5. Bagaimana kebijakan majelis hakim dalam memutuskan perkara
hadhanah?
Dalam ketentuan proses persidangan apabila akan berdamai maka segala tuntutan dari penggugat dapat dicabut, kemudian hakim
memberikan hak asuh anak kepada pihak ayah dengan berbagai pertimbangan, yang salah satu diantaranya ialah sikap dan perilaku pihak
ibu yang tidak baik sehngga dikhawatirkan bagi tumbuh kembang si anak.
6. Dalam permasalahan hak asuh anak yang paling dipentingkan adalah
kesejahteraan bagi si anak, bagaimana mewujudkan hal tersebut ketika orang tua bercerai, khususnya dalam putusan No.
282Pdt.G2014PN.TNG?
Dengan menetapkan hak asuh kepada pihak ayah, menurut pertimbangan majelis hakim hal tersebut dapat mewujudkan kesejahteraan
bagi si anak, dikarenakan pihak ayah yang memiliki penghasilan tetap sehingga segala kebutuhan si anak terjamin dan pihak ayah tidak
diperbolehkan untuk menghalang-halangi pihak ibu apabila ingin bertmu dengan anak- anaknya.
7. Apakah keputusan hakim dalam dalam hal ini menguntungkan atau
merugikan bagi anak?
Menurut majelis hakim keputusan ini menguntungkan bagi si anak dikarenakan segala kebututuhan dapat terjamin dan pihak ayah dibatu oleh
ibunya dalam memberikan pengasuhan dan pendidikan.
8. Mengapa Hakim menggunakan hukum adat sebagai salah satu
sumber hukum
dalam menetapkan
perkara No.
282Pdt.G2014PN.TNG?
Karena hukum adat merupakan salah satu sumber hukum yang berlaku di Indonesia, selain dintaranya yurisprudensi, Undang-Undang,
Peraturan Pemerintah, Perda, dll
9. Dalam seluruh peraturan baik dalam ketentuan per-Undang-
Undangan ataupun ketentuan hukum Islam menetapkan bahwa hak asuh anak apabila terjadi perceraian adalah hak ibunya, bagaimana
dalam hukum adat batak?.
Pada dasarnya perceraian merupakan hal yang tabu dalam adat batak yang menganut sistem patrilineal. Akan tetapi, apabila keutuhan
rumah tangga sudah tidak bisa dipertahankan maka perceraian dapat dilakukan, si istri dikembalikan kepada marga aslinya dan anak-anak hasil
pernikahan mengikuti marga dari ayahnya.