apakah kamu mengingkarinya?”. Seakan-akan Allah berkata
“Bukankah aku menciptakan manusia, menajarkannya berbicara, Aku jadikan matahari dan bulan beredar menurut perhitungan, Aku jadikan
macam-macam kayu-kayuan, Aku jadikan aneka ragam buah-buahan, baik di dusun-dusun maupun di Bandar-bandar untuk mereka yang
beriman dan kafir kepada-Ku, terkadang Aku menyiramnya dengan air hujan, ada kalanya dengan air sungai dan alur-alur apakah kamu
hai manusia dan jin mengingkari hal itu?”
68
6. Tafsir surat Al-Baqarah ayat 245
a. Teks dan Terjemahan surat Al-Baqarah ayat 245
Artinya: Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik menafkahkan hartanya di jalan Allah, maka Allah akan
meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan rezki dan kepada-
Nya-lah kamu dikembalikan
b. Kosakata Ayat
Secara arti م
berarti siapa. Dalam kaidah ilmu nahwu م
merupakan adatul istifhâm yang mana kata tersebut digunakan untuk menanyakan tentang seseorang
69
. Sedangkan kata
ض ق memiliki arti Pinjaman. Berasal dari kata qara
đa-yaqriđu. Sedangkan dalam kitab lisânul arabi dijelaskan bahwa qara
đa adalah:
68
Ibid., Edisi Revisi, jil. 9, h. 598
69
Mamat Zaenudin dan Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghah, Bandung, Refika Auditama, 2007, h. 109
Qara đa atau al-qarđu memiliki arti yaitu al-qaIJ’u yang artinya
adalah potongan. Qara đahu-yaqriđuhu yaitu dengan kasrah, adapun
qar đon adalah maşdarnya. Waqarrađohu yaitu qaIJa’ahu yaitu
memotongnya. Adapun miqra đani atau jalamani memiliki arti
gunting tidak tunggal bagi keduanya satu, ini adalah perkataan ahli bahasa. Dan Sibawaih menceritakan gunting itu di tunggalkan.
Adapun guntingan adalah dengan menggunting, dan darinya juga potongan emas.
c. Tafsir
Munâsabah Ayat
Pada ayat-ayat yang lalu, dibicarakan masalah pembenahan intern rumah tangga, seperti talak dan sebagainya, dan pada ayat ini
dijelaskan tentang pembenahan keluar, seperti masalah infak.
70
Tafsir Ayat
Allah SWT. telah menganjurkan hamba-Nya untuk berinfaq di jalan Allah. Dan firman Allah yang juga memerintahkan untuk
bershodaqoh dan berinfaq di jalan Allah dalam ayat lainnya
71
. Qard dalam konteks surat al-Baqarah ayat 245 ini memiliki arti pinjaman.
Sedangkan dalam tinjauan al- Qur’ân qard memiliki arti memotong
sesuatu dengan gigi. Asal kata ini memberikan pesan bahwa pinjaman yang diberikan itu dilakukan dengan keadaan jiwa yang sedang
70
Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta, Lentera Abadi, 2010, Edisi
Revisi, jil. 1, h. 358
71
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Semarang, Kariyath Futiran, ttt,Juz. 1, h. 299
megalami kesulitan. Disisi lain pada saat orang melakukan sesuatu , jelas ia mengharapkan hasil yang memuaskan dari upayanya itu.
Karenanya seorang pakar tafsir mendefinisikan qard sebagai segala sesuatu yang dilakukan dengan mengharapkan imbalan, selanjutnya
karena yang diberi pinjaman itu Allah, maka bila kita semua percaya kepada-Nya, pasti kita percaya pula bahwa pinjaman itu tidak akan
hilang, bahkan akan mendapat imbalan yang wajar.
72
Lebih-lebih jika pemberian atau santunannya itu diberikan kepada kaum kerabat yang terdekat. Maka, akibatnya pun positif dan
hartanya akan semakin terpelihara. Apabila seseorang hidup dan di sekitarnya masih ada orang yang menderita, orang miskin, orang yang
sengsara ataupun fakir maka hidupnya belumnya aman dan tentram. Kemudian Apabila menginfakkan harta di jalan Allah demi
meninggikan kalamullah, maka akibat-akibat seperti tersebut tidak akan terjadi.
73
Kata a đ’af merupakan jama’ dari kata đo’fun yang artinya
adalah dilipat gandakan beberapa kali dari modalnya.
74
Pahala yang berlipat ganda ini sampai mencapai hitungan berates-ratus kali lipat,
seperti yang disebutkan dalam ayat lain, yakni dalam surat al-Baqarah ayat 261;
٢٧٥
Artinya: Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan
72
Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta, Lentera Abadi, 2010, Edisi
Revisi, jil. 1, h. 358
73
Ahmad Mustafa Al-Maroghi, Terjemah Tafsir Al-Maroghi, Semarang, Toha Putra Semarang, 1974,juz. 2, h. 363.
74
Ibid., juz. 2, h. 364
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan ganjaran bagi siapa yang dia
kehendaki. dan Allah Maha luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui.
Allah mengumpamakan pemberian seseorang dengan tulus untuk kemashlahatan hamba-Nya bahwa pinjaman itu kelak akan
dikembalikan. Selanjutnya yang meminjam, makaAllah menjanjikan bahwa Allah akan melipat gandakan pembayaran pinjaman itu
kepadanya didunia ataupun diakhirat. Dengan lipat ganda yang banyak seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, dan pada
tiap butir terdapat seratus biji.
75
Selanjutnya al-Maraghi pun mengartikan kata yaqbi đu yaitu
menyempit, dan yabsu IJu diartikan sebagai melebar. Arti ayat Allah
mempersempit risky sebagian orang karena kesalahan mereka sendiri, yakni tidak memperhatikan sunnatullah dalam unpaya mencari
penghidupan. Disamping itu, karena kemalasan mereka didalam mencari rizki di atas bumi Allah, sesuai dengan situasi yang
ditetapkan untuk hamba-hamba-Nya. Dan Allah membuka pintu rizki kepada sebagian yang lain karena mereka pandai membawa diri dan
menyesuaikan diri dengan situasi yang ada, disertai dengan usaha mereka yang bersungguh-sungguh dan bersifat positif, sesuai dengan
keadaan alam.
76
Pada ayat ini kata tanya yang digunakan adalah “siapa”. Dalam hal ini kata tanya “siapa” digunakan untuk menanyakan tentang
seseorang. Dalam ayat ini Allah bertanya “siapa yang ingin
memberikan pinjaman kepada Allah?” pertanyaan ini ditujukan kepada hamba-Nya yakni manusia. Allah menanyakan hal ini dengan
untuk mengajak hamba-Nya agar mau berinfak dan mengeluarkan hartanya dijalan Allah. Selain dalam Tafsir Departemen RI mâ dan
75
Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah, Ciputat Lentera Hati, 2002, Juz 1, h 641
76
Ahmad Mustafa Al-Maroghi, Terjemah Tafsir Al-Maroghi, Semarang, Toha Putra Semarang, 1974,juz. 2, h. 364.
man pada dasarnya sama, bedanya mâ digunakan untuk yang tidak
berakal dan man digunakan untuk menanyakan yang berakal. Sama seperti mâ, man juga digunakan untuk menanyakan subtansi dari yang
berakal. Pertanyaan ini juga mengarah kepada siapa hakikat yang ingin memberikan pinjaman kepada Allah.
77
B.
Analisis Metode Tanya Jawab yang terdapat dalam surat Al- Anbiya 7, Al-
Qori’ah 1-2, Al-Baqarah 28, At-Takwîr 26-27, Ar-Rahmân 13, Al-Baqarah 245
1. Metode Tanya Jawab dalam Surat Al-Anbiya ayat 7
Dalam pendidikan metode tanya jawab bukanlah metode baru. Metode ini juga sering digunakan Rasulullah untuk melakukan
pembelajaran bersama para sahabat. Dalam ayat ini yaitu surat al-Anbiyâ ayat 7 ini merupakan perintah bertanya jika kita tidak mengetahui akan
suatu hal. Hal ini menandakan bahwa bertanya merupakan bagian dari pada proses pendidikan dan juga proses pembelajaran dari seseorang
terhadap orang lain. Pada surat Al-Anbiyâ ayat 7 ini Allah memerintahkan kita bertanya
kepada orang yang memang mengetahui akan hal yang ingin kita tanyakan
Menurut Quraisy Shihab pada ayat ini orang-orang yang tidak mempercayai rasul untuk bertanya
kepada orang-orang yang sebelum mereka yaitu orang-orang yang tidak mempercayai rasul. Orang yang sebelum mereka adalah orang Yahudi
dan Nasrani hal ini dikerenakan orang Yahudi dan Nasrani lebih dulu hidup dan lebih mengetahui tentang kerasulan dan kanabiyan.
78
Dari ayat tersebut berarti seorang peserta didik pun diperintahkan untuk bertanya kepada pendidiknya terkait hal yang ia belum ketahui
yang terdapat dalam materi yang sedang diajarkan. Hal ini dikarenakan
77
Departemen RI, Al- Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta, Lentera Hati 2010, Mukaddimah, h. 170
78
Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah, Ciputat Lentera Hati, 2002, Juz. 8, h. 15