Metode Tanya Jawab dalam Surat At-Takwîr Ayat 26-27
meminta hakitan dari hal yang tidak berakal sedangkan man merupakan pertanyaan hakikat dari yang berakal.
Dengan demikian pertanyaan dengan mengganaka “siapa” cenderung untuk menanyakan orang. Dalam proses pendidikan
pertanyaan dengan menggunakan “siapa” bisa degunakan seorang pendidik untuk mengajak seorang peserta didik ataupun untuk
mengetahui siapa saja peserta didik yang sudah melakukan sesuatu ataupun yang belum melakukan sesuatu.
Seorang pendidik dalam memberikan materi pembelajaran bisa dengan melakukan pertanyaan seperti pada ayat ini.
Misalkan, “siapa yang mau membacakan cerita n
abi Nuh di depan kelas?”. Peserta didik yang menunjuk tangannya dan mau serta mampu bercerita berarti peserta
didik tersebut paham dan sudah mengerti akan cerita tersebut. Bukan hanya faham, seorang peserta didik yang menunjuk tangannya berarti
peserta didik tersebut sudah mengajukan dirinya untuk maju. Peserta didik yang sudah mengajukan dirinya berarti peserta didik tersebut
menaggapi ataupun merespon pendidiknya. Menanggapi merupakan ranah afektif tingkat dua A2.
93
Selain itu dengan bercerita didepan kelas maka pendidik sudah melatihnya untuk berani maju ke depan kelas dan
bercerita di depan teman-temannya. Pendidik juga dapat memberikan pertanyaan melalui kata tanya
“siapa” pada permulaan pembelajaran seperti, “siapa yang sudah membaca pelajaran untuk hari ini?”, “siapa yang sudah siap untuk
belajar?” ataupun “siapa yang tau pelajaran apa yang akan kita pelajari hari ini?”. Dengan pertanyaan yang demikian pendidik dapat memacu
peserta didiknya untuk semangat belajar dan memberikan focus untuk
materi yang akan dipelajari. Selain itu pendidik juga bisa mengetahui kesiapan peserta didiknya dalam mengikuti pelajaran hari itu. Karena
dengan sudah membacanya peserta didik pelajaran hari itu maka peserta
93
Enggar.net, Kata Kerja Operasional Baru-Taksonomi, Enggar.net, 23-Juni-2016, http:enggar.net201606kata-kerja-operasional-baru-taksonomi-bloom
didik tersebut tentu sudah siap untuk mengikuti pelajaran pada hari itu. Dengan siapnya peserta didik dalam mengikuti proses belajar maka
peserta didik akan mudah merespon pelajaran dari stimulus yang diberikan oleh seorang pendidik. Sebagaiman teori belajar behavioristik
yang dicetuskan oleh Torndike stimulus dan respon akan terbentuk jika para peserta didiknya sudah memiliki kesiapan dalam belajar.
94
Dalam teori bertanya terdapat juga yang dinakan dengan pretanyaan retori rhetorical question yaitu pertanyaan yang tidak memerlukan
jawaban akan tetapi jawaban tersebut dijawab oleh pendidik.
95
Seperti pertanyaan, “Siapakah tuhan kita yang wajib kita sembah?”, “Siapa nabi
kita?” pertanyaan seperti ini tidaklah dijawab oleh peserta didik akan tetapi oleh pendidik yang mengajarkannya. Dengan pertanyaan tersebut
pendidik pun dapat memberikan penguatan materi dan penjabaran yang lebih terkait jawaban dari pertanyaan tersebut.
Seorang pendidik juga bisa mengajak peserta didiknya untuk bertanya dalam pr
oses pembelajaran seperti, “Siapa yang mau bertanya?”. Pertanyaan tersebut mengajak peserta didiknya untuk bertanya jika
memang ada yang ingin ditanyakan oleh peserta didiknya. Selain itu seorang pendidik juga hendaknya memberi kesempatan pada peserta
didiknya untuk bertanya. Melalui pertanyaan ini pendidik juga memberikan kesempatan kepada peserta didiknya untuk bertanya agar
pendidik pun bisa mengetahui adakah peserta didiknya yang masih belum memahami terkait materi yang sedang diajarkan.
Pertanyaan selanjutnya adalah “Siapa yang bisa menjawab pertanyaan ibu?” melalui pertanyaan itu pendidik dapat mengetahui
peserta didik mana yang sudah menguasai materi dan yang belum
menguasai. Seorang pendidik juga bisa menilai keaktifan peserta didik selama dalam proses pembelajaran. selain itu melalui pertanyaan ini,
94
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, Rawamangun, Kencana Media Group, 2011, h. 238
95
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung, Remaja Rosdakarya, Bandung, cet.24, h. 75