Latar Belakang Pengaruh Kredit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) terhadap Produksi dan Pendapatan Petani Belimbing Dewa (Kasus: Kelompok Tani Sarijaya, Kota Depok)

1 I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki banyak peran dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain adalah pembentukan Produk Domestik Bruto PDB, sumber devisa negara, penyediaan pangan dan bahan baku industri, dan penyediaan lapangan pekerjaan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Tabel 1, kontribusi sektor pertanian termasuk peternakan, kehutanan dan perikanan terhadap PDB Nasional dari tahun 2010 hingga triwulan I 2011 berkisar antara 13,62 – 13,23 persen dari total nilai PDB nasional. Walaupun kontribusi pertanian terhadap pembentukan PDB menurun pada triwulan I tahun 2011, namun angka ini masih cukup besar karena kontribusi pertanian menempati urutan ketiga setelah sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Tabel 1. Pendapatan Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Triwulan I Tahun 2010 – 2011triliun rupiah Sumber : Badan Pusat Statistik 2011 diolah 1 1 Berita Resmi Statistik No. 3105Th.XIV, 5 Mei 2011. http:www.bps.go.idbrs_filepdb- 05mei11.pdf [15 Agustus 2011] Lapangan Usaha Triwulan I-2010 Persentase Triwulan I-2011 Persentase Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 76,0 13,62 78,6 13,23 Pertambangan dan Penggalian 44,9 8,05 47,0 7,91 Industri Pengolahan 144,1 25,82 151,3 25,47 Listrik, Gas Air Bersih 4,4 0,79 4,5 0,76 Konstruksi 35,9 6,43 37,8 6,36 Perdagangan, Hotel Restoran 95,7 17,15 103,2 17,37 Pengangkutan dan Komunikasi 50,7 9,09 57,7 9,71 Keuangan, Real Estate Jasa Perusahaan 53,9 9,66 57,9 9,75 Jasa-jasa 52,4 9,39 56,0 9,43 Total 558,0 100,00 594,0 100,00 2 Sektor pertanian memiliki beberapa subsektor yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Salah satu subsektor yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah subsektor hortikultura. Subsektor hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Hal ini disebabkan Indonesia memiliki keragaman agroklimat sehingga memungkinkan pengembangan berbagai jenis tanaman baik tanaman hortikultura tropis maupun hortikultura subtropis. Subsektor hortikultura memiliki 323 jenis komoditas, yang terdiri atas 60 jenis komoditas buah-buahan, 80 jenis komoditas sayuran, 66 jenis komoditas biofarmaka dan 117 jenis komoditas tanaman hias Direktorat Jendral Hortikultura, 2008. Subsektor hortikultura sebagai komoditas dengan nilai ekonomi yang tinggi dapat dilihat dari kontribusi subsektor hortikultura terhadap Produk Domestik Bruto berdasarkan harga berlaku pada tahun 2007 yang mencapai Rp.76.795 miliar dan pada tahun 2008 menjadi Rp. 84.203 miliar dan meningkat ditahun 2009 menjadi Rp. 88.334 miliar Tabel 2. Hal ini menunjukkan peran penting subsektor hortikultura dalam mendukung perekonomian nasional, khususnya dalam upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Tabel 2. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2007-2009 No Kelompok Komoditas Nilai PDB Milyar rupiah per Tahun 2007 2008 2009 1 Buah-buahan 42.362 47.060 48.437 6,41 2 Sayuran 25.587 28.205 30.506 8,41 3 Tanaman Biofarmaka 4.105 3.853 3.897 -2,71 4 Tanaman Hias 4.741 5.085 5.494 7,10 Total Hortikultura 76.795 84.203 88.334 6,74 Sumber: Direktorat Jendral Hortikultura 2010 Diantara komoditas-komoditas yang termasuk dalam subsektor hortikultura, buah-buahan merupakan produk pertanian yang memberikan kontribusi terbesar dalam Produk Domestik Bruto PDB Nasional untuk 3 subsektor hortikultura. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi buah-buahan pada tahun 2009 yang mencapai Rp. 48.437 milyar Tabel 2 Nilai PDB hortikultura nasional komoditas buah-buahan tiap tahun terus mengalami peningkatan dengan laju persen per tahun sebesar 48,3 persen. Hal ini mengindikasikan adanya potensi dalam pengembangan komoditas buah-buahan. Potensi dalam mengembangkan komoditas buah-buahan juga dapat dilihat dari meningkatnya kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat dan pentingnya menkonsumsi buah-buahan untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari. Keragaman jenis komoditas hortikultura yang begitu besar dan nilai ekonomis yang tinggi, menimbulkan kesulitan tersendiri dalam memilih prioritas komoditas yang akan dikembangkan, karena hal tersebut sangat terkait dengan kekuatan pasar serta prioritas kebijakan di Pusat dan Daerah. Untuk pengembangan kawasan komoditas hortikultura, Jawa Barat memiliki kesesuaian lahan dan iklim yang cukup potensial, salah satunya adalah Kota Depok. Kota Depok memiliki kondisi iklim tropis dengan curah hujan rata-rata bulanan sebesar 327 mililiter sehingga dapat mendukung pemanfaatan lahan di Kota Depok sebagai lahan pertanian. Kualitas tanah di wilayah Kota Depok cukup bervariasi dan cenderung memiliki nilai kesesuaian lahan yang cocok untuk beberapa jenis tanaman. Dengan kondisi kemiringan lerengnya yang kecil, komoditas pertanian yang dapat dikembangkan diantaranya adalah tanaman buah- buahan dan beberapa jenis sayuran dataran rendah 2 . Hal ini menyebabkan sektor pertanian dalam pembangunan perekonomian di Kota Depok menjadi salah satu sektor yang dapat diandalkan. Sektor pertanian di perkotaan memiliki keunggulan spesifik dan prospektif karena jaminan pangsa pasar dan permintaan akan produk pertanian segar dan olahan sangat beragam. 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah. 2008.http:www.depok.go.id_v4index2.php?option=com_ content do_pdf=1id=13 [15 Mei 2011] 4 Tabel 3. Perkembangan Produksi Hortikultura Unggulan Kota Depok Tahun 2003-2008 Komoditi Tahun kwintal per Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Belimbing 6.062 6.962 50.514 40.373 35.956 42.732 15,52 Jambu Biji 11.503 11.053 35.795 31.766 11.621 33.213 -11,19 Pisang 17.064 18.764 20.778 37.546 22.920 12.253 -17,49 Pepaya 15.580 17.064 20.788 37.546 23.850 18.934 -2,43 Rambutan 28.028 12.762 25.883 12.769 23.007 20.252 -28,15 Mangga 2.290 2.291 4.342 1.798 3.780 2.842 -14,96 Nangka 16.525 22.537 17.980 6.909 1.168 2.879 -118,20 Sumber: Dinas Pertanian Kota Depok 2009 Salah satu komoditas yang cukup potensial dan prospektif di Kota Depok adalah buah belimbing. Perkembangan produksi komoditas belimbing meningkat tajam bila dibandingkan dengan komoditas hortikultura lainnya dengan laju pertumbuhan per tahun sebesar 15,52 persen bila dibandingkan dengan komoditas lain yang mengalami laju pertumbuhan negatif. Jika dilihat pada Tabel 3, buah belimbing mengalami peningkatan produksi, walaupun pada tahun 2006 dan 2007 produksi belimbing mengalami penurunan. Namun belimbing menempati urutan pertama pada tahun 2008. Saat ini buah belimbing dewa telah menjadi ikon Kota Depok.

1.2. Perumusan Masalah