Tuhan kamu yang mana kah yang kamu dustakan?
b. Kosakata Ayat
Kata ّا memiliki arti “sesuatu apa”. Ayyun bisa menjadi syarat
jâ zimah fi’layni contoh: ayyan tađrib ađrib dan bisa juga menjadi
istifhâm contoh: ayyukum atâ? Dan menjadi maushul contoh: sallim
‘alâ ayyuhum afđol, dan seterusnya.
58
Kata ayyun dalam ayat ini menjadi adatul istifhâm karena ayyun dalam ayat ini meminta
pengkhususan akan suatu hal yang didustakan. Dalam kaidah ilmu nahwu
“ayyun” merupakan kata yang digunakan untuk menanyakan dengan mengkhususkan salah satu dari
dua hal yang berkaitan.
59
Selanjutnya ءاا merupakan bentuk jama’ dari kata يلاا, ataupun
يلاا, ataupun ّاا yang memiliki arti sebagai ة عِّلا yakni nikmat.
60
58
Al-Munjid, Bairut, Maktabah Asy-Syarqiyyati, 1987, 22
59
Mamat Zaenudin dan Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghah, Bandung, Refika Auditama, 2007, h. 109
60
Al-Munjid, Loc. Cit., h. 17
Adapun kata ni’matu dalam Al-Munawwir dartikan sebagai
Kesenangan, Kebahagiaan ataupun anugrah.
61
Tuka żżibâni merupakan bentuk mustanna dengan đomirnya yaitu
antuma yang berasal dari kata ka
żżaba-yukażżibu yang artinya adalah mendustakan. Dengan demikian tuka
żżibâni berarti kamu dua orang dustakan.
62
c. Tafsir
Munâsabah Ayat
Pada ayat-ayat sebelumnya, merupakan ayat-ayat yang menjelaskan tentang kebesaran-kebesaran Allah. Dan pada ayat-ayat
sebelumnya dijelaskan pula nikmat-nikmat yang telah Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya. Dari nikmat maha pengasih-Nya Allah,
nikmat mengajarkan al-Qurân, menjadikannya pandai bicara, menjadikan bulan dan matahari, menciptakan tumbuh-tumbuhan,
pepohonan, langit dan lain-lain, serta nikmat-nikmat Allah yang lain sebagainya. Dan
pada ayat 13 ini Allah bertanya “Maka nikmat tuhan yang manakah yang kamu dustakan?”.
Tafsir Ayat
Pada surat Ar-Rahmân ayat 13 ini kata tanya dalam bentuk istifhâm
yang digunakan adalah ayyun, yakni pertanyaan yang mengkhususkan sesuatu diantara beberapa lainnya. Pada ayat ini
Allah meminta pengkhususan terkait nikmat-Nya yang manakah yang didustakan atau diingkari oleh manusia dan jin. Pertanyaan ayyun
pada ayat ini merupakan pertanyaan yang meminta jawaban terkait nikmat yang mana yang didustakan. Yakni setelah Allah menjabarkan
nikmat-nikmat yang telah diberikan Allah kepada makhluk-Nya,
61
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir, Surabaya, Pustaka Progresif, 1997, h. 1439
62
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesi. Jakarta: Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah, 2013.h. 370
maka yang mana yang didustakan itu?. Dari sekian banyaknya nikmat yang Allah berikan kepada makhluk-Nya itu.
63
Menurut Quraisy Shihab kata âlâu merupakan bentuk jama’ dari
ilyi yang berarti nikmat. Penggunaan kata ini karena anugrah dan
nikmat itu merupakan hal-hal yang sangat khusus yang dianugrahkan oleh yang Maha Agung. Hal itu mengesankan sinar dan
kecemerlangan At- Tala’lu dan dengan melihatnya terasa adanya
kebijakan dan do’a.
64
Adapun yang dimaksud mendustakan nikmat-nikmat Allah ialah kafir terhadap tuhan mereka. Orang yang kafir atau orang yang
menyembah selain Allah dalam hal ibadah maka orang itu juga termasuk kedalam orang yang kufur terhadap nikmat-nikmat Allah
. Karena nikmat-nikmat Allah adalah untuk disyukuri. Sedangkan
bersyukur itu hanya bisa dilakukan apabila adanya nikmat-nikmat tersebut mereka resapi. Adapun ungkapan dengan kata ar-Rab adalah
untuk mengisyaratkan bahwa nikmat-nikmat itu adalah nikmat-nikmat dari Allah yang Maha Memiliki dan Maha Mengasuh kepada kepada
manusia dan jin, yang telah menghidupkan mereka, baik tubuh mereka maupun akal mereka. Dengan demikian maka hanya Allah lah
yang patut untuk disembah, dipuji dan di syukuri atas segala nikmat yang telah dianugrahkan-Nya dan dikaruniakan-Nya kepada
hambanya dalam surat ini yakni jin dan manusia.
65
Setelah ayat-ayat yang sebelum ayat 13 ini merupakan ayat tentang banyaknya nikmat-nikmat Allah, maka dengan mengecam
atau menggugah jin dan manusia. “Maka nikmat tuhan pemelihara
kamu berdua, wahai manusia dan jin, yang manakah yang kamu
63
Ibid., Juz 13, h. 287
64
Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah, Ciputat Lentera Hati, 2002, Juz 13, h. 287
65
Ahmad Mustafa Al-Maroghi, Terjemah Tafsir Al-Marogh, Semarang, CV. Toha Putra Semarng, 1989, h. 191-192
berdua dustakan? Apakah nikmat-nikmat yang disebutkan itu ataukah selainnya.
Adapun Kata âlâ ’u adalah bentuk jama’ dari kata ilyi atau alyi
yang artinya adalah nikmat. Penggunaaan kata ini karena anugrah dan nikmat itu merupakan hal-hal yang sangat kusus yang hanya
dianugerahkan oleh Allah Yang Maha Agung. Kata itu mengesankan sinar dan kecemerlangan dan dengan melihatnya terasa adanya
kebaji kan dan do’a.
66
Dalam tafsir lain dijelaskan bahwa ayat ini adalah tantangan Allah kepada manusia dan jin. “maka nikmat tuhan yang manakah yang
telah mereka rasakan itu yang mereka dustakan?” yang dimaksud pada pendustaan nikmat-nikmat tersebut adalah kekafiran mereka
terhadap tuhan mereka, karena mempersekutukan tuhan-tuhan mereka dengan Allah. Dalam peribadatan adalah bukti tentang kekafiran
mereka terhadap tuhan mereka, karena nikmat-nikmat itu harus disyukuri, sedangkan syukur artinya menyembah yang memberi
nikmat-nikmat kepada mereka. Ayat ini diulang-ulang dalam surat Ar-Rahmân 13 ini sebanyak tiga puluh satu kali untuk memperkuat
tentang adanya nikmat dan untuk memperingatkannya. Dari situ, sambil Allah menyebut satu persatu dari nikmat-nikmat tersebut Dia
memisahkannya dengan kata-kata memperingati dan memperkuat dengan adanya nikmat-nikmat tersebut.
67
Susunan kata serupa ini banyak terdapat dalam bahasa Arab, dari itu telah menjadi kebiasaan bahwa seorang mengatakan kepada
temannya yang menerima kebaikannya, tetapi ia mengkari kebaikannya. “Bukankah kamu dahulu miskin, lalu Aku menolongmu
sehingga berkecukupan? Apakah kamu mengingkarinya? Bukankah
kamu dahulu tidak berpakaian? Bukankah kamu dahulu tidak dikenal, maka Aku mengangkat derajatmu, lalu engkau menjadi dikenal,
66
Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah, Ciputat Lentera Hati, 2002, Juz 13, h. 287
67
Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta, Lentera Abadi, 2010, Edisi
Revisi, jil. 9, h. 597
apakah kamu mengingkarinya?”. Seakan-akan Allah berkata
“Bukankah aku menciptakan manusia, menajarkannya berbicara, Aku jadikan matahari dan bulan beredar menurut perhitungan, Aku jadikan
macam-macam kayu-kayuan, Aku jadikan aneka ragam buah-buahan, baik di dusun-dusun maupun di Bandar-bandar untuk mereka yang
beriman dan kafir kepada-Ku, terkadang Aku menyiramnya dengan air hujan, ada kalanya dengan air sungai dan alur-alur apakah kamu
hai manusia dan jin mengingkari hal itu?”
68
6. Tafsir surat Al-Baqarah ayat 245
a. Teks dan Terjemahan surat Al-Baqarah ayat 245
Artinya: Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik menafkahkan hartanya di jalan Allah, maka Allah akan
meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan rezki dan kepada-
Nya-lah kamu dikembalikan
b. Kosakata Ayat
Secara arti م
berarti siapa. Dalam kaidah ilmu nahwu م
merupakan adatul istifhâm yang mana kata tersebut digunakan untuk menanyakan tentang seseorang
69
. Sedangkan kata
ض ق memiliki arti Pinjaman. Berasal dari kata qara
đa-yaqriđu. Sedangkan dalam kitab lisânul arabi dijelaskan bahwa qara
đa adalah:
68
Ibid., Edisi Revisi, jil. 9, h. 598
69
Mamat Zaenudin dan Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghah, Bandung, Refika Auditama, 2007, h. 109