b. Terbuka terhadap jawaban peserta didik, sehingga pendidik tidak
merasa bahwa jawaban yang telah disediakannya sajalah yang selalu tepat dan benar. Karena mungkin sekali dapat jawaban
peserta didik yang memadai dan mengandung kebenaran. c.
Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengoreksi atau memperbaiki jawaban yang bila dirasa salahkurang tepat,
baik yang mengenai segi bahasanya maupun segi isinya. d.
Menyadari kemungkinan adanya kesalahan pada diri sendiri mawas diri jika kebetulan mengahadapi peserta didik yang
tidak dapat menjawab pertanyaan e.
Jawaban-jawaban yang salah dapat dipakai sebagai umpan balik untuk memperbaiki rumusan pertanyaan, pendekatan, dan cara
penyampaiannya dalam bentuk tanya jawab
25
.
5. Tata cara menjawab pertanyaan
Cara pendidik dalam menjawab pertanyaan bisa dengan berbagai cara, yaitu:
a. Menjawab pertanyaan sesuai yang dilontarkan penanya.
Rasululloh Saw, selalu menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh para sahabat sesuai pertanyaan mereka.
Dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan itu,
beliau mengajarkan banyak hal terkait syari’at, hukum-hukum, serta
aturan-aturan agama. Tidak hanya itu, beliau juga mendorong
para sahabat untuk melontarkan pertanyaan seputar kejadian dan bencana yang meresahkan mereka, atau seputar kewajiban
dan syari’at yang perlu mereka ketahui.
26
Dalam menjawab pertanyaan yang sesuai dengan yang dilontarkan oleh seorang
penanya terdapat beberapa hal, yaitu: 1
Menjawab pertanyaan sesuai yang dilontarkan oleh seorang penanya menjadi wajib jika yang bertanya adalah orang
25
Jamaludin dkk, Pembelajaran Presfektif Islam, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2015, h 196
26
Abdul Fattah Abu Ghuddah, Muhammad sang guru terj. dari Ar-Rosul al- Mu’allim wa
Asalibuhu fi at- Ta’lim oleh. Agus Hudlori, Temanggung, Armasta, 2015, h. 190
yang berilmu dengan tujuan sebagaimana yang telah di jelaskan pada point tehnik menggunakan pertanyaan diatas
hukumnya yaitu wajib jika memang yang ditanyanya pun mengetahui akan hal yang ditanya oleh si penanya.
27
2 Terkadang menjawab pertanyaan sebagaimana yang
ditanyakan oleh penanya kadang menjadi tidak wajib hukumnya jika orang yang ditanya bukanlah orang yang
satu-satunya mengetahui jawabannya. Hal ini juga menjadi tidak wajib jika memang yang bertanya itu dianggap belum
mampu menerima jawaban akan pertanyaan itu.
28
b. Memberi jawaban melebihi pertanyaan yang dilontarkan
Memberi jawaban melebihi pertanyaan yang dilontarkan kepada penanya boleh dilakukan, jika sipenanya membutuhkan
pengetahuan lebih dari pertanyaan-pertanyaan itu.
29
c. Mengalihkan penanya dari pertanyaannya.
Metode mengalikan pertanyaan ini dinamakan “metode orang bijak”, yaitu memberikan kepada penanya jawaban lain
yang sebenarnya diluar pertanyaannya, namun jawaban itu dia
butuhkan dan lebih bermanfaat dari yang dia tanyakan.
30
Ini dilakukan karena ada jawaban yang lebih penting dari pada
jawaban yang ditanyakan oleh si penanya tersebut. Hal ini pernah dilakukan oleh Rasululloh Saw, sebagaimana hadits
yang diriwayatkan oleh Ibnu „Umar;
27
Ibid., h. 192
28
Ibid., 193
29
Ibid., h. 203
30
Ibid., h. 208
Artinya: Dari Yahya Ibnu Yahya, dari malik, dari nafi’ dari
Ibnu „Umar radhiyallohu „anhuma: ada seorang laki-laki menanyakan kepada Rasululloh SAW tentang pakaian yang
akan dipakai oleh orang yang telah telah ihram niat haji, lalu Rasululloh SAW menjawab: “Janganlah kamu pakai kemeja,
jangan pula sorban, jangan pula celana, jangan pula peci dan jangan pula sepatu, kecuali bagi seseorang yang tidak
mempunyai dua terompa, maka boleh dipakainya dua sepatu dan dipotongnya disebelah mata kaki. Dan jangan pula kamu
pakai kain yang dicelup dengan za’faran dan waras sebangsa tumbuh-tumbuhan untuk pencelup berwarna kuning dan harum
baunya.”
31
Dalam hadist di atas, Rasulullah tidaklah menjawab pertanyaan
dari si
penanya tersebut,
melainkan mengalihkannya kepada hal-hal yang tidak boleh dipakai
ketika ihram. d.
Meminta penanya mengulangi pertanyaannya. Meminta penanya mengulangi pertanyaannya sekalipun
sudah menguasai jawaban jawaban pertanyaan itu. Ini dilakukan dalam rangka menambah pengetahuan si penanya
tersebut, atau untuk mengetahui jawaban yang tepat baginya, atau supaya si penanya memperjelas pertanyaannya.
32
31
Fachruddin HS, Terjemah Hadits Shohih Muslim, Jakarta, Bulan Bintang, 1982, Jil. V, h. 18
32
Abdul Fattah Abu Ghuddah, Muhammad sang guru terj. dari Ar-Rosul al- Mu’allim wa
Asalibuhu fi at- Ta’lim oleh. Agus Hudlori, Temanggung, Armasta, 2015, h. 215