Penggunaan Kredit Jumlah Pohon Belimbing

49 VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan oleh petani. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini untuk menganalisis pendapatan usahatani belimbing dewa adalah dengan cara membandingkan antara penggunaan input, produksi, penerimaan serta pendapatan usahatani petani sebelum dan setelah menerima kredit PKBL. Pembahasan dilakukan dengan menggabungkan data semua petani responden. Hal ini dilakukan karena adanya keragaman usia pohon yang besar dari setiap petani responden sehingga pembahasan tidak dapat dilakukan berdasarkan kelompok umur. Data yang dianalisis merupakan data petani responden sebelum menerima kredit PKBL tahun 2007 dan data petani responden setelah menerima kredit tahun 2010. Pengambilan data pada periode tahun 2007 dilakukan karena petani belimbing dewa di kota Depok baru memperoleh kredit pada tahun 2008. Sedangkan pemilihan periode tahun 2010 dikarenakan pada tahun tersebut tidak ada lagi petani yang memperoleh kredit PKBL. Analisis pendapatan usahatani ini menggunakan hasil perhitungan rata-rata dari responden dalam periode satu tahun atau tiga kali musim panen per sepuluh pohon. Hasil dari analisis pendapatan belimbing dewa ini diharapkan dapat menjadi gambaran umum mengenai pengaruh kredit PKBL terhadap pendapatan yang diperoleh petani dari hasil budidaya belimbing dewa.

6.1. Penggunaan Kredit

Sebelum membahas analisis pendapatan usahatani belimbing dewa, terlebih dahulu akan dibahas tentang penggunaan kredit petani responden. Sebagian besar petani responden menggunakan dana kredit untuk kegiatan usahatani dan keperluan rumah tangga. Jika dilihat pada Lampiran 1, sebesar 60,49 persen dari total dana kredit yang diterima digunakan untuk kegiatan usahatani. Petani menggunakan dana kredit untuk penyediaan input produksi 50 seperti pupuk dan pestisida. Selain itu, petani juga menggunakan dana kredit yang diperoleh untuk membeli alat-alat pertanian seperti tangki semprot serta pembuatan sumur. Selain untuk kegiatan usahatani, petani juga menggunakan dana kredit sebesar 34,66 persen untuk keperluan rumah tangga dan 4,85 persen untuk kegiatan usaha lain. Jumlah penggunaan dana kredit di luar kegiatan usahatani yang terlalu besar ini dapat berakibat pada tidak tercapainya tujuan dari penyaluran kredit PKBL, yaitu untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani belimbing dewa. Berdasarkan hasil wawancara, penyimpangan penggunaan dana kredit ini terjadi karena ketika petani memperoleh dana kredit tersebut, petani tidak dalam masa kegiatan usahatani yang memerlukan dana yang besar seperti pemupukan sehingga banyak petani yang menggunakan dana kredit untuk keperluan lain. Penyimpangan penggunaan dana ini dikhawatirkan akan berdampak pada tidak meningkatnya produksi dan pendapatan petani belimbing dewa setelah menerima kredit.

6.2. Jumlah Pohon Belimbing

Berikut ini akan dijelaskan jumlah pohon belimbing dari masing-masing petani responden menurut kelompok umur. Kelompok umur dibagi menjadi empat kelompok umur yaitu 3-5 tahun, 6-10 tahun, 11-15 tahun dan di atas 16 tahun. Pembagian kelompok umur ini didasarkan atas produktivitas pohon belimbing rata-rata per tahun yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Kota Depok. Jumlah pohon Belimbing Dewa petani responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada Lampiran 2. Pada Lampiran 2, dapat dilihat bahwa jumlah pohon pada tahun 2010 mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2007. Hal ini terjadi karena sebagian petani menggunakan dana kredit untuk menambah jumlah pohon yang dibudidayakan dengan cara menyewa maupun dengan sistem bagi hasil. Pada Lampiran 2 juga dapat dilihat besarnya keragaman umur pohon belimbing yang dimiliki oleh petani responden sehingga sulit untuk melakukan analisis pendapatan usahatani belimbing dewa berdasarkan kelompok umur. Untuk 51 mempermudah serta mengurangi kesalahan pada analisis ini, digunakan metode pembobotan usia pohon. Metode pembobotan usia pohon dilakukan untuk menyamakan usia pohon dari seluruh pohon yang dimiliki oleh petani responden sehingga analisis pendapatan usahatani dapat dilakukan berdasarkan jumlah pohon. Analisis pendapatan usahatani ini dilakukan dengan satuan per sepuluh pohon. Berdasarkan informasi dari PPL di lokasi penelitian, kelompok usia 3-5 tahun memiliki rata-rata produktivitas sebesar 125 kilogram per pohon per tahun, kelompok usia 6-10 tahun memiliki rata-rata produktivitas sebesar 300 kilogram per pohon per tahun, kelompok usia 11-15 tahun memiliki rata-rata produktivitas sebesar 500 kilogram per pohon per tahun, dan untuk kelompok usia lebih dari 16 tahun memiliki rata-rata produksi lebih dari 700 kilogram per pohon per tahun. Berdasarkan nilai rata-rata produktivitas tersebut, maka didapat nilai pembobotan untuk tiap kelompok umur masing-masing, yaitu 0,18; 0,43; 0,71, dan 1. Jumlah pohon belimbing setelah dibobot dapat dilihat pada Lampiran 3. Pada Lampiran 3, dapat dilihat rata-rata jumlah pohon setelah dibobot yang dimiliki oleh petani pada tahun 2007 adalah 32 pohon dengan rata-rata produksi per tahun sebesar 132,26 kilogram. Sedangkan untuk tahun 2010, rata-rata jumlah pohon setelah dibobot adalah 38 pohon dengan rata-rata produksi per tahun sebesar 108,13 kilogram. Peningkatan jumlah rata-rata pohon setelah dibobot pada tahun 2010 disebabkan bertambahnya usia pohon belimbing yang dimiliki oleh petani responden sehingga pohon yang dimiliki oleh petani masuk ke dalam kelompok usia yang lebih tinggi. Namun apabila dilihat dari rata-rata produksi per pohon pada tahun 2010 mengalami penurunan. Berkurangnya produksi diduga karena bunga yang akan menjadi bakal buah gugur dikarenakan faktor angin dan hujan serta karena adanya serangan lalat buah yang mengakibatkan gagal panen.

6.3. Penggunaan Sarana Produksi dalam Usahatani Belimbing Dewa