Kode Etik Hakim HAKIM DAN KONSEP PENEMUAN HUKUM

44 5 berintegritas tinggi, 6 bertanggung jawab, 7 menjunjung tinggi harga diri, 8 berdisiplin tinggi, 9 berperilaku rendah hati, 10 bersikap profesional. 12 Dengan adanya kode etik dan pedoman perilaku hakim tersebut, akan memperkukuh sinersitas antara MA dan KY serta memudahkan bagi kedua institusi untuk melakukan pengawasan, pemeriksaan, dan penindakan terhadap para hakim yang melakukan penyimpangan dan pelanggaran terhadap profesinya. Etika profesi hakim dalam Islam adabul qadhi adalah tingkah laku yang baik dan terpuji yang harus dilaksanakan oleh seorang qadhi dalam berinteraksi sesama manusia dalam menjalankan tugasnya. Berdasarkan hal ini dapat dikatakan bahwa adabul qadhi adalah perbuatan yang patut dilaksanakan oleh serorang qadhi baik didalam mahkamah maupun diluar mahkamah. Di luar mahkamah serorang qadhi tidak seharusnya ia bergaul bebas dengan masyarakat disekelilingnya, atau berjalan-jalan dengan mereka melainkan hanya sekedar perlunya saja. Seorang qadhi juga tidak dibenarkan bersendagurau secara berlebihan. 13 Konsep kehakiman dalam peradilan Islam sangat mengutamakan asas equality before the law dan asas audi et alteram partem. Kedudukan para pihak adalah sama dimuka hukum dan memutuskan perkara, Hakim harus menghadirkan kedalam majelis pihak-pihak yang berperkara dan qadhi 12 Wildan Suyuthi Musthofa, Kode Etik Hakim, h. 124-125. 13 Abdul Manan, Etika Hakim dalam Penyelenggaraan Peradilan, h. 34-35. 45 dilarang memutus perkara sebelum mendengar semua pihak-pihak yang terkait dengan perkara yang disidangkan itu. hal ini akan membuat konsep pengadilan dalam memutuskan sebuah perkara akan terkesan lebih adil dengan menghadirkan kedua belah pihak yang sedang berperkara. 14 Masalah penegakan hukum adalah merupakan suatu persoalan yang dihadapi oleh setiap masyarakat. Walaupun kemudian setiap masyarakat dengan karakteristiknya masing-masing, mungkin memberikan corak permasalahannya tersendiri dalam kerangka penegakan hukumnya. Namun setiap masyarakat mempunyai tujuan yang sama, agar didalam masyarakat tercapai kedamaian sebagai akibat dari penegakan hukum yang formil.

C. Kewajiban dan Fungsi Hakim

Hakim merupakan unsur utama didalam pengadilan. Demikian yang dikatakan Drs. Cik Hasan Bisri, MS. Pada satu pihak ia dituntut untuk mencerminkan sifat-sifat ke kyai-an atau ke-ulama-an sebagai tokoh yang arif, yang diharapkan untuk menyelesaikan perkara keluarga yang sangat peka dan mengutamakan perdamaian. Namun di pihak lain ia dituntut untuk menerapkan teknologi pengambilan keputusan hukum, dalam upaya menempatkan pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama sebagai court of law. 15 Hakikatnya tugas pokok hakim adalah menerima, memeriksa, mengadili, memutuskan, dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan 14 Abdul Manan, Etika Hakim dalam Penyelenggaraan Peradilan h. 35-36. 15 Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama di Indonesia. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1998, Cet. II, h. 185. 46 kepadanya. Meskipun demikian, tugas dan kewajiban hakim dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu tugas hakim secara normatif dan tugas hakim secara konkret dalam mengadili suatu perkara. Beberapa tugas dan kewajiban pokok hakim dalam bidang peradilan secara normatif telah diatur Undang-Undang No.48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman antara lain: 1. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, hakim dan hakim konstitusi wajib menjaga kemandirian peradilan. pasal 3 ayat 1 UU No. 482009 2. Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Pasal 5 ayat 1 UU No. 482009 3. Hakim dan hakim konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, jujur, adil, professional dan berpengalaman dibidang hukum. Pasal 5 ayat 2 UU No. 482009 4. Hakim dan hakim konstitusi wajib mentaati kode etik dan pedoman perilaku hakim. Pasal 5 ayat 3 UU No. 482009 5. Pengadilan memeriksa, mengadili, dan memutus perkara dengan susunan majelis sekurang-kurangnya tiga orang hakim. Kecuali undang-undang menentukan lain. Pasal 10 ayat 1 UU No. 482009 47 6. Dalam sidang permusyawaratan, setiap hakim wajib menyampaikan pertimbangan atau pendapat tertulis terhadap perkara yang sedang diperiksa dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari putusan. Pasal 14 ayat 2 UU No. 482009. 16 Disamping tugas hakim seara normatif sebagaimana ditentukan dalam perundang-undangan, hakim juga mempunyai tugas secara konkret dalam memeriksa dan mengadili suatu perkara melalui tiga tindakan secara bertahap, yaitu: 1. Mengkonstatir mengonstatasi yaitu menetapkan atau merumuskan peristiwa kongkret. Hakim mengakui atau membenarkan telah terjadinya peristiwa yang telah diajukan para pihak di muka persidangan, mengonstratir berarti menetapkan peristiwa kongkret dengan membuktikan peristiwanya atau menganggap telah terbuktinya peristiwa tersebut. 2. Mengkualifisir mengualifikasi, yaitu menetapkan atau merumuskan peristiwa hukumnya. Hakim menilai peristiwa yang telah dianggap benar-benar terjadi itu termasuk dalam hubungan hukum yang mana atau seperti apa. Dengan kata lain, mengkualifisir adalah menetapkan hukumnya terhadap 16 Wildan Suyuthi Musthofa, Kode Etik Hakim. h. 106-107.