Peranan Kredit dalam Perkembangan UKM Pengaruh Penyaluran Kredit terhadap Perkembangan UMKM

9 kecil dan menengah di Sumatera Utara. Permasalahan permodalan ini timbul akibat kredit yang ditawarkan lembaga keuangan sebagian besar masih berupa kredit modal kerja, sedangkan untuk kredit investasi masih sangat terbatas. Selain itu, persyaratan peminjaman yang diajukan oleh lembaga keuangan tidak mudah dipenuhi dan kurangnya informasi yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada para pengusaha kecil juga mengakibatkan timbulnya permasalahan permodalan di bagi UMKM. Kesulitan untuk memperoleh pembiayaan memberikan berbagai dampak kepada UKM, diantaranya adalah: 1 Sulitnya meningkatkan kapasitas usaha, 2 Sulitnya melakukan perluasan pasar, 3 Sulitnya melakukan peningkatan mutu dan inovasi produk, dan 4 Sulitnya melakukan peningkatan kemampuan tenaga kerja.

2.2. Peranan Kredit dalam Perkembangan UKM

Penelitian yang dilakukan oleh Anggreni 2006 menyatakan adanya perkembangan internal yang terjadi setelah UKM menerima pembiayaan. Adapun perkembangan internal tersebut adalah pemasaran, modal, dan pendapatan. Hal ini dikarenakan pelaku UKM hanya menggunakan pinjaman yang menambah modal mereka untuk memperluas pasar saja, sehingga dapat meningkatkan penerimaan atau pendapatan. Kemungkinan aspek teknologi tidak mengalami perkembangan karena peningkatan modal yang mereka miliki belum mencukupi untuk melakukan pembelian peralatan yang moderen untuk mendukung peningkatan produktivitas. Untuk memecahkan permasalahan ini diperlukan peran aktif pemerintah dalam hal peningkatan pelatihan guna menumbuhkan kesadaran pelaku UKM akan pentingnya peran teknologi. Selain itu, pemerintah dan lembaga keuangan diharapkan dapat meningkatkan kinerja dalam menyalurkan kredit sehingga peranan kredit dalam mengembangkan UKM dapat berjalan dengan efektif.

2.3. Pengaruh Penyaluran Kredit terhadap Perkembangan UMKM

Perdana 2008 dalam penelitiannya yang berjudul dampak pelaksanaan kredit kepada koperasi primer untuk anggotanya KKPA terhadap pendapatan 10 usahatani kelapa sawit menyatakan bahwa ada perbedaan produktivitas serta pendapatan antara petani peserta KKPA dengan petani non peserta KKPA. Luasan lahan kelapa sawit petani peserta KKPA dan non peserta KKPA adalah sama yaitu satu hektar, namun produksi petani peserta KKPA lebih tinggi dibandingkan petani non peserta KKPA. Produksi petani peserta KKPA mencapai 83.272 kg, sedangkan petani non peserta KKPA hanya mencapai 52.296 kg. Kecilnya produksi petani non peserta KKPA diakibatkan kurangnya modal dan sarana produksi pertaniannya, berbeda dengan petani peserta KKPA yang memperoleh bantuan modal dan sarana produksi melalui program KKPA. Dilihat dari nilai RC rasio atas biaya tunai dan biaya totalnya maka diketahui usahatani yang dikebangkan oleh peserta KKPA dan petani non peserta KKPA pada dasarnya layak untuk diusahakan karena memiliki nilai RC rasio yang lebih besar dari satu. Hal ini berarti usahatani petani kelapa sawit KKPA maupun petani non peserta sama-sama menguntungkan. Namun apabila dilihat dari perbandingan antara usahataninya maka usahatani petani peserta KKPA memiliki RC rasio atas biaya tunai yang lebih besar dari usahatani petanin non peserta KKPA. Adapun nilai RC rasio untuk petani peserta KKPA adalah 5,06 sedangkan untuk petani non peserta KKPA adalah 4,17. Hal ini berarti bahwa tambahan penerimaan dari setiap rupiah yang dikeluarkan oleh petani peserta KKPA akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 5,06 sedangkan untuk petani non peserta sebesar Rp. 4,17. Selain penelitian Perdana 2008, penelitian Pratiwi 2009 juga melihat pengaruh penyaluran kredit terhadap pendapatan. Dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh penyaluran kredir ketahanan pangan dan energi KKP-E terhadap produksi dan pendapatan peternak sapi perah, Pratiwi 2009 menjelaskan bahwa pelaksanaan KKP-E pada dasarnya memberikan dampak terhadap tingkat pendapatan peternak. Hal ini dapat dilihat dari pendapatan atas biaya tunai dan biaya total yang lebih tinggi pada peternak setelah menggunakan kredit dibandingkan peternak sebelum menggunakan kredit. Pendapatan atas biaya total sebelum dan setelah menerima kredit adalah Rp.7.695.475 dan Rp.30.843.992. 11 Hasil analisis RC rasio menunjukkan bahwa usahatani ternak sapi perah yang dilakukan oleh peternak setelah menggunakan kredit pada dasarnya memberikan tingkat pendapatan yang lebih besar dibandingkan sebelum menggunakan kredit. Hal ini dapat dilihat dari nilai RC rasio atas biaya tunai untuk ternak sapi perah setelah menggunakan kredit 1,77 yang lebih besar dari nilai RC rasio atas biaya tunai sebelum menggunakan kredit 1,24.Dalam hasil penelitiannya, Pratiwi 2009 menyatakan bahwa pelaksanaan KKP-E meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Pelaksanaan dan pengawasan yang baik membuat program ini dapat berjalan dengan baik. Penelitianmengenai dampak penyaluran Kredit Usaha Rakyat KUR terhadap perkembangan UMKM yang dilakukan oleh Respita 2010 menyatakan bahwa besaran KUR yang diterima oleh pelaku UMKM berpengaruh positif terhadap omset usaha UMKM. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa omset usaha UMKM mengalami peningkatan setelah menerima KUR. Omset usaha setelah menerima KUR berpengaruh positif terhadap keuntungan yang diterima oleh pelaku usaha. Semakin besar nilai omset usaha setelah menerima KUR, maka semakin besar jumlah keuntungan yang diperoleh. Selain itu, sektor usaha juga berpengaruh signifikan terhadap keuntungan usaha.Dalam penelitiannya, peneliti menyatakan bahwa usaha yang bergerak di sektor jasa memberikan keuntungan yang lebih besar karena biaya produksi yang dikeluarkan oleh sektor ini lebih sedikit daripada usaha yang bergerak di sektor perdagangan. Menurut Respita 2010, besaran KUR yang diterima tidak berpengaruh signifikan terhadap penggunaan tenaga kerja dari dalam keluarga. Hal ini disebabkan usaha-usaha yang mendapatkan KUR merupakan usaha yang tergolong ke dalam usaha mikro. Pada usaha yang tergolong usaha mikro, pemilik usaha biasanya bertindak sekaligus sebagai pekerja. Jadi, pemilik usaha menangani usahanya tersebut secara langsung tanpa perantara.

2.4. Analisis Pendapatan dan Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi