alami atau buatan, sejak lama situ-situ tersebut tetap dipertahankan karena menyangkut kepentingan masyarakat dan pemerintah. Sebagai daerah genangan
rendah situ berfungsi sebagai tempat penampungan air hujan run off sehingga terhindar dari banjir pada musim hujan dan merupakan sumber air pada musim
kemarau. Situ juga berfungsi untuk pengairan, perikanan dan rekreasipariwisata. Tidak kalah pentingnya peranan situ juga sebagai sumber keanekaragaman hayati
lahan basah meliputi sumber genetika plasma nutfah dan berbagai jenis ikan, moluska, krustasca, amphibia kodok dan kura-kura dan lain sebagainya.
4.2. Potret Situ di Jabodetabek
Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air GNKPA telah dicanangkan oleh Presiden RI pada tanggal 28 April 2005. Gerakan ini
merupakan pendorong bagi seluruh komponen bangsa untuk secara sinergis melakukan tindak nyata dalam penyelamatan air dan sumber air dengan prinsip
kemitraan. Hingga saat ini, data mengenai jumlah situ di Jabotabek masih sangat bervariasi. Direktorat Jenderal Pengairan Kementrian PU melaporkan jumlah
situ-situ yang terdapat di Jabotabek ada 218 buah dengan luas total 2.116,5 Ha. Jumlah tersebut tersebar di kawasan DKI 35, Bogor 122, Tangerang 45 dan
Bekasi 16. Namun karena berbagai hal situ-situ tersebut kini luasnya tinggal 1.978,02 Ha dan jumlahnya telah berkurang Suryadiputra, 2005. Sedangkan
berdasarkan citra satelit jumlah eksisting situ di Jabotabek mencapai 1.016 buah dengan luas total 2.271 Ha. Jumlah tersebut tersebar di kawasan DKI 134,
Bogor 247, Tangerang 400, Depok 46 dan Bekasi 199. Namun karena berbagai hal situ-situ tersebut kini luas dan jumlahnya telah berkurang
Dari hal tersebut diatas dapat disimpulkan terdapat perbedaan jumlah situ antara satu pendataan ke pendataan yang lain. Hanya sedikit situ dalam
kondisi baik, lainnya sudah tercemar, baik ringan maupun berat. Ini akibat ulah masyarakat dan kebijakan yang tidak jelas. Situ yang ada mendapat polutan dari
berbagai saluran air. Masalah lain adalah penyempitan lahan akibat pembuangan sampah di sekitar situ atau diuruk untuk dijadikan tempat tinggal. Penilaian ini
masih perlu dikaji akurasinya, karena pada kenyataannya tidak separah yang dibayangkan.
Tabel 12. Jumlah Situ-situ di Jabodetabek dan Permasalahan yang Dihadapi
Jumlah Situ
Kondisi Permasalahanancaman
Konversi diubah menjadi
Lokasi Situ
Kab. Kodya
JmlAwal Hilang
rusak beralih
fungsi jadi
daratan Sisa yang
utuh luas total, ha
Sedimen- tasi tapi
situ-nya masih ada
Eutrofikasi penuh
gulma Sawah
kebun Pemukiman,
perkantoran, industri
sebagian atau
seluruhnya Fasilitas
umum jalan, RS,
sekolah,dsb Tempat
buang sampah
limbah industri
DKI 35 35
361 ha - - - - - 1
Bogor 122 28 94 613 ha
49 6 26 4 2 2
Tangerang
45 17 28 943 ha
16 3 12 3 2 -
Bekasi 17
9 8 73 ha
4 -
6 1
1 1
Total 219 54
164 1990
ha 69 9
44 8 5 4
Sumber: Direktorat Jenderal Pengairan Departemen PU Catatan:
Jumlah yang utuh tidak berarti kondisinya masih baik beberapa mengalami proses eutrofikasi, invasi oleh pemukiman, mengalami pendangkalan dsb.
Jumlah situ-situ di JABODETABEK yang masih ada diduga lebih dari angka 164 ini. Beberapa situ yang terdapat di dalam kawasan pemukiman dan industri belum dimasukan ke dalam perhitungan misal
untuk wilayah Bogor: di dalam kawasan PT INAGRO, Parung terdapat 3 buah situ; di dalam kompleks perumahan TELAGA KAHURIPAN, Jampang Bogor ada 4 situ; juga di dalam kawasan perumahan
BILABONG; di dalam kampus IPB ada sekitar 3 situ. Untuk Jakarta beberapa situtelaga juga belum termasuk kedalam hitungan di atas misal: situ di taman makam Kalibata, di Cibubur dsb.
Luas total situ diduga masih ‘underestimasi’ hal demikian disebabkan masih banyak situ belum memiliki data luas.
Rehabilitasi situ-situ yang tersebar di wilayah Jabodetabek berjalan lamban. Padahal situ-situ itu sangat diperlukan untuk sumber air dan pengendalian
banjir. Untuk itu pemerintah daerah harus memiliki komitmen yang kuat untuk menetapkan kawasan situ. Berdasarkan data Pelaksana Kegiatan Pengembangan
Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane IPK PWSCC, pada umumnya kondisi situ yang ada saat ini sangat memprihatinkan. Selain mengalami sedimentasi, banyak
situ yang seudah beralih fungsi. Dalam pengelolaan situpun seringkali terjadi lempar tanggung jawab antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dalam hal
ini Kementrian PU. Salah satu faktor yang memunculkan genangan atau daerah banjir baru adalah problem kondisi situ dan rawa sekitar di sekitar Jabodetabek
yang sama yaitu mengalami pelumpuran dan pendangkalan. Pusat Penelitian