Potret Situ di Jabodetabek

masih perlu dikaji akurasinya, karena pada kenyataannya tidak separah yang dibayangkan. Tabel 12. Jumlah Situ-situ di Jabodetabek dan Permasalahan yang Dihadapi Jumlah Situ Kondisi Permasalahanancaman Konversi diubah menjadi Lokasi Situ Kab. Kodya JmlAwal Hilang rusak beralih fungsi jadi daratan Sisa yang utuh luas total, ha Sedimen- tasi tapi situ-nya masih ada Eutrofikasi penuh gulma Sawah kebun Pemukiman, perkantoran, industri sebagian atau seluruhnya Fasilitas umum jalan, RS, sekolah,dsb Tempat buang sampah limbah industri DKI 35 35 361 ha - - - - - 1 Bogor 122 28 94 613 ha 49 6 26 4 2 2 Tangerang 45 17 28 943 ha 16 3 12 3 2 - Bekasi 17 9 8 73 ha 4 - 6 1 1 1 Total 219 54 164 1990 ha 69 9 44 8 5 4 Sumber: Direktorat Jenderal Pengairan Departemen PU Catatan: Jumlah yang utuh tidak berarti kondisinya masih baik beberapa mengalami proses eutrofikasi, invasi oleh pemukiman, mengalami pendangkalan dsb. Jumlah situ-situ di JABODETABEK yang masih ada diduga lebih dari angka 164 ini. Beberapa situ yang terdapat di dalam kawasan pemukiman dan industri belum dimasukan ke dalam perhitungan misal untuk wilayah Bogor: di dalam kawasan PT INAGRO, Parung terdapat 3 buah situ; di dalam kompleks perumahan TELAGA KAHURIPAN, Jampang Bogor ada 4 situ; juga di dalam kawasan perumahan BILABONG; di dalam kampus IPB ada sekitar 3 situ. Untuk Jakarta beberapa situtelaga juga belum termasuk kedalam hitungan di atas misal: situ di taman makam Kalibata, di Cibubur dsb. Luas total situ diduga masih ‘underestimasi’ hal demikian disebabkan masih banyak situ belum memiliki data luas. Rehabilitasi situ-situ yang tersebar di wilayah Jabodetabek berjalan lamban. Padahal situ-situ itu sangat diperlukan untuk sumber air dan pengendalian banjir. Untuk itu pemerintah daerah harus memiliki komitmen yang kuat untuk menetapkan kawasan situ. Berdasarkan data Pelaksana Kegiatan Pengembangan Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane IPK PWSCC, pada umumnya kondisi situ yang ada saat ini sangat memprihatinkan. Selain mengalami sedimentasi, banyak situ yang seudah beralih fungsi. Dalam pengelolaan situpun seringkali terjadi lempar tanggung jawab antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dalam hal ini Kementrian PU. Salah satu faktor yang memunculkan genangan atau daerah banjir baru adalah problem kondisi situ dan rawa sekitar di sekitar Jabodetabek yang sama yaitu mengalami pelumpuran dan pendangkalan. Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor telah melakukan kajian yang hasilnya dimuat dalam buku Manajemen Bioregional Jabodetabek : Profil dan Strategi Pengelolaan Situ, Rawa dan Danau Jabodetabek. Hasil kajiannya antara lain: sudah saatnya dipelajari kemungkinan membangun kawasan industri di luar Jawa, memulihkan fungsi situ sebagai pengimbun air tanah dengan melaksanakan berbagai peraturan yang ada, meniadakan pencemaran dan merehabilitasi situ dan rawa.

4.3. Permasalahan Situ

Yang menjadi permasalahan umum situ-situ di Wilayah Jakarta adalah sebagai berikut: 1. Kurang jelasnya batasan penguasaan lahan situ 2. Perubahan tata guna lahan dan peralihan fungsi situ 3. Terbatasnya keuangan pemerintah pusat dan daerah 4. Rendahnya kesadaran masyarakat akan fungsi dan keberadaan situ 5. Belum mantapnya rencana detail kawasan dan rencana teknis situ 6. Lemahnya pengawasan dan penegakan hukum 7. Kurangnya penyuluhan dan sosialisasi akan peranan dan manfaat situ-situ Permasalahan umum ini hampir mirip dan yang diidentifikasi oleh Ostrom 1990 yaitu prinsip-prinsip desain yang menjadi syarat pengelolaan situ.

4.4. Kondisi situ di Jakarta

Himpunan data data base situ di Wilayah Jakarta yang dikumpulkan dari berbagai unit menunjukkan banyak kelemahan. Jumlah situ berbeda untuk laporan yang berbeda. Luasan situ juga berbeda-beda, juga nama dan lokasinya pada peta. Data Kementrian Pekerjaan Umum menunjukkan bahwa lebih banyak situ dapat dijumpai. Kondisi situ di DKI Jakarta dapat dilihat pada lampiran 1 sampai dengan lampiran 5. Perbandingan antara data pada unit-unit di lingkungan Pemprov DKI Jakarta dan situ yang diklasifikasikan sebagai situ yang ada dengan menggunakan penginderaan jauh menunjukkan bahwa jumlah situ sangat berbeda. Banyak situ terletak di lokasi milik perorangan dan banyak situ yang telah terpecah menjadi situ-situ yang lebih kecil. Pemetaan situ juga mengidentifikasikan adanya 14 lokasi berpotensi untuk situ baru, namun dalam keadaan kering telah menjadi daratan.

4.5. Pengelolaan Situ

Pengelolaan situ harus ditetapkan kembali sehubungan dengan Undang-Undang Sumber Daya Air baru. Sejak lama tidak ada kejelasan tanggungjawab pengelolaan situ bila situ berada pada tempat umum. Undang- Undang Sumber Daya Air yang baru secara tidak langsung menyatakan situ sebagai sumber air. Jadi jika situ adalah mata air atau bagian dari suatu sistim penyediaan air, penanggung jawab pengelolaan dapat ditetapkan berdasar lokasi situ didalam suatu daerah aliran sungai. Situ harus diamankan untuk pengelolaan aliran air permukaan sebagai bagian dari sistim drainase oleh pemerintah daerah Kabupatenkota. Segera setelah aspek pengelolaan diklarifikasi dan jelas siapa mengerjakan apa, pengembangan situ dapat lebih lanjut direncanakan dan dilaksanakan. Keikutsertaan sektor swasta dan masyarakat sekitar situ sangat diharapkan dalam meningkatkan pemanfaatan dari potensi fungsi situ yang lain dari pengendalian banjir dan ikut menanggung biaya pemeliharaan. Tabel 13. Situ Eksisting dan Potensi Situ yang Diidentifikasikan Menggunakan Metode Penginderaan Jauh Data Satelit Existing Situ Potensi Situ Total Situ Kota Jumlah Luas ha Jumlah Luas ha Jumlah Luas ha DKI Jakarta 134 374.8 15 19.4 194 394.2 Eksisting : kondisi yang ada Potensi situ : daratan yang dapat dikembangkan sebagai situ