59
Penggugat mengharapkan pernikahan yang dapat berjalan dengan langgeng sampai maut memisahkan antara penggugat dan tergugat,
sebagaimana dijelaskan dalam pengertian perkawinan pada Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan, bahwa yang dimaksud dengan
perkawinan adalah “ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai pasangan suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah
tangga yang berbahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sering terjadi pertengkaran antara penggugat dan tergugat,
diantaranya ketika anak yang pertama akan dibaptis terjadi perbedaan pendapat antara penggugat dan orang tua tergugat yang dimana penggugat
menganggap bahwa orangtua tergugat terlalu mencampuri intervensi urusan keluarga tergugat.
Pernikahan antara penggugat dan tergugat telah dikarunia 2 orang anak, yaitu: Jordyn Manuelle Dametia Napitupulu perempuan lahir di
Tangerang, pada tanggal 16 Agustus 2009, sebagaimana kelahiran itu tercatat dalam Kutipan Akta Kelahiran Nomor 474.112899-DKCSJYT2009,
tanggal 13 Oktober 2009, dan Gary Nathaniel Napitupulu laki-laki lahir di Tangerang pada tanggal 5 April 2010, sebagaimana kelahiran itu tercatat
dalam kutipan Akta Kelahiran Nomor 474.14353-DCKCSSPT2010, kedua Akta Kelahiran ini oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Tangerang. Penggugat mengajukan gugatan perceraian, dan gugatan hak asuh
anak, yaitu terhadap anak yang bernama Jordyn Manuelle Dametia
60
Napitupulu yang berusia 5 tahun dan Gary Nathaniel Napitupulu usia 4 tahun, tentu akan lebih banyak memerlukan bimbingan dan kasih sayang dari
seorang ibu, maka sudah sepantasnyasewajarnya apabila hak asuh kedua anak tersebut diberikan kepada penggugat sesuai dengan ketentuan Pasal 41
huruf a jo.Pasal 51 ayat 2 Undang-Undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan dan juga Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia
No.102KSIP1973 tanggal 24 April 1975 yang menyatakan “Berdasarkan Yurisprudensi mengenai perwakilan anak-anak, pada intinya ibu kandung
yang lebih diutamakan khususnya bagi anak-anak yang masih kecil karena kepentingan kesejahteraan anak yang menjadi kritera.
B. Pertimbangan Hukum Hakim Tentang Hak Asuh Anak di
Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan Pengadilan Negeri Tangerang
1. Pertimbangan Hukum Hakim Tentang Hak Asuh Anak di Pengadilan
Agama Jakarta Selatan Maksud dan tujuan permohonan pemohon adalah yang dijadikan dasar
hukum terhadap Perkara Nomor 2558Pdt.G2013PAJS yaitu: Pemohon dan termohon telah menghadap di persidangan, oleh karena
itu untuk memenuhi ketentuan Pasal 82 1 dan 4 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 yang telah dua kali diubah dan ditambah dengan Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2006 dan Undang-Undang No. 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama jis. Pasal 130 HIR dan Perma nomor 1 Tahun 2008, Majelis
Hakim telah mengupayakan perdamaian melalui penasehatan dimuka
61
persidangan dan penasehatan melalui mediator, namun berdasarkan laporan mediator, mediasi telah gagal dan usaha perdamaian di persidangan tidak
berhasil Menurut pemohon alasan pertengkaran adalah:
1. Bahwa penyebabnya karena termohon sering marah baik kepada
pemohon ataupun keluarga pemohon, tidak patuh, cemburu berlebihan dan juga tida menjaga sopan santun di depan umum.
2. Setelah lahirnya anak pemohon dan termohon, pemohon mengajak
ibu pemohon untuk tinggal bersama agar bisa ikut merawat bayi pemohon dan termohon, akan tetapi, malah sebaliknya, yaitu sering
terjadi perselisihan antara ibu pemohon dan termohon. Berdasarkan alasan yang diajukan pemohon, termohon menjawab
sebagai berikut: 1.
Bahwa tidak benar termohon suka marah, suka cemburu dan lainnya, akan tetapi termohon berbuat baik kepada suami, akan
tetapi malah sebaliknya pemohon yang tidak dapat emeberikan contoh yang baik sebagai suami.
2. Perihal permohonan pemohon ingin berpisah dengan termohon,
termohon menyadari memang tidak ada kecocokan, beda prinsip, beda visi dan misi, oleh karenanya termohon tidak keberatan
bercerai dengan pemohon. Termohon telah mengakui adanya perselisihan dan pertengkaran yang
terus menerus, bahkan mengakui sudah tidak ada kecocokan, beda prinsip,
62
beda visi dan misi, namun penyebabnya termohon membantah dan termohon juga menyatakan sulit untuk disatukan lagi dan tidak keberatan cerai.
Pemohon dan termohon telah pisah sejak September 2013 sampai sekarang, keduanya telah sering bertengkar tidak ada kecocokan lagi dan
sudah diusahakan untuk berdamai. Akan tetapi, tetap tidak berhasil, maka dari itu pernikahan yang seperti ini sudah tidak sejalan dengan tujuan perkawinan
sebagaimana disebutkan dalam pasal 1 Undang-Undang No.11974, Pasal 3 KHI serta Al-
Qur’an surat Ar-Rum ayat 21, yakni untuk mencapai rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah, oleh karenanya permohonan
pemohon dapat dipertimbangkan. Dasar pertimbangan diatas, pemohon dapat membuktikan kebenaran
dalil permohonannya, oleh sebab itu permohonan pemohon dapat dikabulkan untuk menjatuhkan talak satu
raj’i. Mengenai hak asuh anak, pemohon mendalilkan sebagai berikut:
1. Demi kepentingan anak yang saat ini berada dalam asuhan
pemohon, hal tersebut dilakukan mengingat termohon tidak bisa mengasuh anak dan sering menelantarkan anak, anak sudah tidak
diberi ASI lagi, hanya sampai dua bulan saja, serta termohon tidak mempunyai pekerjaan dan tempat tinggal yang berpindah-pindah,
maka untuk kepentingan anak, permohonan hak asuh anak ditetapkan dalam asuhan pemohon.
Termohon keberatan hak asuh anak ditetapkan kepada pemohon dengan alasan sebagai berikut: