Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN
kewajiban seluruh stakeholders, maka kondisi situ cenderung bagus. Rendahnya perhatian pemerintah atas situ, ketidakjelasan status kepemilikan, tidak tertibnya
pendataan lahan, okupasi lahan secara sepihak, dan kemungkinan adanya praktek kolusi yang melibatkan aparat merupakan sebagian dari penyebab banyaknya
lahan situ yang rusak parah. Pengelolaan situ tidak dapat mengandalkan pada aspek kewenangan karena biaya pengelolaan menjadi mahal. Pengelolaan situ
yang optimal bisa dicapai melalui pengelolaan yang melibatkan beberapa stakeholders dengan pemanfaatan yang optimal. Penelantaran akan berakibat
pada kerusakan situ Keenam situ sampel wawancara mendalam secara de jure dimiliki oleh
pemerintah atau “state property” namun secara de facto ada situ yang tetap menjadi “state property” seperti Situ Lembang dan Situ Rowa Dongkal, ada juga
yang menjadi “common property” seperti Situ Babakan. Walaupun Situ Babakan secara de facto menjadi common property tidak membuat terjadi tragedy of
common karena adanya kejelasan tata laksana situ. Situ Rorotan adalah merupakan contoh situ yang pernah secara de facto menjadi common property
bahkan salah satu media ibukota pernah menulis bahwa situ ini telah hilang. Kondisi ini berubah sejak dikeluarkannya Surat Keputusan yang salah satunya
menetapkan PT Modernland Realty Tbk dari Modern Group mengembangkan hunian kota mandiri modern dan terpadu dimana salah satu nilai lebih dari hunian
ini adalah keberadaan situ Rorotan sebagai wahana wisata air sekaligus area resapan air hujan. Sedangkan Situ Rawa Badung tidak hanya secara de facto
menjadi common property namun situ ini juga mengalami open access sehingga selain dimanfaatkan oleh setiap orang, situ ini juga mengalami eksploitasi yang
berlebihan yang menyebabkan kerusakan lingkungan.
Pihak yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan situ harus dipertegas, karena apabila kondisi yang memberi kesan tidak adanya pengelolaan
situ ini terus berlangsung, dapat memperburuk nasib situ di masa yang akan datang. Karena tekanan pertumbuhan penduduk atau kepentingan yang lain maka
situ dapat dialihfungsikan menjadi permukiman atau untuk tujuan lain. Dengan demikian, perlu kejelasan mengenai sistem kelembagaan yang bertanggung jawab
terhadap pengelolaan situ. Kesadaran stakeholders situ untuk tidak hanya
memanfaatkan tapi juga memelihara situ menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas situ. Bagaimana sikap dan aspirasi stakeholders terhadap
situ tidak dapat diabaikan begitu saja tetapi harus dipertimbangkan dalam rangka penetapan kebijakan pengelolaan dan pengembangan situ yang ada.
Walapun situ terletak di kawasan penduduk yang padat dengan tingkat pemanfaatannya optimal namun bila diiringi dengan pengaturan kolektif dengan
melibatkan lebih banyak pengguna dan menampung aspirasi masyakarat sekitar, maka akan cenderung memperbaiki kondisi situ. Tentunya hal ini juga harus
dikuti dengan monitoring yang efektif melalui penerapan sanksi terhadap pengguna yang tidak menghargai aturan masyarakat dan mekanisme penyelesaian
konflik yang jelas. Situ yang memiliki batas yurisdiksi, property right dan aturan representatif yang jelas akan berpengaruh pada kondisi situ yang semakin baik
karena situ yang terawat dapat lebih bermanfaat bagi warga sekitarnya. Secara umum tingkat kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang
fungsi situ juga sangat terbatas. Hampir sebagian besar warga masyarakat di sekitar situ tidak menyadari fungsi situ sebagai pengendali banjir, penyimpan air,
apalagi untuk kelestarian flora dan dauna endemik. Terkait dengan pembenahan situ, maka partisipasi warga masyarakat dalam memelihara situ hanya dapat
terwujud apabila ada kepastian hukum akan status kepemilikan situ serta konsistensi pengawasan baik oleh masyarakat mau pun pemerintah. Ini antara
lain ditunjukkan dengan keseriusan mereka ikut menjaga areal situ dari kemungkinan adanya orang yang membuang sanpah di lahan situ karena adanya
kesadaran bahwa situ berfungsi sebagai penampungan limpasan air hujan sehingga kawasan di sekitar situ terhindar dari ancaman banjir. Hal ini sudah
terbukti efektif dilaksanakan di Situ Babakan terutama sejak ditetapkan menjadi bagian dari Perkampungan Budaya Betawi