Aturan Representatif Tata Laksana Kelembagaan Pengelolaan Situ 1. Batas Yurisdiksi

Sertifikat Hak Pengelolaan Lahan HPL yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional BPN Jakarta Timur. Sebaliknya pihak warga pun tak kalah keras menolak klaim Pemprov DKI Jakarta karena mereka memiliki Sertifikat Hak Milik atas lahan di tepi Situ Rawa Badung. Akibatnya, kepastian status kepemilikan lahan di sekitar situ belum menentu karena masih menunggu proses hukum di pengadilan . Upaya jalan pintas yang ditempuh Pemprov DKI Jakarta dengan menerbitkan Surat Perintah Pembongkaran Bangunan, juga terganjal selain oleh aksi-aksi protes warga setempat, juga muncul surat dari DPRD DKI Jakarta yang meminta agar penggusuran ditunda hingga terdapat kepastian status kepemilikan dengan keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. Dalam perkembangannya, putusan penundaan pembongkaran bangunan di sekitar Situ Rawa Badung juga dikuatkan dengan Keputusan Mahkamah Agung Nomor: 311 KTUN2009. Dalam amar putusannya Mahkamah Agung menilai Sertifikat HPL yang ditertbitkan BPPN Jakarta Timur melanggar prinsip hukum karena tanpa didasarkan pada kenyataan bahwa lahan tersebut dalam waktu puluhan tahun telah ditempati oleh warga. Disebutkan pula bahwa dalam menerbitkan HPL, BPN Jakarta Timur tidak melakukan pemetaan atas tanah sesuai undang undang, yakni Pasal 17 ayat 1 PP No 4 Tahun 1997 sebagai pejabat Tata Usaha Negara yang menerbitkan sertifikat HPL No 10 seluas 151. 797 m2, dan HPL No 11 Jatinegara seluas 40.605 m2 atas nama Pemprov DKI Jakarta. Terbitnya keputusan Mahkamah Agung akhirnya menyebabkan pembenahan Situ Rawa Badung terkatung-katung. Sebab meski sejumlah warga mengaku lahan di sekitar situ merupakan tanah negara, Namur Pemprov DKI Jakarta tidak dapat melakukan pembongkaran bangunan karena harus taat pada putusan tersebut. Warga juga mengaku, tak tahu lagi siapa yang seharusnya bertanggung jawab atas situ dan lahan situ disekitarnya, meski tetap berharap agar pemerintah dapat segera turun tangan menata situ agar kawasan ini bisa bebas dari gangguan banjir. Masalah pun kian bertambah runyam, sebab tanpa pengawasan, kini situ semakin dipadati pemukim liar dan jadi tempat pembuangan sampah. Akibatnya, selain beragam jenis sampah memenuhi permukaan situ, juga polusi bau. Pemprov DKI Jakarta sebenarnya sudah mem-floting rencana terhadap Situ Rawa Badung yang akan diperluas menjadi 5 hektar supaya dilanjutkan. Saat ini sedang dalam rencana penertiban dan penataan situ dengan melibatkan BLTP pengelola kawasan PIK Jakarta Timur; BPKD Prof DKI Jakarta, BPN Prov DKI Jakarta serta Biro Hukum setda provinsi DKI Salah satu contoh situ yang mampu mensinergikan fungsinya dengan kebutuhan warga dengan auran yang jelas adalah Situ Babakan. Situ Babakan saat ini jelas jauh berbeda dibanding wajahnya pada 15-20 tahun silam. Selain terlihat rapi karena tepi situ diturap dengan beton, juga sepanjang bantaran terdapat pepohonan rindang sehingga udara terasa sejuk. Hal ini terjadi setelah di tahun 2005 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menetapkan kawasan Perkampungan Budaya Betawi PBB di Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan. Hal tersebut ditetapkan dalam Perda No 3 2005 tentang Penetapan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jaksel. Yang dalam pelaksanaannya diatur dalam: • Pergub No 151 2007 tentang Pedoman Pembangunan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jaksel • Pergub 129 2007 tentang Lembaga Pengelolaan Perkampungan Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jaksel • Kepgub No. 1837 2010 tentang Penetapan Lokasi untuk Perluasan Perkampungan Budaya Betawi di Situ Babakan, Jalan Moch Kahfi II, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jaksel Dalam Surat Keputusan tersebut ditetapkan bahwa proyek tersebut dibangun atas lahan seluas sekitar 167 hektar, yang mencakup 4 Rukun Warga RW. Batas fisik PBB di bagian utara dengan Jalan M.Kahfi, di bagian Timur dengan Jalan Putera dan Jalan Mangga Bolong Timur, bagian Selatan dengan Jalan Tanah Merah, Jalan Srengseng Sawah dan Jalan Puskesmas, sementara dibagian Barat batasnya adalah Jalan Kahfi II. Didalam areal PBB ini terdapat dua situ, yakni Situ Babakan dengan luas sekitar 17,5 hektar dan Situ Mangga Bolong dengan luas sekitar 10 hektar. Saat ini, dua situ tersebut sedang dalam penataan setelah sebelumnya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membebaskan lahan situ yang terlanjur dikuasai warga setempat. Lahan yang dibebaskan seluas 3,2 hektar dan menghabiskan dana sekitar Rp 27 miliar, harga per meter tanah di kawasan tersebut sesuai NJOP Rp 920.000. Pembebasan lahan menyebabkan program yang dicanangkan pada tahun 2000 baru bisa dikerjakan pada tahun 2011. Kehadiran penggarap di dua situ ini memang sebagian memperoleh ijin dari Lurah Srengseng Sawah. Mereka diijinkan memanfaatkan lahan situ untuk bertani dan memelihara ikan sebagai solusi atas kesulitan ekonomi akibat krisis moneter. Ijin yang sifatnya sementara itu dituangkan dalam perjanjian, bahwa para penggarap akan senantiasa memelihara kelestarian situ dan bersedia pindah jika pemerintah memiliki kebijakan lain. Namun yang terjadi di lapangan justru berbeda. Bahkan saat pemerintah hendak membebaskan lahan dua situ tersebut, para penggarap menuntut uang kerohiman sebesar Rp. 3 juta untuk setiap penggarap. Tuntutan ini jelas ditolak oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, meski pada akhirnya sebagai biaya pemindahan Pemprov. DKI Jakarta memberikan uang sebesar Rp. 500 ribu kepada setiap penggarap. Saat ini lahan yang sudah dibebaskan dalam pengawasan aparat Pemprov DKI Jakarta. Bahkan, karena proses penataan belum selesai, pemerintah melarang masyarakat melakukan aktivitas selama situ dan kawasan sekitarnya. Tapi, larangan yang tertera di beberapa papan pengumuman itu justru kerap mengundang keheranan sebab pada kenyataannya Situ Babakan telah dibuka menjadi arena rekreasi warga. Saat ini yang mengelola Perkampungan Budaya Betawi adalah satu badan pengelola yang berada dibawah Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Selatan. Namun karena menyangkut berbagai aspek, pengelolaannya melibatkan tidak kurang dari 20 dinas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Untuk pengerukan dan penataan badan situ, misalnya yang menangani adalah Dinas Pekerjaan Umum. Untuk penataan Situ Babakan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan pihak swasta, yakni PT ARKINDO, dan kini meski belum sepenuhnya tertata namun warga masyarakat telah memanfaatkannya untuk rekreasi, seperti memancing, bermain sepeda air, menikmati hiburan di lokasi hiburan rakyat yang dibangun di salah satu lokasi di pinggiran situ, atau menikmati aneka makanan khas betawi yang banyak dijual di sepanjang tepi situ. Pengelolaan keamanan di situ ini juga cukup baik. Setiap hari selalu ada Tim Rescue dengan seragam oranye bersiaga. Partisipasi warga setempat dalam pengelolaan situ ini juga cukup baik. Selain terlibat dalam pemeliharaan kebersihan, juga secara tidak langsung ikut mengawasi keamanan di kawasan situ. Penduduk sebagian besar masih warga Betawi, karena itu nuansa Betawi masih terasa kental. Meski lokasi wisata situ terbuka untuk umum, namun berbagai aktivitas biasanya segera berakhir menjelang pukul 17.30 WIB, karena menjelang shalat magrib. Pada malam hari situ ini sepi dari segala kegiatan. Salah satu contoh situ yang sudah mempunyai aturan namun belum optimal pemanfaatannya adalah Situ Rawa Dongkal. Situ ini terletak di Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Kota Jakarta Timur. Akses ke situ ini cukup mudah, karena berada di tepi Jalan Tidar yang dilalui angkutan umum. Situ Rawa Dongkal adalah salah satu dari delapan situ yang telah direvitalisasi oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Tujuannya untuk mengantisipasi banjir bagi permukiman di kawasan Cibubur. Meskipun demikian, dari pengamatan di lapangan, proses revitalisasi ini belum sepenuhnya tuntas. Menurut warga setempat, situ luasnya sekitar 12.020 hektar memang masih akan dikeruk dan diperdalam agar memiliki daya tampung lebih besar lagi dari kondisi saat ini. Situ Rawa Dongkal memang menyatu dengan kawasan Hutan Kota Rawa Dongkal seluas 4 hektar. Keberadaan situ dan hutan kota termasuk salah satu kawasan yang dilindungi berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 1873 Tahun 1987 dan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 138 Tahun 1990. Situ Rawa Dongkal sebenarnya integratif dengan area Hutan Kota Rawa Dongkal. Namun menurut warga setempat, wewenang pengelolaan dua infrastruktur kota itu berada pada instansi yang berbeda. Situ dikelola oleh Dinas Pengairan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, sementara Hutan Kota oleh Dinas Kehutanan, bahkan, pengelolaan tanaman yang berada di luar pagar hutan kota, menjadi tanggung jawab Dinas Pertamanan. Mengenai keterlibatan warga setempat dalam pengelolaan dan pemanfaatan situ belum optimal. Adanya hutan kota yang penuh dengan pepohonan berdaun rindang memang membuat udara di sekitar situ Rawa Dongkal terasa sejuk, sehingga cocok untuk jadi tempat beristirahat pada siang hari. Namun, menurut penuturan seorang warga yang berjualan kelapa di sekitar situ, jarang ada orang yang datang di malam hari karena lingkungannya gelap gulita. Tapi dengan adanya Kantor Sekretariat Rukun Tetangga RW dari perumahan Bukit Permai yang berada di tepi Hutan Kota, tentu sedikit dapat menjelaskan akan adanya perhatian warga terhadap situ dan hutan kota, sehingga kawasan ini relatif aman. Baik dari kemungkinan penyerobotan lahan, atau pemanfaatan kawasan secara ilegal. Situ yang sedang mengalami pembenahan adalah Situ Rorotan yang terletak di Desa Sekarang: Kelurahan Rorotan, Kecamatan Cilicing Kota Jakarta Utara, tetap di perbatasan dengan wilayah Kecamatan Cakung Timur Jakarta Timur, dan Kecamatan Tarumajaya Kota Bekasi Jawa Barat. Warga setempat menyebutnya “Rawa Rorotan” karena berada pada lingkungan lahan rawa-rawa. Air situ Rorotan selain bersumber dari mata air yang berada di dalam situ, juga dari aliran beberapa sungai yang mengalir di kawasan ini. Situ Rorotan sangat dekat Banjir Kanal Timur, hanya terpisah beberapa puluh meter oleh ruas jalan yang berada di tepi banjir Kanal Timur. Sesuai dengan SK Gubernur, pengembang kawasan hunian yang berkepentingan dengan keberadaan Situ Rorotan adalah PT Modernland Realty Tbk dari Modern Group yang bekerja sama dengan investor asal negeri jiran Singapura, Keppel Land Ltd yang mengembangkan hunian kota mandiri modern dan terpadu di area seluas 270 hektar di kawasan Cakung, Jakarta Timur. Dalam publikasi perusahaan tersebut tentang kawasan hunian yang disebut Garden City, dipaparkan bahwa salah satu nilai lebih dari hunian ini adalah keberadaan situ Rorotan sebagai wahana wisata air sekaligus area resapan air hujan. Situ Rorotan sebagai sarana penampungan air membuat kawasan hunian ini bebas banjir Dari uraian di atas terlihat bahwa situ yang memiliki batas yurisdiksi, property right dan aturan representatuf yang jelas akan berpengaruh pada kondisi situ menjadi semakin bagus. Walapun situ terletak di kawasan penduduk yang padat dengan tingkat pemanfaatannya optimal namun bila diiringi dengan pengaturan kolektif yang lebih banyak mengikusertakan banyak pengguna juga dengan menanmpung aspirasi masyakarat sekitar, akan cenderung membuat kondisi situ lebih bagus. Tentunya hal ini juga dikuti dengan monitoring yang efektif dengan penerapan sanksi terhadap pengguna yang tidak menghargai aturan masyarakat dan mekanisme penyelesaian konflik yang jelas, contoh kasus adalah Situ Babakan. Situ yang terawat mampu memberikan manfaat bagi warga sekitarnya. Situ Babakan dan Situ Lembang merupakan situ yang setiap hari ramai dikunjungi oleh warga, karena merupakan tempat rekreasi keluarga. Selain itu Situ Babakan dimanfaatkan juga sebagai mata pencaharian warga sekitar. Sedangkan Situ Rawa Dongkal, Situ Penggilingan, Situ Rawa Badung dan Situ Rorotan relatif lebih sepi dikunjungi warga karena fungsinya hanya sebagai penampung air hujan untuk menghindari banjir. Bisa dikatakan tidak ada warga yang menggantungkan mata pencahariannya di situ ini. Tabel 29. Ringkasan Tata Laksana Situ Situ Sampel Batas Yurisdiksi Property Right Aturan Representatif Situ Babakan Batas situ jelas, dikelilingi oleh jalan, berada dalam Perkampungan Budaya Betawi Dikelola oleh Pengelola Perkampungan Budaya Betawi, Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Selatan Namun karena menyangkut berbagai aspek, pengelolaannya melibatkan tidak kurang dari 20 dinas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Diterbitkannya SK yang melibatkan banyak SKPD Bersama-sama situ Mangga Bolong berada dalam lingkungan Perkampungan Budaya Betawi Situ Lembang Batas jelas dikelilingi oleh taman dan Jalan Lembang di lingkungan pemukiman yang tertata Dikelola oleh Dinas Pertamanan dan Pemakanan Provinsi DKI Jakarta Diterbitkannya SK Situ Rawa Dongkal Batas situ jelas, dikelilingi oleh pagar, berada di perumahan perumahan Bukit Permai Dikelola oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi DKI Jakarta Diterbitkannya SK Situ Pengilingan Aneka Elok Penyerobotan oleh pengembang, sebagian berubah menjadi perumahan. Batas situ yang tersisa dikelilingi oleh pagar Berada dalam lahan pengembang Perumahan Aneka Elok Penggilingan namun kini telah diserahkan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Karena proses serah terima fasos-fasum belum terlaksana tuntas maka situ menjadi terlantar dan dipenuhi semak dan tanaman air bahkan tumbuh pohon di tengah- tengah situ Tidak ada kejelasan Situ Sampel Batas Yurisdiksi Property Right Aturan Representatif Situ Rawa Badung Batas situ tidak jelas, penyerobotan oleh masyarakat sekitar. Tidak jelas siapa yang bertanggungjawab mengelola situ Tidak ada kejelasan Sedang dalam rencana penertiban dan penataan situ dengan melibatkan BLTP pengelola kawasan PIK Jakarta Timur; BPKD Prof DKI Jakarta, BPN Prov DKI Jakarta serta Biro Hukum setda provinsi DKI Jakarta Situ Rorotan Dalam master plan perencanaan terdapat batas situ yang jelas berdasarkan SK Pengembang sesuai SK Diterbitkannya SK Sumber: diolah dari data wawancara mendalam dan observasi Keenam situ sampel secara de jure dimiliki oleh pemerintah atau “state property” namun secara de facto ada situ yang tetap menjadi “state property” seperti Situ Lembang dan Situ Rowa Dongkal, ada juga yang menjadi “common property” seperti Situ Babakan. Walaupun Situ Babakan secara de facto menjadi common property tidak membuat terjadi tragedy of common karena adanya kejelasan tata laksana situ. Situ Rorotan adalah merupakan contoh situ yang pernah secara de facto menjadi common property bahkan salah satu media ibukota pernah menulis bahwa situ ini telah hilang. Kondisi ini berubah sejak dikeluarkannya Surat Keputusan yang salah satunya menetapkan PT Modernland Realty Tbk dari Modern Group mengembangkan hunian kota mandiri modern dan terpadu dimana salah satu nilai lebih dari hunian ini adalah keberadaan situ Rorotan sebagai wahana wisata air sekaligus area resapan air hujan. Sedangkan Situ Rawa Badung tidak hanya secara de facto menjadi common property namun situ ini juga mengalami open access sehingga selain dimanfaatkan oleh setiap orang, situ ini juga mengalami eksploitasi yang berlebihan yang menyebabkan kerusakan lingkungan.

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Situ merupakan sumberdaya alam yang hampir terlupakan. Di kota besar seperti Jakarta, tekanan penduduk dan pergeseran fungsi lahan semakin memperparah kondisi situ yang ada. Hingga saat ini, kewenangan untuk pengelolaan situ belum jelas karena pemerintah pusat hanya memberikan kewenangan kepada Pemprov DKI untuk menanggulangi dampak banjir. Berdasarkan data registrasi, jumlah situ di Wilayah Provinsi DKI Jakarta berbeda satu sama lain, tergantung kepada instansi pengumpul data. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa belum ada upaya yang serius untuk mengelola situ secara komprehensif. Catatan penting yang pantas dikemukakan adalah bahwa baik data registrasi maupun sensus menyebutkan bahwa ada beberapa situ yang sudah berubah menjadi daratan, oleh karenanya apabila tidak ditempuh langkah-langkah yang sistematis maka dikhawatirkan situ tersebut akan hilang dan berubah peruntukannya. Dari hasil Analisa Burt terlihat bahwa faktor kelembagaan menjadi faktor penentu kualitas pengelolaan situ. Kondisi lingkungan situ yang tertata cenderung membuat kondisi situ lebih bagus kondisinya dibandingkan situ-situ yang tidak tertata, pemanfaatan tumpang tindih dan mengabaikan estetika. Selain itu situ-situ yang terletak di kawasan penduduk dengan tingkat pemanfaatannya optimal dan dibarengi dengan pengaturan kolektif yang lebih banyak mengikutsertakan banyak pengguna juga akan cenderung membuat kondisi situ lebih bagus. Berdasarkan tiga pendekatan analisis data, maka faktor kelembagaan menjadi faktor penentu kualitas pengelolaan situ. Kondisi situ lebih banyak dipengaruhi oleh pengelolaan kawasan sekitar situ. Pengelolaan situ yang optimal bisa dicapai melalui pengelolaan yang melibatkan beberapa stakeholders dengan pemanfaatan yang optimal. Kejelasan tata laksana pengelolaan situ menentukan kondisi situ. Bila terdapat kejelasan tata laksana yang mengatur hak dan kewajiban seluruh stakeholders, maka kondisi situ cenderung bagus. Rendahnya perhatian pemerintah atas situ, ketidakjelasan status kepemilikan, tidak tertibnya pendataan lahan, okupasi lahan secara sepihak, dan kemungkinan adanya praktek kolusi yang melibatkan aparat merupakan sebagian dari penyebab banyaknya lahan situ yang rusak parah. Pengelolaan situ tidak dapat mengandalkan pada aspek kewenangan karena biaya pengelolaan menjadi mahal. Pengelolaan situ yang optimal bisa dicapai melalui pengelolaan yang melibatkan beberapa stakeholders dengan pemanfaatan yang optimal. Penelantaran akan berakibat pada kerusakan situ Keenam situ sampel wawancara mendalam secara de jure dimiliki oleh pemerintah atau “state property” namun secara de facto ada situ yang tetap menjadi “state property” seperti Situ Lembang dan Situ Rowa Dongkal, ada juga yang menjadi “common property” seperti Situ Babakan. Walaupun Situ Babakan secara de facto menjadi common property tidak membuat terjadi tragedy of common karena adanya kejelasan tata laksana situ. Situ Rorotan adalah merupakan contoh situ yang pernah secara de facto menjadi common property bahkan salah satu media ibukota pernah menulis bahwa situ ini telah hilang. Kondisi ini berubah sejak dikeluarkannya Surat Keputusan yang salah satunya menetapkan PT Modernland Realty Tbk dari Modern Group mengembangkan hunian kota mandiri modern dan terpadu dimana salah satu nilai lebih dari hunian ini adalah keberadaan situ Rorotan sebagai wahana wisata air sekaligus area resapan air hujan. Sedangkan Situ Rawa Badung tidak hanya secara de facto menjadi common property namun situ ini juga mengalami open access sehingga selain dimanfaatkan oleh setiap orang, situ ini juga mengalami eksploitasi yang berlebihan yang menyebabkan kerusakan lingkungan. Pihak yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan situ harus dipertegas, karena apabila kondisi yang memberi kesan tidak adanya pengelolaan situ ini terus berlangsung, dapat memperburuk nasib situ di masa yang akan datang. Karena tekanan pertumbuhan penduduk atau kepentingan yang lain maka situ dapat dialihfungsikan menjadi permukiman atau untuk tujuan lain. Dengan demikian, perlu kejelasan mengenai sistem kelembagaan yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan situ. Kesadaran stakeholders situ untuk tidak hanya