21 penerimaan usahatani yang akan diperoleh petani untuk setiap rupiah yang
dikeluarkan untuk kegiatan usahatani. Semakin besar nilai RC maka semakin besar pula penerimaan yang diperoleh untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan.
Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan usahatani yang dilakukan tersebut menguntungkan dan layak untuk diusahakan.
Kegiatan usahatani dapat dikatakan layak apabila nilai RC ratio lebih besar dari satu, artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan
menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan biaya sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan usahatani tersebut menguntungkan.
Sebaliknya apabila nilai RC ratio lebih kecil dari satu, artinya setiap tambahan biaya menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih kecil sehingga kegiatan
usahatani dikatakan tidak menguntungkan. Sedangkan jika nilai RC ratio sama dengan satu, maka kegiatan usahatani memperoleh keuntungan normal.
3.2. Kerangka Operasional
Upaya Pemerintah Kota Depok untuk mengembangkan belimbing dewa sebagai ikon Kota Depok pada kenyataannya masih menemukan kendala dan
permasalahan. Permasalahan yang dihadapi salah satunya adalah kapasitas produksi yang masih rendah. Hal ini dikarenakan lahan yang semakin terbatas,
penerapan teknologi yang belum optimal, serta kurangnya modal yang dimiliki oleh petani. Keterbatasan modal serta sulitnya aksesibilitas petani terhadap kredit
merupakan salah satu penyebab kurang optimalnya penerapan teknologi yang dilakukan oleh petani belimbing. Pemerintah Kota Depok mengupayakan akses
kredit yang mudah bagi petani belimbing dewa di Kota Depok yaitu dengan bekerja sama dengan Bank Mandiri untuk penyalurannya.
Tujuan diadakannya kredit PKBL ini adalah untuk dapat meningkatkan modal usahatani sehingga petani dapat meningkatkan penggunaan input maupun
teknologi dalam budidaya Belimbing Dewa. Peningkatan penggunaan input dan teknologi yang dilakukan oleh petani diharapkan mampu meningkatkan produksi
Belimbing Dewa sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani Belimbing Dewa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kredit terhadap
produksi dan pendapatan petani Belimbing Dewa di Kota Depok. Untuk
22 menganalisisi pengaruh kredit, penelitian ini dilakukan dengan cara
membandingkan tingkat pendapatan usahatani belimbing petani sebelum menerima kredit dengan pendapatan petani setelah menerima kredit.
Dalam memproduksi belimbing dewa, petani menggunakan beberapa faktor produksi. Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh dalam produksi
Belimbing Dewa antara lain adalah pupuk kandang, pupuk NPK, pupuk urea, pupuk gandasil, pestisida, tenaga kerja, dan dummy kredit. Untuk memperoleh
faktor-faktor produksi tersebut, petani akan dibebankan sejumlah biaya. Sedangkan dari produksi belimbing yang dihasilkan akan diperoleh penerimaan.
Selisih dari penerimaan yang diterima petani dan biaya yang dikeluarkan disebut dengan pendapatan. Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis pendapatan yang
pada akhirnya akan dihasilkan tingkat pendapatan usahatani dan imbangan penerimaan dan biaya yang diperoleh petani belimbing dewa sebelum dan setelah
menerima kredit. Selain analisis pendapatan, penelitian ini juga menganalisis faktor-faktor produksi apa saja yang berpengaruh terhadap produksi Belimbing
Dewa sehingga akan dilakukan juga analisis fungsi produksi. Dari hasil analisis pendapatan dan analisis fungsi produksi dapat
disimpulkan mengenai pengaruh kredit terhadap usahatani belimbing dewa di Kota Depok. Alur kerangka pemikiran operasional dari penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 2.
23
Gambar 2. Alur Kerangka Pemikiran Operasional Pengaruh Kredit terhadap
Pendapatan dan Produksi Belimbing Dewa di Kota Depok Peningkatan Modal Usahatani
Belimbing Dewa
Pengaruh Kredit
Faktor –faktor
yang mempengaruhi
produksi: 1. Pupuk Kandang
2. Pupuk NPK 3. Pupuk Urea
4. Pestisida 5. Gandasil
6. Tenaga Kerja 7. Dummy kredit
Analisis Usahatani
Harga Output
Output
Penerimaan Harga
Input Faktor Produksi
Input
Biaya Produksi
Tingkat Pendapatan dan Produksi sebagai Pengaruh
Kredit
24
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian