Pembungkusan dan Penjarangan Buah Belimbing Dewa Panen Buah Belimbing Dewa

47 berwarna coklat tua atau ungu. Serangan yang hebat dapat menyebabkan daun kuning hingga rontok. Pengendalian dapat dilakukan dengan menyemprotkan fungisida kaptafol atau fungisida lain seperti Difolatan.

5.4.6. Pembungkusan dan Penjarangan Buah Belimbing Dewa

Pembungkusan buah dilakukan pada buah muda yang telah berukuran panjang 3 centimeter atau lebih tepatnya ketika buah telah berumur 25-30 hari sejak bunga mulai mekar. Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah buah dari gangguan hama dan meningkatkan mutu buah yaitu buah cepat besar, bersih dan berpenampilan menarik. Agar diperoleh buah yang besar maka dalam satu dompolan buah maksimal dipelihara sebanyak lima buah. Buah yang dibungkus dipilih buah yang memenuhi kriteria bentuk bagus tidak bengkok, sehat kulitbuah tidak berbintik hitam, tidak cacat dan tangkai buah besar. Buah yang tidak sesuai dengan kriteria akan dibuang dan dilakukan penjarangan buah. Bahan pembungkus buah yang digunakan petani responden adalah karbon dan plastik mulsa hitam perak. Namun, karena keberadaan karbon yang mulai langka di pasaran maka banyak petani yang beralih kepembungkus berbahan plastik mulsa hitam perak. Penjarangan buah yaitu mengurangi jumlah buah pada tanaman. Kegiatan ini bertujuan guna meningkatkan ukuran dan mutu buah. Kegiatan penjarangan buah dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembungkusan buah. Buah yang dibuang adalah buah yang bentuk dan ukurannya tidak normal, buah yang terserang HPT, buah yang terdapat di ujung ranting atau cabang serta buah yang memiliki tangkai buah yang kurus. Buah hasil penjarangan kemudian dikumpulkan dan ditimbun dalam tanah.

5.4.7. Panen Buah Belimbing Dewa

Sebelum melakukan kegiatan pemanenan, sebaiknya dilakukan terlebih dahulu pengamatan pada buah yang akan dipanen. Hal ini dilakukan untuk memperoleh buah yang sesuai tingkat kematangan dan waktu pemetikan yang tepat. Panen Belimbing dilakukan tiga kali dalam satu tahun, yaitu pada bulan Januari hingga Februari, Mei hingga Juni dan September hingga Oktober. Pemanenan biasanya dilakukan saat buah berumur 50-60 hari sejak bunga mekar. 48 Tabel 10. Ciri-ciri Indeks Kematangan Buah Belimbing Dewa di Kota Depok Indeks Kematangan Buah Ciri-ciri Buah Belimbing Dewa Indeks I Buah berwarna hijau keputihan Indeks II Buah berwarna putih kekuningan Indeks III Buah berwarna kuning kehijauan Indeks IV Buah berwarna kuning tua kehijauan Indeks V Buah berwarna kuning kemerahan Indeks VI Buah berwarna oranye kemerahan Indeks VII Buah berwarna oranye kemerahan, buah terlalu matang Sumber: Dinas Pertanian Kota Depok 2007b Buah sudah dapat dipanen saat telah memasuki indeks kematangan buah IV. Indeks kematangan IV dipilih dengan tujuan agar buah tidak cepat busuk dalam proses penyimpanan. Ciri indeks kematangan buah dapat dilihat pada Tabel 10. Hasil buah yang dipanen dibagi menjadi tiga kelas grade. Grade A adalah buah dengan berat lebih dari 250 gram. Grade B yaitu buah dengan berat 200 sampai 250 gram, sedangkan grade C adalah buah dengan berat kurang dari 200 gram. 49 VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan oleh petani. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini untuk menganalisis pendapatan usahatani belimbing dewa adalah dengan cara membandingkan antara penggunaan input, produksi, penerimaan serta pendapatan usahatani petani sebelum dan setelah menerima kredit PKBL. Pembahasan dilakukan dengan menggabungkan data semua petani responden. Hal ini dilakukan karena adanya keragaman usia pohon yang besar dari setiap petani responden sehingga pembahasan tidak dapat dilakukan berdasarkan kelompok umur. Data yang dianalisis merupakan data petani responden sebelum menerima kredit PKBL tahun 2007 dan data petani responden setelah menerima kredit tahun 2010. Pengambilan data pada periode tahun 2007 dilakukan karena petani belimbing dewa di kota Depok baru memperoleh kredit pada tahun 2008. Sedangkan pemilihan periode tahun 2010 dikarenakan pada tahun tersebut tidak ada lagi petani yang memperoleh kredit PKBL. Analisis pendapatan usahatani ini menggunakan hasil perhitungan rata-rata dari responden dalam periode satu tahun atau tiga kali musim panen per sepuluh pohon. Hasil dari analisis pendapatan belimbing dewa ini diharapkan dapat menjadi gambaran umum mengenai pengaruh kredit PKBL terhadap pendapatan yang diperoleh petani dari hasil budidaya belimbing dewa.

6.1. Penggunaan Kredit