Analisis Hasil Pengolahan Vertikal

konservasi situ masih lemah. Banyak situ yang terlantar, tidak dikelola sebagaimana fungsinya atau pelanggaran fungsi situ. Untuk mewujudkan pengelolaan situ yang optimal perlu diprioritaskan penegakan hukumnya. Selanjutnya adalah pemantauan dan evaluasi berkala, perencanaan yang matang serta terkonsep dan pelaksanaannya. Tabel 25. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Vertikal Tingkat 3 Elemen Proses Pengelolaan Elemen Proses Pengelolaan Bobot Prioritas RI Vertikal Tingkat 3 Perencanaan Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi Penegakan Hukum 0.219 0.189 0.237 0.355 3 4 2 1 1 konsisten

5.2.2.3. Hasil Pengolahan Vertikal Tingkat 4 Elemen Pelaku yang Berperan

Kemudian untuk melihat peranan pelaku stakeholder secara menyeluruh tidak dapat dilihat dari masing-masing kriteria secara parsial tetapi harus menggabungkan seluruh kriteria, seperti diilustrasikan pada hasil pengolahan vertikal tingkat 4, pada Tabel 26. Tabel 26. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Vertikal Tingkat 4 Elemen Proses Pelaku yang Berperan Elemen Pelaku yang Berperan Bobot Prioritas RI Vertikal Tingkat 3 Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah Dunia Usaha Masyarakat 0.230 0.345 0.157 0.268 3 1 4 2 1 konsisten Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa secara keseluruhan prioritas pelaku yang berperan dalam pengelolaan situ berturut-turut adalah pemerintah daerah 0.345, masyarakat 0.268, pemerintah pusat 0.230 dan dunia usaha 0.157. Pemerintah daerah memiliki kewenangan dan peran yang tinggi dalam proses penyelenggaraan penataan kawasan situ --- sebagai pihak yang berwenang di lokasi situ yang bersangkutan, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi serta penegakan hukum. Pemerintah daerah juga memiliki faktor investasi tertinggi dalam pengelolaan situ, mencakup faktor kebijakan, tenaga, modal dan kontrol, juga terkait penguasaan teritorial secara geografis. Sedangkan masyarakat sebagai pelaku yang berada paling dekat dan mendapatkan manfaatpengaruh dari situ juga berperan penting dalam pengelolaan situ. Pelaku ini bisa dibilang sebagai back up ataupun perpanjangan kebijakan dari pemerintah daerah, atau terkait penguasaan teritorial secara sosiologis. Pemerintah pusat dalam riset ini lebih berperan sebagai acuan pemerintah daerah dalam mengadopsi kebijakan terkait pengelolaan situ, namun tidak berperan secara langsung. Sedangkan dunia usaha belum berkontribusi maksimal dalam pengelolaan situ padahal mereka memiliki potensi dana yang cukup baik untuk berpartisipasi lebih banyak. Ke depannya perlu dipertimbangkan melibatkanmenambah peran dunia usahaswasta dalam pengelolaan situ melalui hubungan yang saling menguntungkan. Dunia usahaswasta dapat turut berperan diantaranya melalui program Corporate Social Responsibility CSR. Secara keseluruhan, output dari hirarki ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Hasil pengolahan melalui software expert choice versi 2000 secara keseluruhan mendapatkan nilai RI 0.02, yang artinya konsisten. RI = 0.02 Gambar 8. Hasil Pengolahan Vertikal untuk Model Hirarki Pengelolaan Situ Optimal Berdasarkan Pelaku yang Berperan Nilai Bobot dan Rangking Prioritas Pengelolaan Situ yang Optimal 1 Konservasi 0.430 3 Pendayagunaan 0.191 2 Pengendalian Daya Rusak 0.379 3 Perencanaan 0.219 4 Pelaksanaan 0.189 2 Pemantauan dan Evaluasi 0.237 1 Penegakan Hukum 0.355 3 Pemerintah Pusat 0.230 1 Pemerintah Daerah 0.345 4 Dunia Usaha 0.157 2 Masyarakat 0.268 Tingkat 1 GoalTujuan Akhir Tingkat 2 Tujuan Tingkat 3 Proses Pengelolaan Tingkat 4 Pelaku yang Berperan 5.3. Tata Laksana Kelembagaan Pengelolaan Situ 5.3.1. Batas Yurisdiksi Batas yurisdiksi menentukan siapa dan apa yang tercakup dalam kelembagaan yang terdisi dari karakteristik sumberdaya dan karakteristik pengguna. Faktor karakteristik sumberdaya situ meliputi ukuran, kestabilan dan tingkat pemanfaatan, yang secara ringkas dapat dlihat pada Tabel 27. Tabel 27. Karakteristik Sumber Daya Situ Sampel Ukuran Kestabilan Fungsi Tingkat pemanfaatan Situ Babakan Besar Stabil, batas situ jelas, dikelilingi oleh jalan, berada dalam Perkampungan Budaya Betawi Konservasi, rekreasi, ekonomi Optimal Situ Lembang Kecil Stabil, batas jelas dikelilingi oleh taman dan Jalan Lembang di lingkungan pemukiman yang tertata Konservasi, rekreasi Sedang Situ Rawa Dongkal Sedang Stabil, batas situ jelas, dikelilingi oleh pagar Berada di perumahan perumahan Bukit Permai Konservasi Minimal Situ Pengilingan Aneka Elok Sedang Tidak Stabil, penyerobotan oleh pengembang, sebagian berubah menjadi perumahan. Batas situ yang tersisa dikelilingi oleh pagar Konservasi Minimal Situ Rawa Badung Kecil Tidak Stabil, penyerobotan oleh masyarakat sekitar. Tidak ada batasan situ yang jelas Konservasi Minimal Situ Rorotan Kecil Tidak Stabil, penyempitan. Dalam master plan perencanaan terdapat batas situ yang jelas Konservasi, rekreasi dalam perencanaan Minimal Sumber: diolah dari data wawancara mendalam dan obervasi Situ yang terawat mampu memberikan manfaat bagi warga sekitarnya. Situ Lembang contohnya yang berada di tengah Taman Situ Lembang Kelurahan Menteng Jakarta Pusat. Pada Tahun 2009, Taman Situ Lembang meraih penghargaan “Taman Terbaik se Indonesia,” versi Kementerian Lingkungan Hidup. Apresiasi di bidang lingkungan hidup itu, bukan karena pepohonan di taman ini terpelihara dengan baik, tapi lebih dari itu karena kondisi air situ yang dinilai cukup bersih dibanding dengan situ-situ pada umumnya. Situ atau danau mini di tengahnya masih menjadi habitat yang aman bagi ikan-ikan dan fauna air lainnya. Begitu pula, kembang teratai yang terapung di beberapa sudut danau. “Taman Situ Lembang terpilih sebagai taman terbaik, karena ikan-ikan di dalam danau masih dapat berkembang biak dengan subur, hal yang sudah sangat langka taman seperti ini di pusat kota Jakarta,. Diperkirakan luas total situ di Jabodatabek berkurang drastis. Rata-rata kedalaman situ juga berkurang, yaitu sebelumnya 5-7 meter sekarang tinggal 2,5 - 3 meter. Ada dua hal utama penyebab hilangnya situ di Jabodetabek yaitu: • Alih fungsi lahan menjadi perumahan, bisnis dan restoran termasuk penyerobotan oleh masyarakat • Pendangkalan, baik karena sedimentasi maupun tempat sampah. Sedimentasi diperburuk dengan upaya pemulihan parsial yang tidak sinkron dengan program pemulihan DAS Daerah Aliran Sungai. Situ yang mengalami masalah pendangkalan serius antara lain adalah Situ Penggilingan “Aneka Elok” yang berada di RW 09 dan RW 15 Kelurahan Penggilingan, Kecamatan Cakung Jakarta Timur. Kondisinya semakin merana, tidak hanya mengalami pendangkalan serius tapi hampir seluruh badan situ sudah berubah menjadi semak belukar. Keberadaan situ Penggilingan “Aneka Elok” – warga menyebutnya “Waduk Elok” mulanya berupa genangan air yang berada di kawasan rawa-rawa. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kemudian memberikan ijin kepada pengembang membangun kawasan perumahan yakni “Perumahan Aneka Elok” dengan menimbun sebagian kawasan rawa-rawa itu. Waduk Situ Elok termasuk dalam kawasan yang dikelola pengembang perumahan ini. Sebagian badan Waduk Situ Elok diuruk untuk jalan masuk ke kawasan perumahan. Sementara bagian dari badan dan lahan situ yang tersisa diperbaiki dan dijadikan Fasilitas UmumFasilitas Sosial.