39 wawancara, tambahan pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan sampingan
mereka adalah sebesar Rp. 300.000 sampai Rp. 500.000 per bulan. Tambahan pendapatan ini dapat mereka gunakan sebagai modal dalam menjalankan aktivitas
usahatani untuk membeli sarana produksi pertanian yang dibutuhkan. Sedangkan untuk petani dengan status usahatani sebagai pekerjaan sampingan memiliki
pekerjaan utama sebagai guru SLTP atau karyawan swasta.
5.3.2. Usia Petani Responden
Berdasarkan usia, petani responden dibagi menjadi empat kelompok angkatan kerja, yaitu kelompok usia kurang dari 15 tahun, 15 sampai 30 tahun, 31
sampai 45 tahun, dan 46 sampai 60 tahun.
Tabel 5. Jumlah Petani Responden berdasarkan Kriteria Usia
Kisaran Usia tahun Jumlah Petani
Persentase
15 15-30
11 33,33
31-45 20
60,61 46-60
2 6,06
Total 33
100,00 Rata-rata Usia Petani
34 Tahun
Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa kegiatan usahatani didominasi oleh petani berusia 31
– 45 tahun sebesar 60,61 persen atau rata-rata usia petani adalah 34 tahun. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa petani responden pada
penelitian ini berasal dari kalangan petani usia produktif.
5.3.3. Tingkat Pendidikan Petani Responden
Data hasil wawancara menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tertinggi dari petani responden adalah Sarjana Data jumlah petani responden berdasarkan
tingkat pendidikan formal disajikan pada Tabel 6. Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa petani responden paling banyak berasal dari lulusan
40 SMAsederajat 42,42 persen dan paling sedikit berasal dari lulusan diploma
3,03 persen atau satu orang. Jika petani memiliki tingkat pendidikan yang tinggi maka akan
memudahkan mereka dalam mengadopsi teknologi dan hal-hal baru dalam kegiatan usahatani. Selain itu, jika petani memilikitingkat pendidikan yang tinggi
maka akan memudahkan petani dalam memutuskan sesuatu yang berhubungan dengan usahatani seperti menentukan cara-cara berproduksi, menentukan cara-
cara pembelian sarana produksi dan sebagainya.
Tabel 6. Jumlah Petani Responden berdasarkan Kriteria Tingkat Pendidikan
Formal
Tingkat Pendidikan Jumlah Petani
Persentase
Tamat SDsederajat 4
12,12 Tamat SMPsederajat
12 36,37
Tamat SMAsederajat 14
42,42 Diploma
1 3,03
Sarjana 2
6,06
Total 33
100,00
5.3.4. Status Kepemilikan Lahan Petani Responden
Lahan Belimbing yang dimiliki oleh petani responden sebagian besar merupakan lahan milik pribadi sebesar 33,33 persen serta lahan milik pribadi dan
sewa sebesar 30,31 persen Tabel 7. Petani yang memiliki status kepemilikan lahan sebagai lahan milik pribadi akan lebih mudah untuk mengambil kebijakan
terkait dengan usahatani yang dijalankannya, seperti penerapan teknologi di lahan pribadi miliknya.
Berdasarkan hasil wawancara, rata-rata luas lahan yang dimiliki oleh petani pada tahun 2007 adalah sebesar 1.419 m
2
dan untuk tahun 2010 adalah sebesar 1.551 m
2
. Jika dilihat dari rata-rata luas lahan petani yang kurang dari 0,5 hektar, maka petani responden belimbing dewa dikategorikan sebagai petani
berlahan sempit.
41
Tabel 7. Jumlah Petani Responden berdasarkan Kriteria Status Kepemilikan
Lahan
Status Kepemilikan Lahan Jumlah Petani
Persentase
Milik Pribadi 11
33,33 Sewa
3 9,09
Bagi Hasil 1
3,03 Milik Pribadi Sewa
10 30,31
Milik Pribadi Bagi hasil 4
12,12 Sewa Bagi Hasil
2 6,06
Milik,Sewa Bagi Hasil 2
6,06
Total 33
100,00
5.3.5. Pengalaman Berusahatani Petani Responden