19 3. Modal. Penggunaan modal berfungsi membantu meningkatkan produktivitas,
baik lahan maupun tenaga kerja untuk menciptakan kekayaan dan pendapatan usahatani. Modal dalam suatu usahatani digunakan untuk membeli sarana
produksi serta pengeluaran selama kegiatan usahatani berlangsung. Sumber modal diperoleh dari milik sendiri, pinjaman atau kredit, warisan, usaha lain
ataupun kontrak sewa. 4. Pengelolaan
manajemen usahatani.
Pengelolaan usahatani
adalah kemampuan petani untuk menentukan, mengorganisir dan mengkoordinasikan
faktor-faktor produksi yangdikuasainya dengan sebaik-baiknya sehingga memberikan produksi pertaniansebagaimana yang diharapkan. Manajemen
merupakan tindakan
manusiapetani dengan
kemampuan dan
keterampilannya mengkombinasikan faktor-faktorproduksi lahan, tenaga kerja dan modal dalam proses produksi pertanianuntuk tujuan menghasilkan barang-
barang yang dibutuhkan secara maksimum.Untuk dapat menjadi pengelola yang berhasil, maka pemahaman terhadapprinsip teknik dan prinsip ekonomis
menjadi syarat bagi seorang pengelola.Pengenalan dan pemahaman prinsip teknik meliputi perilaku cabang usahayang diputuskan, perkembangan
teknologi, tingkat teknologi yang dikuasaidan cara budidaya atau alternatif lain berdasar pengalaman orang lain.Pengenalan pemahaman prinsip
ekonomis antara lain penentuanperkembangan harga, kombinasi cabang harga, pemasaran hasil, pembiayaanusahatani, penggolongan modal dan pendapatan
serta ukuran-ukurankeberhasilan yang lazim. Panduan penerapan kedua prinsip itu tercermin darikeputusan yang diambil agar risiko tidak menjadi
tanggungan pengelola. Kesediaan risiko sangat tergantung kepadatersedianya modal, status petani,umur, lingkungan usaha, perubahan posisi, pendidikan
dan pengalaman petani.
3.1.4. Konsep Pendapatan Usahatani
Dalam melakukan analisis usahatani, ada tiga variabel yang perlu diketahui yaitu penerimaan, biaya dan pendapatan. Cara analisis terhadap tiga
variabel ini sering disebut dengan analisis anggaran arus uang tunai cashflow analysis. Penerimaan ushatani adalah perkalian antara produksi dengan harga
20 jual, biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu
usahatani, sedangkan yang dimaksud dengan pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran Soekartawi 1995.
Hernanto 1989 mengungkapkan bahwa biaya produksi dalam usahatani dapat dibedakan menjadi:
1 Berdasarkan jumlah output yang dihasilkan, biaya terdiri atas: 1. Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar
kecilnya produksi, misalnya pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat bangunan pertanian dan bunga pinjaman.
2. Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah produksi, misalkan pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan dan
biaya tenaga kerja. 2 Berdasarkan yang langsung dikeluarkan dan diperhitungkan terdiri:
1. Biaya tunai adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar tunai.
Biaya tetap misalnya pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan biaya variabel misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan dan
tenaga luar keluarga. Biaya tunai ini berguna untuk melihat pengalokasian modal yang dimiliki oleh petani.
2. Biaya tidak tunai diperhitungkan adalah biaya penyusutan alat-alat
pertanian, sewa lahan milik sendiri biaya tetap dan tenaga dalam keluarga biaya variabel. Biaya tidak tunai ini untuk melihat bagaimana
manajemen suatu usahatani. Pendapatan usahatani terbagi atas pendapatan tunai usahatani dan
pendapatan total usahatani. Pendapatan kotor mengukur pendapatan kerja petani tanpa memasukkan biaya yang diperhitungkan sebagai komponen biaya.
Pendapatan tunai usahatani merupakan selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya tunai usahatani. Sedangkan pendapatan total usahatani mengukur
pendapatan kerja petani dari seluruh biaya usahatani yang dikeluarkan. Pendapatan bersih usahatani diperoleh dari selisih penerimaan usahatani dengan
biaya total usahatani. Selain itu untuk mengetahui tingkat keuntungan dari suatu kegiatan
usahatani dapat juga dilakukan analisis RC ratio yang menunjukkan besar
21 penerimaan usahatani yang akan diperoleh petani untuk setiap rupiah yang
dikeluarkan untuk kegiatan usahatani. Semakin besar nilai RC maka semakin besar pula penerimaan yang diperoleh untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan.
Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan usahatani yang dilakukan tersebut menguntungkan dan layak untuk diusahakan.
Kegiatan usahatani dapat dikatakan layak apabila nilai RC ratio lebih besar dari satu, artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan
menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan biaya sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan usahatani tersebut menguntungkan.
Sebaliknya apabila nilai RC ratio lebih kecil dari satu, artinya setiap tambahan biaya menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih kecil sehingga kegiatan
usahatani dikatakan tidak menguntungkan. Sedangkan jika nilai RC ratio sama dengan satu, maka kegiatan usahatani memperoleh keuntungan normal.
3.2. Kerangka Operasional