yang mengetuk pintu rumah.
31
Sedangkan dalam tafsir departemen RI pertanyaan dalam ayat ini merupakan pertanyaan untuk meminta
perhatian akan dahsyatnya hari kiamat.
32
Pertanyaan dalam surat al- Qâri’ah ayat satu dan dua ini adalah ام
yang berarti apa. Pertanyaan dengan menggunakan “apa” biasanya
digunakan untuk hal-hal yang tidak berakal. Sedangkan dalam ayat ini pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang memberitahukan
bahwa hari kiamat itu benar-benar dahsyat terjadinya. Pertanyaan ini juga merupakan peringatan akan dahsyatnya hari kiamat itu.
Pertanyaan dalam surat al- Qâri’ah ayat 2 ini adalah “Apakah
hari kiamat itu?”, dengan demikian maka jawabannya merupakan penjelasan tentang hari kiamat. Sebagaimana firman Allah yang
tertera pada surat al- Qâri’ah pada ayat selanjutnya yang merupakan
jawaban tentang hari kiamat, yakni yang terdapat pada ayat 4 -9;
۞ ۞
۞ ۞
۞
Artinya: Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran
۞ Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan.
۞ Dan adapun orang-orang yang berat timbangan kebaikannya,
۞ Maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan
۞ Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan kebaikannya,
۞ Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.
al-Qâ ri’ah [101]: 4-9
Ayat tersebut merupakan penjelasan tentang hari kiamat, sebagai pertanyaan yang terdapat pada ayat 2, yakni “Apakah hari kiamat
31
Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah, Ciputat Lentera Hati, 2002, Juz. 15, h. 559
32
Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta, Lentera Abadi, 2010, Edisi
Revisi, jil. 10, h. 755
itu?’. Dengan demikian pertanyaan “apa” merupakan pertanyaan yang meminta penjelasan tentang suatu hal. Allah bertanya kepada manusia
tentang hakikat hari kiamat. Adapun pertanya yang dimaksud pada ayat ini adalah untuk
menakut-nakuti, mengecam dan meminta perhatian hamba-Nya akan dahsyatnya hari kiamat. Selain itu dalam kaidah istifhâm pertanyaan
dengan menggunakan “Apa” merupakan pertanyaan meminta pengertian sebagaimana makna yang sesungguhnya tentang sesuatu.
Pertanyaan “Apa” juga merupakan pertanyaan subtansi dan
Eksistensi atau keberadaan akan suatu hal. Sebagaimana yang terdapat dalam surat al-Qâ
ri’ah ini, melaului pertanyaan “Apakah hari kiamat itu?” dengan demiki merupakan pertanyaan yang meminta
penjelasan tentang eksistensi atau keberadaan hari kiamat dan
subtansi dari hari kiamat. Subtansi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI adalah seperti watak yang sebenarnya dari sesuatu,
isi, pokok, inti, unsur, żat, kekayaan, harta, dan lain sebagainya.
33
3. Tafsir surat Al-Baqarah 28
a. Teks dan Terjemahan surat al-Baqarah 28
Artinya: Bagaimana kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan
dihidupkan-Nya kembali,
kemudian kepada-Nya-lah
kamu dikembalikan?
Surat al-Baqarah [2]: 28
33
Departemen pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, PT Gramedia Indonesia, 2101, h. 1345
b. Kosakata ayat
Kata فيك memiliki arti “bagaimana”. Dalam kamus Munjid
dikatakan bahwa kaifa adalah:
Artinya: Isim Mubham yang mabni dengan fathah dan lazimnya menjadi isthifhâm atau meminta penjelasan.
34
Hal ini juga terd apat dari Mu’jam al-Wasith yaitu:
Artinya: “Kaifa” merupaka isim yang mabni dengan fatah dan
lazimnya digunakan untuk kalimat Istifhâm meminta penjelasan, seperti contoh: bagaimana Zaidan atau contoh lainnya seperti
dalam Firman Allah SWT dalam kitab- Nya yang mulia: “Kaifa
Takfurûna billâhi amwâ ta” dan sesungguhnya itu agar membuat
kagum ”
35
Adapun كي
ف dalam adawâtul istifhâm dijelaskan bahwa كي
ف digunakan untuk menanyakan
ح ٌ ا yaitu keadaan sesuatu.
36
Kata Amwâta merupakan bentuk jama’ dari kata mayyitun yang
artinya adalah orang yang mati.
37
Kata mayyitun dalam kitab lisânul ‘arabi adalah membenarkan apa-apa yang sudah mati, dan yang akan
mati.
38
34
Al-Munjid, Bairut, Maktabah Asy-Syarqiyyati, 1987, h. 705
35
Ibrohim Musthofa dkk, Mu’jam Alwasith, juz. 1-2 bab “Kâf” h. 807
36
Mamat Zaenudin dan Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghah, Bandung, Refika Auditama, 2007, h. 108
37
Ahmad Warson al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir. Surabaya, Pustaka Progresif, 1997, h. 1366
38
Abu Fadhil Jamaluddin, Lisanul ‘arobi, Beirut, Daarush Shodir, 1997, jil 2, h, 91
c. Tafsir Surat Al-Baqoroh ayat 28
Munâsabah Ayat
Ayat ini masih berkaitan dengan ayat-ayat sebelumnya yaitu pada ayat-ayat sebelumnya merupakan peringatan Allah terhadap orang-
orang kafir yang mana Allah telah mengunci hati mereka sebagaimana yang terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 7, karena
mereka adalah orang munafik sebagaimana yang terdapat dalam ayat 8, selanjutnya pada ayat 9 dikatakan bahwa mereka juga menipu
Allah dan orang-orang yang beriman, mereka pun membuat kerusakan dimuka bumi ini sebagaimana yang terdapat pada ayat 11,
dan mereka pun mengolok-olok orang yang beriman yakni yang terdapat pada ayat 14. Dan pada ayat selanjutnya pada ayat 17 sampai
20 Allah pun memberikan peringatan kepada orang-orang kafir tersebut dengan berbagai perumpamaan-perumpaan hina yang Allah
berikan kepada mereka. Selanjutnya pada ayat 21-27 merupakan seruan untuk menyembah Allah dan alasan-alasan baik berupa
perumpamaan ataupun janji mengapa kita harus menyembah dan beriman kepada Allah.
Tafsir Ayat
Dalam ayat ini dimulai dengan pertanyaan bagaimana, dalam kaidahnya bagaimana biasanya digunakan untuk mengetahui cara cara
yang bersifat indrawi. Pertanyaan ini juga mengandung unsur kecaman dan keheranan. Hal ini dikarena orang-orang tersebut masih
belum beriman meskipun telah diberikan banyak penjelasan akan kebesaran Allah. Selain itu Quraisy Shihab juga mengemukakan
bahwasanya pertanyaan pada ayat ini di awali dengan pertanyaan “bagaimana” dan bukanlah “kenapa”, hal ini dikarenakan bahwasanya
pertanyaan “mengapa” merupakan pertanyaan analisa dan
jawabannya merupakan analisis ilmiah. Dengan demikian mereka diberikan pertanyaan dengan menggunakan “bagaimana” karena
orang yang beriman tersebut tidaklah menggunakan akal mereka
untuk berfikir.
39
Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir karya imam Ibnu Katsir mengatakan surat Al-Baqarah ayat 28 merupakan penjelasan bahwa
Allah telah membuktikan keberadaan dan kekuasaan-Nya. Dan sesungguhnya Dia juga lah yang Maha Menciptakan hamba-
hambanya. “Kaifa Takfurûna billâhi” bagaiman kalian ingkar terhadap keberadaan Allah dan menyembah selain kepada-Nya.
“wa kuntum amwâta
” padahal kalian tadinya mati tidak ada kemudian Ia menghidupkan mu membuat mu ada.
40
Pada Tafsir Departemen Agama RI kata ahyâkum ditafsirkan sebagai, Allah menghidupkan kamu. Ungkapan ini menunjuk pada
tahapan dimana manusia dihadirkan Allah untuk menjalani hidup dan kehidupan di dunia. Sebelum mengalami tahap hidup di dunia,
manusia mengalami tahap berada di alam roh dan alam rahim. Pada tahap ketiga alam dunia inilah manusia dihidupkan Allah fa
ahyâkum maka menjalankan fungsi-fungsi utamanya, sebagai
‘abidullah hamba yang beribadah kepada Allah, dan sebagai khalifah fil ard
. Pada tahap keempat, manusia akan berada di alam barzakh
, setelah mengalami kematian dan tahap kelima manusia akan berada di alam akhirat, semuanya dikembalikan kepada Allah. Di sana
manusia menerima pembalasan yang seadil-adilnya atas semua amal yang dilakukan waktu hidup di dunia.
41
39
Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah, Ciputat Lentera Hati, 2002, Juz. 1, h. 162-163
40
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Semarang, Kariyath Futiran, ttt, juz. 1, h. 67
41
Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta, Lentera Abadi, 2010, Edisi
Revisi, jil. 1, h. 69
Dari belum ada di dunia kemudian kamu ada ke dunia ini dengan cara dilahirkan. Di ciptakan dari mani dalam
Şulbi ayah mu dan dari tarâib
ibu mu, berasal dari darah, dan darah tersebut berasal dari makanan hormon, kalori dan vitamin. Kemudian kamu ada dalam
rahim ibumu, dikandung ibumu berbulan-bulan dan setelahnya kamu diberi akal. Kamupun lahir ke bumi dan kamu pun bekerja untuk
mencukupi keperluan-keperluan hidup kamu dan kemudian Dia pula yang mematikanmu. Dia cabut nyawamu dan dipisahkan dari
badanmu. Badan pun dihantarkan kembali kepada asalnya. Datang dari tanah dan kembali ke tanah.
42
Demikian juga yang terdapat dalam tafsir al-Maragi, bahwasanya ayat ini juga berkaitan dengan kejadian manusia, bahwasanya
manusia pada mulanya adalah mati dan kemudian Allah menghidupkannya dan memberikan akal untuk berfikir dan
memahami akan berbagai hal. Kemudian Allah mematikan kembali dengan mencabut nyawa manusia ketika ajal sudah tiba. Dan setelah
mati Allah kembali menghidupkan manusia untuk kedua kalinya. Kehidupan ini jauh lebih tinggi dan sempurna. Tapi kehidupan ini
hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang berjiwa bersih dan beramal shalih ketika di dunia. Dan di tempat itupulalah amal
manusia dibalas dan dihitung. Hal ini menunjukkan bahwasanya Allah Maha Kuasa akan segala nikmat-nikmatnya. Hal ini juga
merupakan sebuah kejelasan bagi mereka yang mengingkari dan tidak mau beriman kepada Allah.
43
Ayat ini merupakan peringatan dari Allah Swt. kepada orang-orang yang beriman tentang beberapa hal,
yaitu: a.
Allah maha menghidupkan dan mematikan, kemudian membangkitkannya kembali setelah mati. Hanya kepa-Nyalah
semua makhluk kembali.
42
Hamka, Tafsir Al-Azhar,Jakarta, Pustaka Panjimas, 2001, juz. 1, h. 194
43
Ahmad Musthafa Al-Maroghi, Tafsir Al-Maroghi, Semarang, Toha Putra Semarang, 1974 juz.30, h. 127-128