1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia tidaklah luput dari masalah pendidikan. Maka dari itu debat akademik menganai pendidikan tidak pernah selesai. Hal inilah yang
membuat perbedaan antara manusia dengan makhluk lainnya. Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari nilai-nilai luhur yang dicita-citakan. Manusia
juga mampu membuat pertanyaan-pertanyaan yang menjadikan perkembangan pendidikan semakin maju dan semakin modern untuk mencari makna luhur
yang dita-citakan tersebut. Akan tetapi, manusia belum mendapatkan jawaban final yang memuaskan hidupnya.
1
Sebagaimana diketahui al-Qur`ân adalah mukjizat yang diturunkan Allah Swt kepada nabi Muhammad Saw untuk mengeluarkan manusia dari suasana
yang gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka ke jalan yang benar. Al-Qur`ân merupakan pedoman hidup bagi manusia dalam berbagai
persoalan kehidupan. Karena al-Qur`ân merupakan kitab universal dan menyeluruh yang berlaku untuk semua kehidupan manusia dari berbagai
aspek kehidupan. Kitab suci al-Qur`ân juga diperkuat dengan kemujuan ilmu pengetahuan.
2
Al-Qur`ân disebut juga al-Kitâb, adalah wahyu –wahyu-Nya
yang diturunkan Allah kepada rasulnya melalui perantara malaikat Jibril, untuk disampaikan kepada manusia.
3
Al-Qur`ân merupakan petunjuk bagi manusia, didalamnya juga terdapat berbagai macam solusi untuk berbagai
permsalahan kehidupan. Islam telah mengatur segala kehidupan manusia dari hal yang terkecil maupun persoalan yang besar, dan tak terkecuali persoalan
pendidikan.
1
Mastuhu, Memperdayakan Sistem Penddikan Islam, Ciputat, Logos; 1999, h. 29
2
Manna Khalil al-Qattan, buku Studi Ilmu – Ilmu Qur’an terj. Dari Mabaahist fii „Ulumil
Qur’an oleh Mudzakir AS, Bogor; Pustaka Litera Antar Nusa, 2010. Cet. 13, h 1
3
Hamka, Tafsir Al Azhar, Jakarta, Pustaka Panjimas; 2001 , h. 9
Isi kandungan al-Qur`ân mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Didalamnya tak hanya dibahas soal akidah melainkan juga soal hukum. Al-
Qur`ân juga bukan hanya membahas sejarah umat terdahulu namun juga soal etika dan akhlak. Al-Qur`ân membahas nilai etis dalam bidang ekonomi,
politik, sosial, dan kebudayaan. Disebut nilai etis karena al-Qur`ân misalnya tak membahas soal sistem pemerintahan dan sistem ekonomi tertentu.
4
Hal ini menyatakan bahwa al-Qur`ân merupakan kitab yang dijadikan pedoman dan
dijadikan rujukan dalam berbagai hal dan permasalahan kehidupan. Tak terkecuali dalam hal pendidikan khususnya pendidikan Islam. Pendidikan
Islam hendaklah merujuk kepada al-Qur`ân dalam berbagai hal. Seperti, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sikap pendidik dan peserta didik,
dan lain sebagainya. Pendidikan didefinisikan sebagai suatu proses transfer budaya dari
generasi tua kepada generasi muda, maka proses turunnya al-Qur`ân merupakan panduan bagi umat Islam dan secara kesuluruhan merupakan
bagian dari proses pendidikan. Ini disebabkan setiap kali rasulullah menerima wahyu langsung disampaikan kepada pengikutnya. Selain itu al-Qur`ân
diturunkan secara berangsur-angsur sebagaimana proses pendidikan yang berlangsung secara perlahan. Dengan demikian maka nabi Muhammad Saw
adalah pendidik utama dalam Islam. Bahkan dalam beberapa ayat al-Qur`ân ditegaskan bahwa tugas rasul adalah yang mengajarkan kitab, hikmah, dan
segala yang tidak diketahui umatnya.
5
Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 129;
Artinya: Ya Tuhan kami, utuslah di tengah mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-
4
Lilik Ummu Kaltsum dan Abdul Maqsith Ghazali, Tafsir Ahkam, Ciputat, UIN PRES; 2015, h. 10
5
Profesi Guru dalam Lintasan Sejarah Islam Refleksi Undang-Undang Guru dan Dosen, Nizamia Jurnal Pendidikan Islam, Vol 9 Nomor 1 tahun 2006, h. 41
Mu, dan mengajarkan Kitab dan Hikmah kepada mereka dan mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.”
Selanjutnya Firman Allah yang terdapat dalam surat Al- Jumu’ah 2;
Artinya: Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan hikmah as Sunnah. dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang
nyata Adapun Moh. Arifin dalam bukunya Ilmu Pedidikan Islam berpendapat
bahwa: “pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertaqwa
secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah peserta didik melalui ajaran Islam kearah titik
pertumbuhan dan perkembangannya ”.
6
Selain itu, Omar Muhammad al- Toumy al-Syaibani berpendapat bahwa pendidikan adalah:
“Proses mengubah tingkah laku individu, pada kehidupan pribadi, masyarakt, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu
aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi – profesi asasi dalam
masyarakat”
7
Ali Khalil al-Ainaini juga memberikan pendapatnya terkait dengan pendidikan yaitu sebagai berikut:
“Pendidikan Islam berusaha menjadikan peserta didiknya menjadi hamba Allah yang sholeh, menjadi muslim dan mukmin, yang hanya
mengharapkan keridhoan Allah, berpikir sampai ketingkat ma’rifat Allah,
6
Moh. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Bui Aksara; 1989, h. 22
7
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Rawamangun, Kencana Prenada Media Grup; 2010, h. 28
memegang teguh sunnah, dan tidak memperturutkan hawa nafsu, tidak mau bertaqlid, memiliki pribadi yang seimbang, berpegang teguh dengan
nama Allah, sehat jasmani, berakhlak, berjiwa seni dan berjiwa social.”
8
Pendidikan Islam merupakan suatu proses pengembangan potensi kreatifitas peserta didik, bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Allah SWT., cerdas, terampil, memiliki etos kerja yang tinggi, berbudi pekerti luhur, mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya,
bangsa dan Negara serta agama.
9
Sedangkan tujuan pendidikan Islam, Hasan Langgulung dalam bukunya Asas-Asas Pendidikan Islam mengatakan bahwasanya tujuan pendidikan
Islam tidak lah terlepas dari pada tujuan hidup manusia.
10
Adapun tujuan hidup manusia tidak lain adalah menyembah kepada Allah SWT. sebagaimana
Firman Allah dalam surat adz-Dzariyât ayat 56:
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku.
Hal ini dikarenakan tujuan hidup manusia merupakan sasaran daripada tujuan pendidikan Islam yaitu menyembah kepada Allah.
Pendidikan lebih mengarahkan tugasnya kepada pembinaan atau pembentukan sikap dan kepribadian manusia yang memiliki ruang lingkup
pada proses yang mempengaruhi dan membentuk kemampuan kognitif, dan afektif serta psikomotorik dalam diri manusia.
11
Adapun menurut penulis pendidikan merupakan cara untuk terwujudnya peserta didik yang taqwa dan
hanya menyembah kepada Allah Swt dan menjadi manusia yang berilmu serta berkepribadian yang cakap.
Pendidikan Islam dalam pelaksanaannya memerlukan metode yang tepat untuk mengantarkan pendidikan kepada tujuannya. Bagaimana pun baik dan
8
Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 2015, h. 120
9
Armei Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta, Ciputat Press, 2002, h 3
10
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta, Pustakan al-Husna, 2008, h. 27
11
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara, 2010, cet. 5, h 91
sempurnya sebuah kurikulum pendidikan Islam, tidak akan berarti apa-apa jika tidak memiliki metode atau cara yang tepat dalam proses
pembelajarannya. Ketidak tepatan memilih metode secara praktis akan menghambat proses pembelajaran, yang akhirnya justru berakibat pada
terbuangnya waktu dan tenaga secara percuma. Metode merupakan komponen pendidikan Islam yang dapat menciptakan aktivitas pendidikan menjadi lebih
efektif dan efisien. Metode merupakan persoalan esensial pendidikan Islam, yaitu tujuan pendidikan dapat tercapai secara tepat, apabila jalan yang
ditempuh menuju cita-cita itu betul-betul tepat.
12
An-Nadwi mempertegas bahwa pendidikan dan pengajaran ummat Islam itu harus bersumber kepada aqidah Islamiya. Menurut beliau lagi sekiranya
pendidikan ummat Islam itu tidak didasari kepada aqidah yang bersumber kepada al-Qur`ân dan al-Hadits, maka pendidikan itu bukanlah pendidikan
Islam, tetapi pendidikan asing.
13
Oleh sebab itu maka pendidikan Islam hendaknya didasari oleh al-Qur`ân dan al-Hadits dikarenakan al-Qur`ân dan
al-Hadits merupakan dasar dari pendidikan Islam. Pengajaran lebih menitik beratkan usahanya kearah terbentuknya
kemampuan intelektual yang maksimal dalam menerima, memahami, mengahayati, dan menguasai serta mengembangkan ilmu pengetahuan yang
diajarkan.
14
Proses pembelajaran dapat diartikan bukan hanya proses transformasi ilmu pengetahuan, wawasan, pengalaman dan keterampilan
kepada peserta didik, melainkan juga menggali, mengarahkan dan membina seluruh potensi yang ada dalam diri peserta didik, sesuai dengan tujuan yang
direncanakan. Proses pembelajaran tersebut harus berjalan secara efektif yaitu proses pembelajaran yang, menyenangkan, bergairah dan penuh motifasi tidak
membosankan serta menciptakan kesan yang baik pada diri peserta didik.
15
12
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, Jogjakarta, Ar Ruzz Media, 2014,h 103
13
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 2015, h 281
14
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara, 2010, cet. 5, h 91
15
Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Presfektif Al- qur’an, Jakarta, UIN Jakarta Press, 2005,
h 225
Proses pembelajaran merupakan inti dari pendidikan. Yang mana pendidik sebagai aktor utama dalam proses pembelajarannya. Proses
pembelajaran banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran dapat terjadi dalam berbagai model,
pendekatan, maupun metode pembelajaran yang akan digunakan.
16
Dengan demikian seorang pendidik hendaknya memperhatikan betul hal- hal inti dalam proses pembelajaran, untuk mencapai hasil yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Seorang pendidik tidak hanya sekedar menguasai materi yang akan diajarkan. Hal-hal lain yang berkaitan dengan pembelajaran pun
harus dikuasai oleh seorang pendidik, tidak hanya penguasaan materi saja, pendidik juga harus menguasai metode pembelajaran yang akan digunakan
pada proses pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan hal yang perlu dikuasai oleh seorang pendidik. Karena melalui metode seorang pendidik bisa
mengantarkan kepada hasil yang diharapkan oleh pendidik dan tercapainya tujuan pembelajaran.
Untuk itu seorang pendidik hendaknya menguasai berbagai metode yang akan digunakan dalam suatu mata pelajaran, seperti bercerita, bertanya,
mendemonstrasikan, mencobakan, memecahkan masalah, mendiskusikan yang digunakan oleh ahli pendidikan islam pada zaman dahulu sampai sekarang,
dan mempelajari prinsip metodologi dalam ayat-ayata al-Qur`ân dan as- Sunnah Rasulullah.
17
Demikian juga Omar at-Toumy as-Syaibany dalam bukunya Filsafat Pendidikan menyebutkan beberapa metode pembelajaran
diantaranya; metode pengajaran sambil bekerja, metode cerita, metode tauladan yang baik, metode pengajaran dari sejarah, metode pemberian
perumpamaan amstal, metode menarik dan menakutkan, metode dialog dan tanya jawab.
18
Adapun Abd. Rahwan an-Nahlawi menggali prinsip-prinsip mengajar dalam al-Qur`ân. Dari hasil tersebut ia temukan berbagai metode
16
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung, Remaja Rosdakarya, Bandung, cet.24, h 4
17
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 2015, h 280
18
Omar Muhammad al-Toumy al-Syaybany, Falsafah Pendidikan Islam, Terj. Jakarta, Bulan Bintang; 1979, h. 568
pembelajaran dalam al-Qur`ân yang dapat menggungah perasaan dalam rangka menambahkan rasa iman dan cinta kepada Allah SWT., rasa nikmatnya
beribadah, rasa hormat kepada orang tua dan sebagainya.
19
Dalam al-Qur`ân tidak sedikit ayat-ayat dalam bentuk pertanyaan atau yang kita kenal dengan al-Istifhâmu
fil Qur’an, baik pertanyaan dengan menggunakan adawâtul Istifhâm ataupun dengan pertanyaan yang
jawabannya lebih umum dari pertanyaannya, ataupun pertanyaan dengan jawaban yang lebih sempit dari apa yang ditanyakannya.
20
seperti yang terdapat dalam al-Qur`ân diantaranya Qur’an surat al-A’rof
ayat 172:
Artinya: Dan ingatlah ketika tuhanmu mengeluarkan dari sulbi tulang belulang anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap ruh mereka seraya berfiman: “Bukankah Aku ini tuhanu?” mereka
menjawab: Betul Engkau tuhan kami, kami bersaksi,” kami melakukan yang demikian itu agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan, “sesungguhnya
ketika itu kami lengah terhadap ini”.
Selanjutnya yang terdapat dalam Qur’an surat al-Ankabut 61:
Artinya: Dan jika engkau bertanya kepada mereka, “siapakah yang
menciptakan langit dan bumi dan menund ukkan matahari dan bulan?”, pasti
mereka akan menjawab “Allah”. Maka mengapa mereka bisa dipalingkan dari kebenaran.
19
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 2014, edisi baru, h. 428
20
Manna Khalil al-Qattan, buku Studi Ilmu – Ilmu Qur’an terj. Dari Mabaahist fii „Ulumil
Qur’an oleh Mudzakir AS, Bogor; Pustaka Litera Antar Nusa, 2010. Cet. 13, h. 290
Ayat-ayat di atas merupakan ayat dalam bentuk pertanyaan. ayat dalam bentuk pertanyaan pun masih banyak lagi selain dari ayat-ayat tersebut di atas.
Ayat-ayat al-Qur`ân dalam bentuk tanya jawab bukanlah tanpa maksud dan tujuan. Ayat al-Qur`ân dalam bentuk tanya jawab tentu memiliki maksud dan
tujuan di dalamnya. Dengan demikian dapat di pahami bahwasanya ayat-ayat dalam bentuk pertanyaan mengindikasikan bahwasanya tanya jawab
merupakan suatu proses pembelajaran dan merupakan metode pembelajaran. Moh. Uzer Usman dalam bukunya menjadi pendidik profesional,
terdapat 6 keterampilan mengajar yang harus dimiliki oleh seorang pendidik, yaitu; keterampilan bertanya questioning skills, keterampilan memberi
penguatan reinforcement skills, keterampilan mengadakan variasi variation skills
, keterampilan menjelaskan explaining skills, keterampilan membukan dan menutup pelajaran set induction and closure, keterampilan membimbing
diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, keterampilan mengejar perseorangan. Keterampilan bertanya menjadi point pertama, hal tersebut
dikarenakan bertanya dalam proses belajar mengajar menjadi hal yang penting karena pertanyaan yang tersusun dengan baik dan tehnik yang tepat akan
memberikan dampak positif bagi peserta didik.
21
Seorang pendidik pun hendaknya bisa memotivasi peserta didiknya untuk berani bertanya agar tidak sesat dijalan, hal demikian pernah berkali-
kali dilakukan oleh Nabi Saw dalam mengajarkan sesuatu pengertian atau pengetahuan keimanan, ke-islaman ataupun ke-ihsanan serta masalah hukum
syara’ dan lain sebagainya.
22
Dengan demikian kemampuan bertanya amatlah diperlukan bagi seorang pendidik. Seorang pendidik haruslah bisa mengajak
peserta didiknya untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Dengan berkembangnya zaman tidak hanya teknologi saja yang
berkembang, metode pembelajaran pun semakin berkembang. Hal ini terbukti dengan banyaknya metode baru yang digunakan dalam proses pembelajaran.
21
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung, Remaja Rosdakarya, Bandung, cet.24, h 74
22
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung, Pustaka Setia, 1997, h 120
hal ini pun menjadikan seorang pendidik mulai jarang menggunakan metode tanya jawab ini dan lebih senang menggunakan metode-metode yang baru.
23
Dalam proses pembelajaran, pertanyaan baik yang datang dari peserta didik maupun yang datang dari pendidik memiliki keutamaannya tersendiri.
Karena pertanyaan yang datang dari seorang pendidik dapat menggugah rasa ingin tahu peserta didik lebih mendalam lagi. Melalui pertanyaan pendidik
juga mengajak peserta didiknya untuk berfikir dan tidak pasif selama proses pembelajaran. Karena tak jarang dari peserta didik yang cenderung pasif dan
menerima sepenuhnya materi yang diberikan oleh pendidik tanpa menggali lebih dalam lagi terkait materi yang berikan oleh pendidik baik melalui
embaca ataupun bertanya.
24
Sedangkan pertanyaan dari seorang peserta didik merupakan bentuk bahwasanya peserta didik tersebut merespon akan materi
yang diberikan oleh pendidik. Dari uraian tersebut di atas dapat dikatakan bahwasanya at-Thoriqu
ahammu minal mâddah metode lebih penting dari pada materi. Selain itu al-
Qur`ân merupakan pedoman kehidupan manusia dan juga sumber pendidikan Islam. Dengan demikian pemilihan metode pembelajaran menjadi point
penting yang harus diperhatikan oleh pendidik. Mengingat bahwasanya al- Qur`ân dan as-Sunnah merupakan sumber pendidikan Islam maka metode
pembelajaran pun hendaknya bersumber dari al-Qur`ân dan as-Sunnah. Berangkat dari latar belakang serta uraian masalah tersebut maka penulis
mengabil judul
”METODE TANYA JAWAB DALAM AL-QUR’ÂN KAJIAN TAFSIR SURAT AL-ANBIYÂ 7, AL-QÂ
RI’AH 1-2, AL- BAQARAH 28, AT-TAKWÎR 26-27, AR-RAHMÂN 13, AL-BAQARAH
245 ”
23
Pengalaman PPKT
24
Pengalaman PPKT
B. Identifikasi Masalah
a. Pendidik mulai jarang menggunakan metode tanya jawab dalam proses
pembelajaran khususnya pembelajaran agama Islam. b.
Kurangnya pengetahuan tentang metode-metode pembelajaran yang terdapat dalam al-Qur`ân khususnya metode tanya jawab.
c. Masih banyaknya dari peserta didik yang minim rasa ingin tau dan
menggali lebih dalam terkait materi yang diberikan pendidik.baik melalui membaca ataupun bertanya.
C. Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas dan memberi arah yang tepat serta menghindari meluasnya pembahasan dalam penelitian ini, dan dengan adanya
identifikasi masalah di atas, penulis akan membatasi beberapa hal yang berkatian dengan masalah, yaitu:
1. Tafsir surat al-Anbiyâ 7, al-Qâri’ah 1-2, al-Baqarah 28, at-Takwîr 26-
27, ar-Rahmân 13, al-Baqarah 245 2.
Metode Tanya Jawab dalam surat al-Anbiyâ 7, al-Qâri’ah 1-2, al- Baqarah 28, at-Takwîr 26-27, ar-Rahmân 13, al-Baqarah 245
D. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini antara lain: 1.
Bagaimana penafsiran dalam surat al-Anbiyâ 7, al-Qâri’ah 1-2, al- Baqarah 28, at-Takwîr 26-27, ar-Rahmân 13, al-Baqarah 245?
2. Bagaimana analisis metode tanya jawab yang terkandung dalam
surat al-Anbiyâ 7, al-Qâ ri’ah 1-2, al-Baqarah 28, at-Takwîr 26-27,
ar-Rahmân 13, al-Baqarah 245? 3.
Bagaimana implementasi metode tanya jawab dalam surat al-Anbiyâ 7, al-Qâ
ri’ah 1-2, al-Baqarah 28, at-Takwîr 26-27, ar-Rahmân 13, al- Baqarah 245 pada proses pembelajaran?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Tafsir surat al-Anbiyâ 7, al-Qâri’ah 1-2, al-Baqarah 28, at-Takwîr 26-27,
ar-Rahmân 13, al-Baqarah 245 2.
Metode tanya jawab yang terkandung dalam surat al-Anbiyâ 7, al-Qâri’ah 1-2, al-Baqarah 28, at-Takwîr 26-27, ar-Rahmân 13, al-Baqarah 245
3. Bagaimana implementasi metode tanya jawab dalam surat al-Anbiyâ 7,
al-Qâ ri’ah 1-2, al-Baqarah 28, at-Takwîr 26-27, ar-Rahmân 13, al-Baqarah
245 pada proses pembelajaran?
F. Manfaat dan Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat dan kegunaan : 1.
Menambah khazanah keilmuan pada bidang tafsir pendidikan, serta membuka kemungkinan adanya penelitian lebih lanjut dan peninjauan
kembali dari hasil penelitian ini. 2.
Memberi sumbangsih pemikiran terkait konsep dan teori tentang pendidikan dalam al-Qur`ân, serta menambah khazanah kepustakaan
dalam meneliti dan memahami al-Qur`ân sebagai petunjuk. 3.
Bisa dijadikan acuan dan bahan pertimbangan bagi seorang pendidik dalam memilih metode pembelajaran baik pada pendidikan formal
maupun pendidikan non formal 4.
Menambah pengetahuan bagi masyarakat terkait dengan metode tanya jawab yang terkandung dalam al-Qur`ân
12
BAB II KAJIAN TEORITIK
A.
Pengertian Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode yang sering dipakai oleh para nabi dan para rosul Allah dalam mengajarkan agama kepada ummatnya.
Bahkan par ahli pikir atau filsuf pun banyak mempergunakan metode tanya jawab. Oleh karena itu, metode ini termasuk metode yang paling tua
dalam dunia pendidikanpengajaran disamping metode cermah. Efektifitas metode ini lebih besar dari metode-metode yang lain, apalagi jika
dibanding dengan metode yang bercorak one man one show seperti pidato, ceramah, dan sebagainya. Dengan tanya jawab, pengertian dan
pengetahuan anak didik dapat lebih dimantapkan sehingga segala bentuk kesalah pahaman dan kelemahan daya tangkap terhadap pelajaran dapat
dihindari.
1
Metode tanya jawab dapat membimbing orang yang ditanya untuk mengemukakan kebenaran dan hakikat yang sesungguhnya.
2
Metode tanya jawab ialah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan, yang dikemukakan oleh pendidik yang harus dijawab oleh
peserta didik. Menurut sejarahnya metode ini termasuk metode yang tertua. Socrates yang hidup pada tahun 469-399 SM misalnya, telah
menggunakan metode tanya jawab ini dalam mengembangkan pemikiran filsafatnya serta dalam mengajarkannya kepada masyarakat Yunani saat
ini.
3
Metode tanya tanya jawab merupakan suatu cara mengajar dimana seorang pendidik mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta didik
tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah
1
Hasan Basri, Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung, Pustaka Setia, 2010, h 172
2
Abdul Mujib, Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, KENCANA, 2008, h 187
3
Abuddin Nata, Presfektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta, KENCANA, 2014, h 182
mereka baca. sedangkan peserta didik memberikan jawaban berdasarkan fakta.
4
Metode tanya jawab ialah penyampaian pesan pengajaran dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan peserta didik memberikan
jawaban, atau sebaliknya peserta didik diberi kesempatan bertanya dan pendidik yang menjawab pertanyaan. Dalam proses pembelajaran melalui
tanya jawab, pendidik memberikan pertanyaan –pertanyaan atau peserta
didik diberikan kesempatan untuk bertanya terlebih dahulu pada saat proses pembelajran, pada saat memulai pembelajaran, pada saat
pertengahan atau pada akhir pembelajaran.
5
Dalam praktiknya, metode tanya jawab ini dimulai dengan mempersiapkan pertanyaan yang diangkat dari bahan pelajaran yang akan
diajarkan, mengajukan pertanyaan, menilai proses tanya jawab yang berlangsung, dan diakhiri dengan tindak lanjut. Berbagai pertanyaan yang
dituangkan dalam bahan tanya jawab tersebut dapat dirumuskan dengan fokus pada ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, dan aspek-aspek
lainnya yang terdapat dalam ranah kognitif.
6
Metode tanya adalah metode yang banyak digunakan dalam al- Qur`ân. Tipe pertanyaan yang diajukan memiliki berbagai dimensi,
misalnya dalam rangka titik awal penjelasan sesuatu lebih lanjut, dalam rangka menciptakan dialog guna memperdalammempelajari persoalan dan
sebagainya
7
. Pertanyaan sebagai titik awal perbincangan misalnya al- Qur`ân dalam surat al-Baqarah ayat 30, yaitu:
ْنَم اهْيف لَعْجتا اهْيف ُدسْفُي
روس : رق لا
03
4
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 2015, h 282
5
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta, Ciputat Press, 2002, h 43
6
Abuddin Nata, Presfektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2009, cet 1, h 183
7
Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta, Pustaka Firdaus, 2011, h 72
Artinya: Apakah Engkau akan menciptakan makhluk yang akan membeuat kerusakan di muka bumi?
Dalam sejarah islam metode tanya jawab ini pernah diterapkan oleh Rasulullah SAW ketika beliau mengutus sahaba
t Mu’az bin Jabal untuk menjadi hakim dinegeri Yaman. Rasululloh SAW bertanya kepada
Mu’az melalui sabdanya yang berbunyi:
8
Artinya: Bagaimana Mu’az engkau memutuskan apabila datang kepada
dirimu suatu perka ra? Mu’az menjawab: aku putuskan berdasarkan
Kitabulloh. Jika aku tidak temukan hukumnya dalam al-Qur`ân maka berdasarkan sunnah Rasululloh. Jika aku tidak menemukannya dalam
sunnah Rasululloh, maka aku berijtihad denga pendapatku, dan aku tidak akan mengabaikan perkara itu. Lalu Rasulullah mengusap-usap pundak
Mu’az seraya bersabda: segala puji bagi Allah yang memberikan taufiq kepada utusan Rasulullah kepada sesuatu yang diridhoi Allah
Metode tanya jawab banyak digunakan karena dapat menarik perhatian, merangsang daya pikir, membangun keberanian, melatih
kemampuan bicara, dan berpikir secara teratur, serta sebagai alat untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik secara obyektif.
9
Antara metode tanya jawab dengan metode diskusi memiliki segi-segi perbedaan. Kalau pada metode tanya jawab, pendidik pada umumnya
menanyakan kepada peserta didik apakah mereka telah mengerti dan memahami pelajaran yang telah diberikan dan bagaimana proses
pemikiran yang dipakai oleh peserta didik. Dalam metode diskusi,
8
Tayar Yusuf, Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta, Grafindo Persada, 1995, h 64
9
Abuddin Nata, Presfektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta, KENCANA, 2014, h 183
pertanyaan pendidik lebih dititik beratkan untuk merangsang peserta didik berpikir abstrak dan kompleks serta jawaban atas pertanyaan tersebut
diharapkan tidak bersifat tunggal atau mutlak adanya, akan tetapi dapat mengandung alternative dan penafsiran yang berbeda-beda.
10
Tanya jawab merupakan metode pembelajaran yang dapat menjadikan proses pembelajaran menjadi menyenangkan. Metode tanya jawab
mengajakan peserta didiknya untuk berpikir kritis dan bahkan mengajak peserta didiknya untuk menganila suatu hal. Metode tanya jawab juga
dapat mejadikan peserta didik lebih interaktif lagi.
B. Tehnik Penggunaan Metode Tanya Jawab
Sebelum masuk kepada tehnik penggunaan metode tanya jawab, hendaknya kita mengetahui terlebih dahulu kriteria orang yang
memeberikan pertanyaan, maksudnya sebuah pertanyaan itu biasanya datang atau berasal dari siapa saja?. Imam Syathibi mengungkapkan
bahwa pertanyaan itu ada dua yaitu, Pertanyaan yang berasal dari seorang yang berilmu dan berasal dari orang yang tidak berilmu. Adapun maksud
dari orang yang berilmu adalah mujtahid ahli ijtihad, sementara orang yang tidak berilmu adalah muqallid pengikut. Terhdap kedua jenis
pertanyaan ini, orang yang ditanya juga ada dua macam yaitu orang yang tahu dan yang tidak tahu. Sehingga jenis pertanyaan itu ada empat, yaitu:
1. Pertanyaan yang datang dari orang yang berilmu. Biasanya jenis
pertanyaan ini diberikan pada empat kondisi, yaitu: 1 untuk meyakinkan apa yang ia ketahui, 2 menghilangkan ambiguitas yang
menyelimutinya, 3 mengingat-ingat sesuatu yang dikhawatirkan lupa, 4 memperingatkan orang yang ditanya atas kesalahan yang dia ucapka
ketika mengajar, 5 untuk mewakili orang-orang yang hadir atau yang sedang belajar, 6 untuk mengejar ilmu yang sekiranya terlewat.
2. Pertanyaan dari seorang peserta didik kepada peserta didik lainnya.
Pertanyaan ini terjadi pada empat kondisi: 1 untuk mengulangi
10
op. cit, h 61
pelajaran yang didapatnya, 2 meminta ilmu yang belum pernah diketahui dari orang lain yang sudah mengetahui, 3 Sebagai latihan
dalam membahas berbagai permasalahan sebelum pembelajaran., 4 untuk lebih memahami apa yang disampaikan pendidik.
11
3. Pertanyaan seorang pendidik kepada peserta didik lainnya. Pertanyaan
jenis ini terjadi pada empat kondisi: 1 memperingatkan si peserta didik terhadap hal samar yang harus dijelaskan, 2 menguji sejauh
mana peserta didiknya mengetahui pembelajaran tersebut, 3 meminta bantuan si peserta didik jika ternyata dia memiliki pengetahuan lebih,
4 memperingatkan si peserta didik supaya menggunakan ilmu yang telah dikuasainya sebagai perantara untuk meraih ilmu yang belum
dikuasainya. 4.
Pertanyaan yang berasal dari seorang peseta didik kepada pendidik.
12
Pertanyaan dari orang yang berilmu sudah mengetahuinya, pertanyaan dari peserta didik ke peserta didik lainnya, pertanyaan
peserta didik kepada pendidiknya, dan pertanyaan dari pendidik kepada peserta didiknya merupakan pertanyaan yang sering terjadi
dalam proses pembelajaran. seorang peserta didik yang sudah memahami sebuah materi pelajaran bukan berarti peserta didik itu
tidak akan bertanya, bisa jadi ia akan bertanya untuk lebih meyakinkan apa yang ia pahami.
Bertanya merupakan salah satu cara dalam pembelajaran. Tanpa bertanya tidak akan ada proses pembelajaran. Karena dalam setia proses
pembelajaran seorang pendidik perlu memberikan pertanyaan kepada peserta didiknya. Pertanyaan akan memancing kita untuk berfikir. Proses
pencerahan didalam diri peserta didik juga baru terjadi kalau kita mengajukan pertanyaan kepada diri kita sendiri. Dengan demikian
kemampuan bertanya merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh seorang pendidik, baik untuk mengajukan pertanyaan kepada peserta didik
11
Abdul Fattah Abu Ghuddah, Muhammad sang guru terj. dari Ar-Rosul al- Mu’allim wa
Asalibuhu fi at- Ta’lim oleh. Agus Hudlori, Temanggung, Armasta, 2015, h. 191
12
ibid, h. 192
dan membuat peserta didik termotivasi untuk bertanya, serta kemampuan pendidik dalam menjawab peserta pertanyaan.
13
Jika sebelumnya jenis pertanyaan itu dilihat dari siapa yang memberikan pertanyaan, maka terdapat juga jenis pertanyaan dari segi
pertanyaan itu sendiri, yaitu:
1. Jenis-jenis pertanyaan yang baik
a. Pertanyaan menurut maksudnya
1 Pertanyaan permintaan compliance question, yakni
pertanyaaan yang mengharapkan agar peserta didik mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pertanyaan. Contoh:
Dapatkah kamu tenang agar suara bapak ibu bisa didengar oleh kalian?
2 Pertanyaan retoris rethorical question yaitu pertanyaan yang
tidak menghendaki jawaban, tetapi dijawab sendiri oleh pendidik. Hal ini merupakan teknik penyampaian kepada
peserta didik. Contoh: “Siapakah yang menciptakan manusia
dan alam semesta?” 3
Pertanyaan mengarahkan atau menuntun prompting question, yaitu pertanyaan yang diajukan untuk member arah kepada
peserta didik dalam proses berpikirnya. Hal ini dilakukan apabila pendidik mengehendaki agar memperhatikan dengan
seksama bagian tertentu atau inti pelajaran yang dianggap penting. Dari segi yang lain, apabila peserta didik tidak dapat
menjawab atau salah menjawab, pendidik melanjutkan pertanyaan lanjutan yang akan mengarahkan atau menuntun
proses berpikir peserta didik dapat menemukan jawaban bagi pertanyaan pertama tadi.
4 Pertanyaan menggali probing question, yaitu pertanyaan
lanjutan yang akan mendorong peserta didik untuk lebih mendalami jawbannya terhadap pertanyaan pertama. Dengan
13
Zulfiandri, Qualitan Teaching,Jakarta, Qualitama Tunas Mandiri, 2009, h. 163
pertanyaan menggali ini peserta didik didorong untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas jawaban yang diberikan
pada pertanyaan sebelumnya
14
. b.
Pertanyaan menurut taksonomi bloom. 1
Pertanyaan pengetahuan recall question atau knowledge question
, atau ingatan dengan menggunakan kata-kata apa, dimana, kapan, siapa, dan sebutkan. Contoh: sebutkan apa saja
syarat-syarat sahnya sholat 2
Pertanyaan pemahaman comprehension question, yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban yang bersifat
pemahaman dengan kata-kata sendiri. biasanya menggunakan kata-kata jelaskan, uraikan, dan bandingkan. Contoh: Jelaskan,
bagaimana proses berdirinya dinasti Abbasiyah 3
Pertanyaan penerapan application question, yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban yang benar, tidak tunggal, tetapi
lebih dari satu dan menuntut peserta didik untuk membuat ramalan prediksi, memecahkan masalah, mencari komunikasi.
Contoh: apa yang kamu lakukan bila telah masuk waktu sholat dan tidak ada air
4 Pertanyaan evaluasi evaluation questin, yaitu pertanyaan yang
menghendaki jawaban dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap suatu isyu yang ditampilkan
15
. Contoh: bagaimana pendapat anda tentang
2. Macam-macam pertanyaan
Macam-macam pertanyaan ini dilihat dari waktu penyampainnya, pertanyaan dibagi menjadi tiga:
a. Pertanyaan awal pelajaran, yaitu pertanyaan pendahuluan yang
dimaksud untuk menghubungkan pengetahuan yang telah lalu dengan pengetahuan yang baru, merangsang minat belajar untuk
14
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung, Remaja Rosdakarya, Bandung, cet.24, h. 75
15
ibid, h 76
menerima pelajaran baru, dan memusatkan perhatian mereka kepada pelajaran.
b. Pertanyaan ditengah-tengah berlangsungnya proses belajar-
mengajar. Pertanyaan ini dimaksudkan untuk mendiskusikan bagian-bagian pelajaran dan menarik sebagai fakta baru.
c. Pertanyaan akhir pelajaran, yaitu pelajaran penutup yang
dimaksudkan untuk mengulang, dan menyimpulkan materi pembelajaran
16
.
3. Komponen-komponen keterampilan bertanya dasar:
Adapun komponen-komponen keterampilan dasar bertanya yang harus dimiliki oleh pendidik untuk mengajukan pertanyaan, adalah:
a. Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat. Pertanyaan
pendidik harus diungkap secara jelas dan singkat dengan menggunakan kata-kata yang dapat dipahami oleh peserta didik
sesuai dengan taraf perkembangannya. b.
Pemberian acuan. Sebelum memberikan pertanyaan, kadang- kadang pendidik perlu memberikan acuan yang berupa pertanyaan
yang berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan dari peserta didik.
c. Pemindahan giliran. Adakalanya suatu pertanyaan perlu dijawab
oleh lebih dari seorang peserta didik karena jawaban peserta didik benar atau belum memadai
d. Penyebaran. Untuk melibatkan peserta didik sebanyak-banyaknya
didalam pelajaran, pendidik perlu menyebarkan giliran menjawab pertanyaan secara acak.
e. Pemberian waktu berpikir. Setelah mengajukan pertanyaan kepada
seluruh peserta didik, pendidik perlu memberi waktu beberapa detik untuk berpikir sebelum menunjuk salah seoarang peserta
didik untuk menjawabnya.
16
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 2014, edisi baru, h. 452
f. Pemberian tuntunan. Bila peserta didik itu menjawab salah atau
tidak dapat menjawab, pendidik hendaknya memberikan tuntunan kepada peserta didik itu agar ia dapat menemukan sendiri jawaban
yang benar
17
.
4. Tatacara bertanya:
a. Menanyakan alasan: Contoh:
1 Apakah hal ini sesuai?
2 Mangapa kalian berfikir seperti itu?
3 Jika ada yang tidak setuju dengan pendapatmu, apa yang akan
kamu ungkapkan? b.
Meminta penjelasan lebih lanjut: Meminta penjelasan bisa dengan menggunaan kata tanya, apa
dan dapatkah: 1
Apa contohnya? 2
Dapatkah kamu jelaskan lebih lanjut? c.
Berfikir fleksibel Untuk berfikir fleksibel kita bisa menggunakan pertanyaan
dengan klimat tanya: 1
Bagaimana kita dapat…… 2
Apa pendapatmu………. d.
Kejujuran Untuk
menanyakan sebuah
kejujuran maka
bisa menggunakan kalimat tanya seperti:
1 Apakah kamu…..
e. Berfikir bersama
Untuk mendorong peserta didik berfikir bersama maka kita bisa menggunakan kalimat tanya sepert:
1 Apakah kalian setuju atau tidak setuju?
17
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung, Remaja Rosdakarya, Bandung, cet.24, h. 77
f. Akurasi. Untuk mengetahui keakuratan sebuah jawaban atau
kesimpulan bisa dengan menggunakan kalimat tanya: 1
Apakah hal itu benar? g.
Pendalaman, contoh: 1
Apa hubungan……? h.
Meminta untuk bertanya, contoh: 1
Pertanyaan apa yang muncul? i.
Perenungan, contoh: 1
Apa yang perlu kita perbaiki? j.
Keterkaitan: 1
Bagaimana hal ini dapat membntu kita? k.
Kreatifitas, contoh: 1
Bagaimana jika……? l.
Mencari pengertian yang paling baik: 1
Apa yang sudah kita pelajari?
18
5. Dasar-dasar pertanyaan yang baik
a. Jelas dan mudah dimengerti oleh peserta didik
b. Berikan informasi yang cukup untuk pertanyaan yang baik.
c. Difokuskan pada suatu masalah atau tugas terentu.
d. Berikan waktu yang cukup kepada anak untuk berpikir sebelum
menjawab pertanyaan. e.
Bagikanlah semua pertanyaan kepada seluruh peserta didik secara merata
f. Berikan respon yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul
keberanian peserta didik untuk menjawab atau bertanya g.
Tuntunlah jawaban peserta didik sehingga mereka dapat menemukan sendiri jawaban yang benar
19
.
18
Zulfiandri, Qualitan Teaching, Jakarta, Qualitama Tunas MAndiri, 2009, h. 162-164
19
op.cit, h. 75
C. Prosedur Pelaksanaan Metode Tanya Jawab
Dalam menggunakan metode tanya jawab, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti langkah-langkah, tehnik mengajukan
pertanyaan dan lain sebagainya sebagaimana yang akan dipaparkan dibawah ini.
1.
Langkah-langkah penggunaan metode tanya jawab.
Adapun langkah-langkah penggunaan metode tanya jawab dalam proses pembelajaran adala:
a. Menentukan tujuan yang akan dicapai
b. Merumuskan pertanyaan yang akan diajukan
c. Pertanyaan diajukan kepada peserta didik secara keseluruhan
d. Membuat ringkasan hasil tanya jawab, sehingga diperoleh
e. pengetahuan secara otomatis
20
Adapun langkah-langkah menurut Ramayulis dalam bukunya Metodologi Pendidikan Agama Islam adalah:
a. Tujuan pelajaran harus dirumuskan terlebih dahulu dengan sejelas-
jelasnya. b.
Pendidik harus menyelidiki apakah metode ini satu-satunya metode yang paling tepat untuk digunakan
c. Pendidik harus meneliti untuk apa metode ini dipakaikan:
1 Dipakaikan untuk menghubungkan pelajaran lama dengan
baru. 2
Untuk mendorong peserta didik supaya mempergunakan pengetahuan untuk pemecahan suatu masalah.
3 Untuk menyimpulkan suatu uraian
4 Untuk mengingatkan kembali terhadap apa yang dihafalkan
peserta didik. 5
Untuk menuntun pemikirannya. 6
Untuk memusatkan perhatiannya.
20
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta, Ciputat Press, 2002, h 144