Putusan Hakim dan Independensi Hakim Dalam

55 tidak lagi menyampaikan sesuatu hal kepada hakim yang memeriksa perkaranya. 24 b. Independensi Hakim Dalam Menetapkan Putusan Suatu putusan harus memuat idee des recht yang meliputi tiga unsur , yaitu keadilan gerechttigheid, kepastian hukum rechtszekerheid, dan kemanfaatan zwechtmassighed. Ketiga unsur tersebut seharusnya oleh hakim dipertimbangkan dan diterapkan secara proporsional, sehingga pada gilirannya dapat dihasilkan putusan yang berkualitas dan memenuhi harapan para pencari keadilan. 25 Penegak hukum sudah menjalankan tugasnya sesuai dengan aturan main yang ada, dalam arti aturan main yang formal. sesuai hukum yang berlaku, jaksa sudah melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan ke pengadilan dan pengacara sudah menjalankan fungsinya untuk membela dan mempertahankan hak-hak tersangka termasuk dalam perkara perdata. Hakim sudah mendengar kedua belah pihak audi alterm panterm termasuk telah melaksanakan asas-asas persidangan sebagaimana mestinya. Akan tetapi, terkadang masih terdapat nilai ketidakpuasan dari salahsatu pihak yang berperkara. Mochtar Kusumaatmaja mengemukakan bahwa hakim dalam memeriksa dan memutus perkara, bebas dari campur tangan masyarakat, eksekutif, maupun legislatif. Dengan kebebasan yang demikian itu, 24 Dwi Kantiningsih, Putusan Pengadilan yang Menyatakan Gugatan Tidak Dapat Diterima Dalam Perkara Gugat Cerai. Diakses dari http:fh.unsoed.ac.id , pada tanggal 18 Mei 2016. 25 Wildan Suyuthi Musthofa, Kode Etik Hakim, h. 98. 56 diharapkan hakim dapat mengambil keputusan berdasarkan hukum yang berlaku dan juga berdasarkan keyakinan yang seadil-adilnya serta memberikan manfaat bagi masyarakat. Dengan demikian, maka hukum dan badan pengadilan akan dapat berfungsi sebagai penggerak masyarakat dalam pembangunan hukum dan penertiban hukum. 26 Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kemandirian hakim dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya, namun pada prinsipnya terdapat dua faktor yang mempengaruhi suatu putusan, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang muncul dari dalam diri hakim sendiri. Jadi, faktor internal berkaitan dengan sumber daya manusia SDM hakimnya, yang bermula dari cara rekruitmennya yang tidak objektif, intergritas moral kurang, tingkat pendidikankeahlian dan kesejahteraan yang kurang memadai. Faktor eksternal adalah faktor yang datangnya dari luar diri hakim, terutama berkaitan dengan sistem peradilan atau sistem penegakan hukumnya yang kurang mendukung kinerja hakim. dalam hal ini dapat disebabkan karena masalah instrumen hukumnya per-undang-undangannya, adanya intervensi dan tekanan dari pihak luar, tingkat kesadaran hukum, sarana dan prasarana, sistem birokrasipemerintahannya dan lain-lain. Dengan demikian kemandirian hakim berkorelasi positif dengan penegakan supremasi hukum itu sendiri. 27 26 Wildan Suyuthi Musthofa, Kode Etik Hakim, h. 98-99. 27 Wildan Suyuthi Musthofa, Kode Etik Hakim, h. 105. 57

BAB IV ANALISIS PENYELESAIAN SENGETA HAK ASUH ANAK DI

PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN DAN PENGADILAN NEGERI TANGERANG

A. Duduk Perkara Putusan Hak Asuh Anak Hadhanah di

Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan Pengadilan Negeri Tangerang 1. Duduk Perkara Pengadilan Agama Jakarta Selatan Perkara ini sesuai yang didaftarkan pada kepaniteraan yang tertera pada nomor 2558Pdt.G2013PA JS adalah pada saat Michael Christian bin He Rieg Welly S sebagai pemohon mengajukan permohonan perceraian ke Pengadilan Agama Jakarta Selatan dengan Fina Tiza Maulida binti Muhammad Nanang sebagai termohon, awalnya pemohon Michael Christian menikah dengan termohon Fina Tiza Maulida, menikah pada tanggal 14 Agustus 2012, sebagaimana tercatat dalam kutipan buku nikah yang dikeluarkan oleh PPN KUA kecamatan Kramatjati Jakarta Timur dengan No. 107206VIII2012, tertanggal 14 Agustus 2012 Awal mula pernikahan pemohon dan termohon berjalan dengan baik, hidup dengan rukun dan harmonis selayaknya suami istri, meskipun awalnya rukun dan harmonis namun perselisihan serta pertengkaran kecil sering terjadi dengan frekuensi yang hampir setiap hari. Karena seringnya terjadi perselisihan sehingga semakin besar, pada akhirnya pemohon memulangkan termohon kepada keluarganya di daerah Kramatjati dengan maksud agar 58 pemohon dan termohon bisa saling introspeksi diri. Akan tetapi karena tidak ada iktikad baik dari termohon untuk melajutkan pernikahan, hingga akhirnya pemohon mengajukan surat permohonan untuk melakukan cerai talak terhadap termohon di Pengadilan Agama Jakarta Selatan dengan nomor perkara No. 2558Pdt.G2013 PA.JS pada tanggal 23 Oktober 2013. Perkawinan antara pemohon dan termohon telah dikaruniai seorang anak perempuan bernama Mike Qianting Ati, yang lahir pada tanggal 24 November 2012, yang telah tercatat dalam kutipan akte kelahiran No ; 67138KLUJP2012 dari Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Adminstrasi Jakarta Pusat. Pemohon mengajukan permohonan perceraian, dan permohonan hak asuh anak yang bernama Mike Qianting Ati untuk diberikan kepada Pemohon agar di asuh oleh ibu pemohon dikarenakan sikap dan perilaku termohon yang tidak baik sehingga dikhawatirkan akan berdampak buruk bagi tumbuh kembang si anak. 2. Duduk Perkara Putusan Pengadilan Negeri Tangerang Perkara ini sesuai dengan didaftarkan pada kepaniteraan nomor 282Pdt.G2014PA TNG adalah pada saat Agatha Prawito sebagai penggugat mengajukan gugatan perceraian ke Pengadilan Negeri Tangerang dengan Hary Napitupulu sebagai tergugat. Penggugat dan tergugat telah melaksanakan pernikahan pada tanggal 10 Desember 2004 dan dicatatkan pada Kantor Dinas Kependudukan Kota Depok berdasarakan kutipan akta perkawinan No. 4682004 yang diterbitkan pada tanggal 13 Desember 2004. 59 Penggugat mengharapkan pernikahan yang dapat berjalan dengan langgeng sampai maut memisahkan antara penggugat dan tergugat, sebagaimana dijelaskan dalam pengertian perkawinan pada Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan, bahwa yang dimaksud dengan perkawinan adalah “ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai pasangan suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang berbahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sering terjadi pertengkaran antara penggugat dan tergugat, diantaranya ketika anak yang pertama akan dibaptis terjadi perbedaan pendapat antara penggugat dan orang tua tergugat yang dimana penggugat menganggap bahwa orangtua tergugat terlalu mencampuri intervensi urusan keluarga tergugat. Pernikahan antara penggugat dan tergugat telah dikarunia 2 orang anak, yaitu: Jordyn Manuelle Dametia Napitupulu perempuan lahir di Tangerang, pada tanggal 16 Agustus 2009, sebagaimana kelahiran itu tercatat dalam Kutipan Akta Kelahiran Nomor 474.112899-DKCSJYT2009, tanggal 13 Oktober 2009, dan Gary Nathaniel Napitupulu laki-laki lahir di Tangerang pada tanggal 5 April 2010, sebagaimana kelahiran itu tercatat dalam kutipan Akta Kelahiran Nomor 474.14353-DCKCSSPT2010, kedua Akta Kelahiran ini oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tangerang. Penggugat mengajukan gugatan perceraian, dan gugatan hak asuh anak, yaitu terhadap anak yang bernama Jordyn Manuelle Dametia