61 tersebut. Harga yang digunakan dalam analisis biaya usahatani adalah biaya rata-
rata dari setiap petani responden.
6.4.1. Biaya Variabel
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa biaya penggunaan sarana produksi seperti pupuk dan pestisida termasuk jenis biaya variabel karena
besarnya sangat ditentukan oleh produksi buah belimbing dewa yang dihasilkan. Pada Tabel 17 dapat dilihat biaya pupuk dan pestisida per tahun yang dibebankan
kepada petani responden untuk tahun 2007 dan 2010.
Tabel 17. Biaya Pupuk dan Pestisida pada Usahatani Belimbing Dewa di Kota
Depok Tahun 2007 dan 2010
Sarana Produksi Jumlah
satuantahun Harga
Rpsatuan Biaya
Rptahun Tahun 2007
Pupuk Kandang kg 1.451,52
159 230.190
23,86 Pupuk NPK kg
32,80 3.197
104.870 10,87
Pupuk Urea kg 29,88
1.945 58.325
6,05 Pupuk Gandasil kg
3,77 48.121
181.349 18,80
Pestisida Curacron liter 1,03
161.273 165.816
17,19 Pestisida Decis liter
1,56 134.182
209.095 21,67
Petrogenol ml 15,08
1000 15.080
1,56
Total 964.725
100,00 Tahun 2010
Pupuk Kandang kg 1.087,72
257 279.071
27,70 Pupuk NPK kg
29,39 4.333
127.374 12,64
Pupuk Urea kg 23,40
2.848 66.641
6,61 Pupuk Gandasil kg
2,68 51.273
137.495 13,65
Pestisida Curacron liter 1,16
165.818 192.260
19,08 Pestisida Decis liter
1,23 148.182
182.215 18,09
Petrogenol ml 13,98
1.600 22.371
2,22
Total 1.007.426
100,00
62 Total biaya pupuk dan pestisida yang dikeluarkan petani responden pada
tahun 2010 lebih besar dari total biaya pupuk dan pestisida pada tahun 2007. Hal ini selain diakibatkan oleh kenaikan harga pupuk dan pestisida pada tahun 2010
juga diakibatkan adanya penambahan dosis penggunaan input seperti pupuk NPK dan pestisida curacron. Proporsi terbesar dari total biaya pupuk dan pestisida per
sepuluh pohon untuk tahun 2007 dan 2010 ada pada biaya penggunaan pupuk kandang, yaitu sebesar 23,86 persen dan 27,70 persen. Pupuk kandang selain
berfungsi memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah juga mengandung unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman belimbing dewa. Oleh karena itu
pupuk kandang memiliki peran yang cukup besar bagi pertumbuhan pohon belimbing. Hal ini serupa dengan hasil penelitian Zamani 2008 dan Yulistia
2009. Dalam penelitian Zamani 2008 dan Yulistia 2009, biaya pupuk kandang merupakan biaya sarana produksi yang paling besar jika dibandingkan
dengan biaya pupuk lain dan biaya pestisida. Biaya pupuk dan pestisida yang tergolong ke dalam biaya variabel ini nantinya akan dimasukkan ke dalam biaya
tunai dalam perhitungan analisis pendapatan usahatani. Jika untuk biaya pupuk yang terbesar adalah pada biaya pupuk kandang,
maka untuk biaya pestisida yang paling besar persentasenya adalah biaya pestisida curacron. Persentase penggunaan pestisida curacron untuk tahun 2007 adalah
sebesar 21,67 persen, sedangkan pada tahun 2010 adalah sebesar 19,08 persen. Pestisida curacron dan decis digunakan untuk mengatasi serangan HPT belimbing
seperti ulat daun dan kutu putih, Oleh karena itu penggunaan pestisida sangat penting untuk mencegah dan mengatasi serangan HPT. Biaya pupuk dan pestisida
yang tergolong ke dalam biaya variabel ini, nantinya akan dimasukkan ke dalam biaya tunai dalam perhitungan analisis pendapatan usahatani.
Selain pupuk dan pestisida, faktor produksi lain yang digolongkan ke dalam biaya variabel adalah biaya tenaga kerja. Perbedaan biaya TKDK sebelum
dan sesudah kredit terjadi karena perbedaan biaya per satu HOK yang harus dikeluarkan oleh petani. Pada tahun 2007 biaya yang harus dikeluarkan oleh
petani untuk satu HOK adalah sebesar Rp. 35.000, sedangkan pada tahun 2010 biaya yang harus dikeluarkan oleh petani untuk satu HOK adalah Rp. 50.000.
Kegiatan budidaya belimbing dewa seperti pemupukan, pemangkasan, sanitasi
63 kebun dan penyemprotan, pembungkusan dan penjarangan buah, serta pemanenan
dilakukan pada tiap-tiap pohon.
Tabel 18. Biaya Tenaga Kerja pada Usahatani Belimbing Dewa di Kota Depok
Tahun 2007 dan 2010
Kegiatan 2007
2010
Jumlah HOK
Biaya Rptahun
Jumlah HOK
Biaya Rptahun
Pemupukan 8,99
314.800 10,29
7,63 381.592
9,76 Pemangkasan
14,59 510.720
16,69 10,56
528.221 13,52
Sanitasi dan Penyemprotan
28,54 998.924
32,65 25,52
1.275.796 32,65
Pembungkusan dan Penjarangan Buah
23,71 829.789
27,12 23,81
1.190.393 30,46
Pemanenan 11,59
405.618 13,26
10,64 531.02
13,61
Total 87,42
3.059.851 100,00 78,16
3.907.803 100,00
Total biaya tenaga kerja yang dikeluarkan petani responden pada tahun 2007 dan 2010 dapat dilihat pada Tabel 18. Pada tahun 2007 dan 2010, biaya
tenaga kerja terbesar adalah pada kegiatan sanitasi dan penyemprotan. Kegiatan sanitasi dan penyemprotan menghabiskan biaya sebesar Rp. 998.924 untuk tahun
2007 dan Rp. 1.275.796 untuk tahun 2010. Walaupun terjadi peningkatan jumlah biaya pada tahun 2010, pada dasarnya jumlah penggunaan tenaga kerja untuk
kegiatan ini mengalami penurunan. Penurunan ini terjadi akibat sebagian petani yang mengurangi frekuensi penyemprotan pestisida. Hal ini dilakukan oleh petani
untuk menghemat biaya pestisida. Biaya tenaga kerja dibagi atas dua kelompok, yaitu biaya tenaga kerja
dalam keluarga TKDK dan biaya tenaga kerja luar keluarga TKLK. Biaya TKDK akan dimasukkan ke dalam kelompok biaya diperhitungkan, sedangkan
untuk biaya TKLK akan dimasukkan ke dalam kelompok biaya tunai. Pada Tabel 19 disajikan informasi mengenai penggunaan biaya TKDK pada tahun 2007 dan
tahun 2010.
64
Tabel 19. Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga TKDK per Tahun pada
Usahatani Belimbing Dewa di Kota Depok Tahun 2007 dan 2010
Kegiatan 2007
2010
Jumlah HOK
Biaya Rptahun
Jumlah HOK
Biaya Rptahun
Pemupukan 3,84
134.389 8,58
3,09 154.308
7,83 Pemangkasan
7,53 263.611
16,84 4,83
241.322 12,25
Sanitasi dan penyemprotan
21,73 760.586
48,59 20,06
1.003.109 50,91
Pembungkusan dan penjarangan buah
8,37 293.076
18,72 8,41
420.322 21,33
Pemanenan 3,25
113.778 7,27
3,02 151.121
7,67
Total 44,73
1.565.440 100,00 39,40
1.970.182 100,00
Persentase biaya tenaga kerja dalam keluarga terbesar pada tahun 2007 adalah untuk kegiatan sanitasi dan penyemprotan, yaitu sebesar 48,59
persendengan total biaya tenga kerja sebesar Rp. 760.586 dari total biaya TKDK sebesar Rp. 1.565.440. Begitu pun untuk tahun 2010, persentase terbesar adalah
biaya kegiatan sanitasi dan penyemprotan, yaitu sebesar 50,91 persen dengan total biaya tenaga kerja untuk tahun 2010 adalah sebesar Rp.1.003.109
Tabel 20.
Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga TKLK per Tahun pada Usahatani Belimbing Dewa Petani di Kota Depok Tahun 2007 dan 2010
Kegiatan 2007
2010
Jumlah HOK
Biaya Rptahun
Jumlah HOK
Biaya Rptahun
Pemupukan 5,15
180.411 12,07
4,55 227.283
11,73 Pemangkasan
7,06 247.109
16,54 5,74
286.899 14,81
Sanitasi dan penyemprotan
6,81 238.338
15,95 5,45
272.687 14,07
Pembungkusan dan penjarangan buah
15,33 536.713
35,91 15,40
770.071 39,74
Pemanenan 8,34
291.840 19,53
7,61 380.681
19,65
Total 42,70
1.494.411 100,00 38,75
1.937.622 100,00
Petani responden tidak dapat mengerjakan semua kegiatan budidaya secara individu atau hanya mengandalkan tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga
saja. Untuk dapat melakukan seluruh kegiatan budidaya ini, petani responden juga mempekerjakan tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga. Pada Tabel 20, dapat
65 dilihat informasi mengenai biaya TKLK petani responden pada tahun 2007 dan
2010. Biaya tenaga kerja paling banyak dicurahkan untuk kegiatan
pembungkusan dan penjarangan buah. Menurut hasil wawancara dengan petani, kegiatan pembungkusan dan penjarangan buah adalah kegiatan yang
membutuhkan banyak tenaga kerja khususnya yang berasal dari luar keluarga. Hal ini dikarenakan kegiatan pembungkusan dan penjarangan buah tidak boleh
dilakukan terlambat untuk mencegah serangan lalat buah sedini mungkin. Berdasarkan Tabel 20, dapat dilihat bahwa total penggunaan HOK pada tahun
2010 mengalami penurunan untuk setiap kegiatan usahatani. Hal ini diduga karena petani melakukan penghematan terhadap biaya tenaga kerja yang digunakan
sehingga untuk setiap kegiatan terjadi pengurangan penggunaan tenaga kerja. Berdasarkan uraian mengenai biaya tenaga kerja pada saat sebelum
menerima kredit, maupun sesudah menerima kredit, diketahui bahwa biaya TKLK pada usahatani Belimbing Dewa lebih besar dibandingkan dengan biaya TKDK.
Dari hasil wawancara di lapang, petani menyatakan bahwa untuk melakukan kegiatan budidaya Belimbing diperlukan pula tenaga kerja yang berasal dari luar
keluarga. Terutama saat buah sudah harus dibungkus, petani memerlukan banyak tenaga kerja untuk melakukan pembungkusan dan sekaligus penjarangan buah.
Tenaga luar keluarga pun digunakan jika tenaga yang berasaldari dalam keluarga kurang mencukupi.
Pembayaran bagi hasil juga merupakan salah satu biaya variabel, karena besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh petani ditentukan oleh jumlah
produksi buah Belimbing Dewa yang dihasilkan. Perhitungan bagi hasil pada tahun 2007 adalah sebesar Rp. 250 per buah, sedangkan untuik tahun 2010 adalah
sebesar Rp 400 per buah. Pembayaran bagi hasil adalah salah satu cara pembayaran penggunaan lahan yang dilakukan oleh sebagian petani responden.
Biaya pembayaran bagi hasil per sepuluh pohon yang dibebankan kepada petani pada tahun 2007 adalah sebesar Rp. 245.197 dengan total buah yang
dihasilkan sebanyak 981 buah belimbing. Sedangkan pada tahun 2010, pembayaran bagi hasil yang dibebankan kepada petani adalah sebesar Rp.297.733
dengan total buah yang dihasilkan sebanyak 744 buah. Jumlah buah yang
66 dihasilkan pada tahun 2010 lebih sedikit bila dibandingkan dengan tahun 2007.
Hal ini diakibatkan adanya serangan HPT dan cuaca yang buruk sehingga banyak buah Belimbing yang gagal panen. Pembayaran bagi hasil dalam analisis
pendapatan akan dikelompokkan ke dalam biaya tunai
6.4.2. Biaya Tetap