Analisis Pendapatan dan Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi

11 Hasil analisis RC rasio menunjukkan bahwa usahatani ternak sapi perah yang dilakukan oleh peternak setelah menggunakan kredit pada dasarnya memberikan tingkat pendapatan yang lebih besar dibandingkan sebelum menggunakan kredit. Hal ini dapat dilihat dari nilai RC rasio atas biaya tunai untuk ternak sapi perah setelah menggunakan kredit 1,77 yang lebih besar dari nilai RC rasio atas biaya tunai sebelum menggunakan kredit 1,24.Dalam hasil penelitiannya, Pratiwi 2009 menyatakan bahwa pelaksanaan KKP-E meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Pelaksanaan dan pengawasan yang baik membuat program ini dapat berjalan dengan baik. Penelitianmengenai dampak penyaluran Kredit Usaha Rakyat KUR terhadap perkembangan UMKM yang dilakukan oleh Respita 2010 menyatakan bahwa besaran KUR yang diterima oleh pelaku UMKM berpengaruh positif terhadap omset usaha UMKM. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa omset usaha UMKM mengalami peningkatan setelah menerima KUR. Omset usaha setelah menerima KUR berpengaruh positif terhadap keuntungan yang diterima oleh pelaku usaha. Semakin besar nilai omset usaha setelah menerima KUR, maka semakin besar jumlah keuntungan yang diperoleh. Selain itu, sektor usaha juga berpengaruh signifikan terhadap keuntungan usaha.Dalam penelitiannya, peneliti menyatakan bahwa usaha yang bergerak di sektor jasa memberikan keuntungan yang lebih besar karena biaya produksi yang dikeluarkan oleh sektor ini lebih sedikit daripada usaha yang bergerak di sektor perdagangan. Menurut Respita 2010, besaran KUR yang diterima tidak berpengaruh signifikan terhadap penggunaan tenaga kerja dari dalam keluarga. Hal ini disebabkan usaha-usaha yang mendapatkan KUR merupakan usaha yang tergolong ke dalam usaha mikro. Pada usaha yang tergolong usaha mikro, pemilik usaha biasanya bertindak sekaligus sebagai pekerja. Jadi, pemilik usaha menangani usahanya tersebut secara langsung tanpa perantara.

2.4. Analisis Pendapatan dan Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi

Usahatani Belimbing Dewa Penelitian Zamani 2008 yang berjudul “AnalisisPendapatan dan Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usahatani Belimbing Depok Varietas Dewa- Dewi” dilakukan dengan metode membandingkan pendapatan usahatani 12 Belimbing Dewa-Dewi yang menerapkan Standar Operasional Prosedur SOP dan yang tidak menerapkan SOP. Hasil penelitian diperoleh bahwa pendapatan usahatani belimbing baik atas biaya tunai maupun total pada petani yang menerapkan SOP lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang tidak menerapkan SOP. Pendapatan usahatani belimbing atas biaya tunai petani SOP untuk luaskebun 1.000 meter persegi per satu kali musim panen sebesar Rp 3.701.019 danpada petani non SOP sebesar Rp 2.816.139. Sedangkan pendapatan usahatani atasbiaya total sebesar Rp 2.261.114 dan Rp 1.002.916 masing-masing untuk petaniyang menerapkan SOP dan yang tidak menerapkan SOP. Hasil analisis imbangan penerimaan dan biaya RC rasio usahatani belimbing untuk petani SOP dan petani non SOP, menunjukkan bahwa usahatani belimbing ini layak untuk diusahakan. Hal ini dapat dilihat dari nilai RC rasio baik atas biaya tunai dan total yang lebih besar dari satu. Nilai RC rasioatas biaya tunai petani SOP dan petani non SOP adalah sebesar 2,43 dan 2,42. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi belimbing dewa untuk petani SOP dalam penelitian ini adalah pupuk NPK, insektida Decis dan tenaga kerja. Sedangkan untuk insektida Curacron dan pupuk gandasil tidak mempengaruhi produksi belimbing dewa secara nyata. Berbeda dengan petani SOP, untuk petani non SOP faktor-faktor yang mempengaruhi produksi belimbing dewa adalah insektida Curakron dan tenaga kerja. Sedangkan untuk faktor produksi pupuk NPK, insektida Decis dan pupuk gandasil tidak berpengaruh nyata terhadap produksi belimbing dewa. Tidak berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zamani 2008, Yulistia 2009 dalam penelitiannya menyatakan bahwa pengaruh hadirnya Primatani di Kota Depok belum memberikan dampak yang terlalu besar terhadap tingkat pendapatan petani peserta Primatani. Hal ini dapat dilihat dari pendapatan atas biaya tunai dan total pada petani non Primatani lebih tinggi jika dibandingkan dengan petani Primatani.Dari hasil perhitungan RC rasio atas biaya tunai pada petani Primatani dan non Primatani masing-masing adalah 3,34 dan 3,45. Artinya dari setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani Primatani dan non Primatani akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 3,34 dan Rp 3,45, sedangkan jika dilihat dari sisi biaya totalnya maka RC rasio untuk petani 13 Primatani adalah sebesar 2,52 dan untuk petani non Primatani 2,76. Artinya usahatani belimbing dewa yang diusahakan petani non Primatani memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan petani Primatani. Variabel bebas yang digunakan dalam model penduga fungsi produksi petani Primatani adalah pupuk kandang, pupuk NPK, pupuk gandasil, pestisida, petrogenol dan tenaga kerja. Sedangkan model penduga fungsi produksi petani non Primatani menggunakan variabel bebas pupuk kandang, pupuk gandasil, pestisida, petrogenol, dan tenaga kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi belimbing dewa petani Primatani adalah pupuk gandasil, pestida, petrogenol, dan tenaga kerja. Sedangkan faktor produksi pupuk kandang dan pupuk NPK tidak berpengaruh terhadap produksi belimbing dewa. Untuk petani non Primatani, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi belimbing dewa adalah pupuk gandasil, pestisida dan tenaga kerja, sedangkan faktor produksi pupuk kandang dan petrogenol tidak berpengaruh terhadap produksi belimbing dewa. Penggunaan faktor produksi pupuk kandang tidak berpengaruh nyata terhadap produksi belimbing dewa dikarenakan dosis penggunaan pupuk kandang, baik petani Primatani maupun petani non Primatani bergantung dari sumberdaya yang dimiliki petani. 14 III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis