Jenis Rejim Penguasaan Sumberdaya Bersama

1 Faktor Karakteristik Sumberdaya a Skala sumberdaya berukuran kecillokal, memudahkan dimonitor dengan tingkat akurasi yang cukup baik. Stock dan flow CPRs berskala besar skala regional dan global membutuhkan teknik-teknik pengukuran yang canggih sophisticated b Sumberdaya bersifat stabil dan mudah didelineasi c Eksternalitas negatif dari pemanfaatan sumberdaya relatif kecil d Tingkat pemanfaatan sumberdaya yang moderat e Dinamika sumberdaya relatif sudah dipahami dan teridentifikasi 2 Faktor karakteristik pengguna CPRs appropriators a Pengguna-pengguna yang memiliki tingkat kepercayaan trust yang tinggi akan cenderung memiliki kesepakatan-kesepakatan bersama tentang pembatasan-pembatasan penggunaan sumberdaya. b Pengguna-pengguna yang memiliki keterkaitan dan resiprositas dalam rentang waktu yang lama akan mendorong kerjasama dan membangun social capital. c Heterogenitas pengguna terhadap realitas ekologis yang berlangsung menyusun ulang kesepakatan-kesepakatan yang ada 3 Disain Kelembagaan Institutional design Elemen-elemen esensial untuk suksesnya kelembagaan pengelola CPRs ditentukan oleh kemampuan dari CPRs appropriators untuk: a Berkomunikasi b Membuat peraturan-peraturan pengelolaan sumberdaya dengan baik c Menerapkan penalti bagi perilaku pelanggaran aturan 4 Faktor luar a Politik b Teknologi Dalam karakteristik pengguna hubungan antar individu, struktur, dan lingkungan memberikan ruang tafsir sendiri, yaitu mengapa beberapa aktor dalam ruang dan struktur yang sama, memiliki siasat-siasat yang berbeda dalam beraktivitas di ruang tersebut. Mc Cay 2002 memandang CPRs sebagai suatu narasi besar, sehingga tidak memungkinkan menjelaskan perbedaan-perbedaan yang sifatnya subjektif terkait dengan peristiwa event, situasi dan konteks ketika peristiwa tersebut terjadi. Untuk menghindari penjelasan yang sifatnya deduktif, melalui narasi besar maka dibutuhkan penjelasan mengenai perubahan kebiasaan terkait dengan peristiwa, situasi dan konteks tersebut. Penjelasan inilah yang disebut sebagai penjelasan alternatif atas pertanyaan ‘jika peristiwa x tidak terjadi apakah y terjadi’. Jika dikaitkan dengan kelembagaan CPRs, maka jawaban tersebut akan memberikan ruang perbedaan dari teori CPRs yang dipandangnya telah mapan. Rezim CPRs merakit institutional design yang berpihak kepada keberlanjutan fungsi sumberdaya karena pengaturan sumberdaya atau commons pool resources oleh pemerintah sering mengalami kegagalan, disebabkan oleh : 1 Pemerintah sering membuat kebijakan yang mengabaikan indegenous institution seperti hak ulayat atau hak pribadi yang sering diambil alih oleh pemerintah dan 2 Sumberdaya yang dimiliki pemerintah tidak diimbangi oleh kemampuan serta kapasitas pemerintah sebagai pengelola dan pemanfaat sumberdaya. Performa yang baik bagi suatu institutional design dalam menangani commons pool resources adalah : 1 Mengikutsertakan partisipasi resource users dalam pembuatan kebijakan oleh pemerintah institusi, 2 Pemerintah membuat aturan-aturan yang mudah untuk dimonitordiawasi dalam pelaksanaannya, 3 Membuat aturan-aturan yang enforceable, 4 Mengatur dan melaksanakan mekanisme sanksi oleh pelanggar, 5 Ajudifikasi tersedia secara low cost, 6 Institusi monitoring dengan aparat yang akuntable, 7 Institusi yang mengatur commons pool resources dibuat dalam level-level berhierarki sesuai fungsinya dan 8 Adanya prosedur yang memungkinkan adanya revisi peraturan Agrawal, 2002. Ostrom 1990 menganalisa desain institusi dengn mengidentifikasi delapan prinsip desain yang menjadi syarat untuk pengelolaan sumberdaya bersama, yaitu: 1. Kejelasan batasandefinisi sumberdayanya 2. Kecocokan antara aturan dan keadaan lokasi lokalsetempat 3. Pengaturan kolektif yang mengikutsertakan lebih banyak pengguna dalam penyediaan sumberdaya dan proses pengambilan keputusan 4. Monitoring yang efektif 5. Penerapan sanksi terhadap pengguna yang tidak menghargai aturan masyarakat 6. Mekanisme penyelesaian konflik yang murah dan memudahkan akses 7. Minimal mengenal hak untuk mengatur 8. Dalam kasus CPRs berskala besarluas, pengaturan berlapis-lapis terbagi atas kelompok-kelompok kecillokal

2.3. Komponen Pengelolaan

Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumberdaya alam, yang berupa tanah, air, udara dan sumberdaya alam yang lain yang termasuk ke dalam sumberdaya alam yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan. Namun demikian harus disadari bahwa sumberdaya alam yang diperlukan memiliki keterbatasan dalam banyak hal, yaitu keterbatasan tentang ketersediaan menurut kuantitas dan kualitasnya. Sumberdaya alam tertentu juga memiliki keterbatasan menurut ruang dan waktu. Oleh sebab itu diperlukan pengelolaan sumberdaya alam yang baik dan bijaksana. Keberadaan sumberdaya alam sangat menentukan aktivitas manusia sehari-hari. Kita tidak dapat hidup tanpa udara dan air. Namun sebaliknya ada pula aktivitas manusia yang sangat mempengaruhi keberadaan sumberdaya dan lingkungan di sekitarnya. Kerusakan sumberdaya alam banyak ditentukan oleh aktivitas manusia. Banyak contoh kasus-kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah serta kerusakan hutan. Pembangunan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak dapat terhindarkan dari penggunaan sumberdaya alam, namun eksploitasi sumberdaya alam yang tidak mengindahkan kemampuan serta daya dukung lingkungan mengakibatkan turunnya kualitas lingkungan. Banyak faktor yang menyebabkan turunnya kualitas lingkungan dan kerusakan lingkungan yang dapat diidentifikasi dari pengamatan di lapangan, oleh sebab itu dalam makalah ini dicoba diungkap secara umum sebagai gambaran potret lingkungan hidup, khususnya dalam hubungannya dengan pengelolaan lingkungan hidup di era otonomi daerah. Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan yang berprinsip memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan. Pembangunan berkelanjutan mengandung makna jaminan mutu kehidupan manusia dan tidak melampaui kemampuan ekosistem untuk mendukungnya. Dengan demikian, pengertian pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pada saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Bagi Indonesia, mengingat bahwa kontribusi yang dapat diandalkan dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi dan sumber devisa serta modal pembangunan adalah dari sumberdaya alam, maka sumberdaya alam memiliki peranan penting dalam perekonomian. Namun demikian, dilain pihak, keberlanjutan atas ketersediaannya sering diabaikan. Demikian juga aturan sebagai landasan pengelolaan suatu usaha dan atau kegiatan mendukung pembangunan dari sektor ekonomi kurang diperhatikan. Hal ini berakibat pada penurunan daya dukung lingkungan dan menipisnya ketersediaan sumberdaya alam yang ada serta penurunan kualitas lingkungan hidup. Kompleksitas dan ketidakpastian memberikan tantangan bagi para pengambil keputusan dan penganalisa sumber daya. Untuk menghadapinya diperlukan pendekatan pengelolaan yang adaptif. Pengelolaan adaptif merupakan suatu pendekatan kebijakan sumber daya alam yang mengandung pemaksaaan sederhana. Dengan mengaitkan tujuan kemanusiaan dan ilmu pengetahuan, pengelolaan adaptif merupakan suatu jalan untuk mencapai keberlanjutan di masa mendatang Lee 1993 dalam Mitchell 2000. Mengingat kompleksnya pengelolaan lingkungan hidup serta permasalahan yang bersifat lintas sektor dan wilayah, maka dalam pelaksanaan pembangunan diperlukan perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan pendekatan manajemen, maka pada