Perdagangan lalai kembang dan kusing dayak Kondisi habitat

5.5.5 Sex ratio hasil buruan

Penghitungan jantan dan betina pada lalai kembang dan kusing dayak hasil buruan hanya dilakukan pada satu kali kejadian saja Gambar 24. Hal ini terjadi karena jadwal perburuan yang sulit diketahui dan pemburu juga merasa kurang nyaman tidak suka jika aktivitas perburuan mereka terlalu diperhatikan. Gambar 24 Sex ratio lalai kembang dan kusing dayak hasil buruan n = 1.

5.5.6 Estimasi jumlah tangkapan

Hasil tangkapan pemburu akan lebih banyak jika pemburu memiliki kemampuanpengalaman yang cukup, perburuan dilakukan saat terang bulan, dan sedang tidak hujan. Menurut responden pemburu, jumlah hasil tangkapan pemburu yang sering berburu lalai kembang dan kusing dayak lebih banyak dibanding dengan pemburu yang hanya sesekali berburu lalai kembang dan kusing dayak. Oleh karena itu, pemburu yang melakukan 1 kali perburuan diperkirakan mendapat 60 ekor, pemburu yang melakukan 2-3 kali perburuan diperkirakan mendapat 120 ekor, pemburu yang melakukan 4-5 kali perburuan diperkirakan mendapat 200 ekor, dan pemburu yang melakukan perburuan lebih dari 5 kali diperkirakan mendapat 250 ekor dalam 1 malam. Jumlah tangkapan pemburu lalai kembang dan kusing dayak selama dilakukan pemasangan camera trap 12 bulan diperkirakan sekitar 19.720 ekor Lampiran 10.

5.6 Perdagangan lalai kembang dan kusing dayak

Perburuan lalai kembang dan kusing dayak di Gua Liang betujuan untuk dijual dan sebahagian kecil dikonsumsi sendiri. Perdagangannya bersifat lokal, karena hasil buruan hanya dijual kepada penduduk desadusun yang berada di sekitar tempat tinggal pemburu tersebut. Sebelum dipasarkan lalai kembang dan kusing dayak terlebih dahulu dibuang sayapnya, ditusuk dengan kayu, dibakar sampai bagian bulu hilang, dan direbus Gambar 25. Apabila perburuan berlangsung lebih dari 1 malam, maka lalai kembang dan kusing dayak diawetkan dengan cara pengasapan. Gambar 25 Penanganan lalai kembang dan kusing dayak sebelum dipasarkan: membuang sayap a, ditusuk dengan kayu b, dibakar c, hasil setelah dibakar d, perebusan e, dan pengasapan f. Harga seekor lalai kembang dan kusing dayak dari pemburu kepada pembeli sebesar Rp 1000. Pemburu dapat membeli dengan harga lebih murah bila membeli dalam jumlah yang banyak, seperti dengan membayar Rp 20.000 pembeli mendapat 25 ekor lalai kembang dan kusing dayak. Pembeli dapat membeli lalai kembang dan kusing dayak langsung ke rumah pemburu, atau dengan memesan kepada pemburu kemudian pemburu yang akan menghantarkan.

5.7 Karakteristik pemanfaat lalai kembang dan kusing dayak

Responden terdiri dari pemburu 6 orang dan pembeli 25 orang lalai kembang dan kusing dayak. Pemburu dan pembeli yang berhasil diwawancarai dikelompokkan menjadi 4 kelompok dusun, yaitu: Haramonting dan Huta Raja, Tapian Nauli, Lubuk Pariasan, dan Badiri Pardomuan. Dusun Haramonting, Huta Raja, dan Badiri pardomuan termasuk dalam Desa S Kalangan II Kecamatan Tukka, sedangkan Dusun Tapian Nauli dan Lubuk Pariasan termasuk dalam Desa Tapian Saur Manggita Kecamatan Tukka. Masyarakat dari Dusun Haramonting, Huta Raja, dan Tapian Nauli didominasi oleh suku Batak, sedangkan masyarakat dari desa Lubuk Pariasan dan Badiri Pardomuan didominasi oleh suku Nias. a b c d e f Karakteristik umum responden pemanfaat lalai kembang dan kusing dayak dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Karakteristik umum responden pemanfaat lalai kembang dan kusing dayak di Kecamatan Tukka Uraian Haramonting Huta Raja Tapian Nauli Lubuk Pariasan Badri Pardomuan Pemburu Pembeli Pembeli Pembeli Pembeli orang orang orang orang orang Umur tahun 16-25 2 2 - - - 26-35 2 2 2 - - 36-45 2 4 2 2 2 46-55 - 5 1 1 - ≥ 56 - 2 - - - Pendidikan SD 2 8 5 3 2 SMP 1 2 - - - SMA 3 5 - - - Asal suku Batak Toba 4 11 5 - - Batak Angkola 1 3 - - - Nias 1 1 - 3 2 Agama Islam 1 2 - - - Kristen 5 13 5 3 2 Jenis kelamin Laki-laki 6 7 1 - 1 Perempuan - 8 4 3 1 Matapencaharian Petani karet 4 13 5 3 2 Pemilik warung kopi 1 2 - - - Pegawai swasta 1 - - - - Jumlah responden 6 15 5 3 2 19,35 48,39 16,13 9,68 6,45

5.7.1 Pemburu

Kelompok masyarakat yang pertama melakukan perburuan lalai kembang dan kusing dayak adalah masyarakat dari dusun Haramonting dan Huta Raja. Menurut salah satu responden, pada tahun 1922 mereka sudah melakukan perburuan lalai kembang dan kusing dayak di Gua Liang. Seiring berjalannya waktu masyarakat dari Dusun Tapian Nauli, Lubuk Pariasan, dan Badiri Pardomuan juga melakukan perburuan lalai kembang dan kusing dayak. Berdasarkan identifikasi wajah pada foto hasil camera trap, pemburu lalai kembang dan kusing dayak berusia sekitar 10-60 tahun. Kelas umur pemburu bervariasi dan didominasi oleh kelas umur 46-55 tahun 13 orang; 26, sedangkan menurut data responden, pemburu berusia 16-45 tahun. Kelas umur pemburu lalai kembang dan kusing dayak berdasarkan hasil camera trap, disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Kelas umur pemburu lalai kembang dan kusing dayak di Gua Liang dalam 12 bulan, berdasarkan hasil camera trap Usia tahun Haramonting Ht Raja orang Tapian Nauli orang Lubuk Pariasan orang Badiri Pardomuan orang Jumlah orang Persen 10-15 - - 1 - 1 2,00 16-25 7 - 5 - 12 24,00 26-35 3 4 4 1 12 24,00 36-45 3 4 4 - 11 22,00 46-55 6 5 - 2 13 26,00 ≥ 56 1 - - - 1 2,00 Total 20 13 14 3 50 100,00 Jumlah kelompok pemburu yang berburu di Gua Liang berdasarkan hasil camera trap selama 12 bulan adalah 45 kelompok. Kelompok pemburu berkisar 1- 6 orang, tetapi yang paling sering dijumpai adalah 2 orang pemburu dalam satu kelompok, yaitu sebanyak 13 kali Tabel 8. Bentuk pembagian hasil perburuan adalah dengan membagi rata uang hasil penjualan lalai kembang dan kusing dayak. Tabel 8 Jumlah pemburu lalai kembang dan kusing dayak per kelompok dalam 12 bulan, berdasarkan hasil camera trap Pemburu orang per kelompok Haramonting Ht Raja kali Tapian Nauli kali Lubuk Pariasan kali Badiri Pardomuan kali Jumlah kali Persen 1 12 - - - 12 26,67 2 9 1 2 1 13 28,89 3 3 4 3 1 11 24,44 4 2 3 2 - 7 15,56 5 - - 1 - 1 2,22 6 - 1 - - 1 2,22 Berdasarkan hasil wawancara, 1 responden 16,67 berburu lalai kembang dan kusing dayak untuk matapencaharian sampingan, 2 responden 33,33 untuk hiburanpetualangan, dan 3 responden lainnya 50 berburu lalai kembang dan kusing dayak untuk matapencaharian sampingan sekaligus sebagai hiburan. Bagi masyarakat Haramonting dan Huta Raja khususnya kaum muda, pergi ke Gua Liang untuk berburu lalai kembang dan kusing dayak merupakan suatu hal yang sangat menarik dan membanggakan. Kegiatan lain yang biasa dilakukan pemburu di sekitar lokasi perburuan adalah memasak makanan, makan, beristirahat, dan memancing ikan. Apabila perburuan lalai kembang dan kusing dayak berlangsung lebih dari 1 malam, aktivitas pemburu pada siang sampai sore harinya adalah memancing ikan. Dalam perjalanan pergi maupun pulang, pemburu juga sering kali melakukan aktivitas memancing ikan di sungai-sungai kecil yang ada di hutan. Ikan hasil pancingan juga dapat dijual, sebagai tambahan pendapatan dari berburu lalai kembang dan kusing dayak.

5.7.2 Pembeli

Pembeli berasal dari daerah yang sama dengan pemburu. Lalai kembang dan kusing dayak diminati oleh segala usia, tetapi kurang diminati oleh yang beragama Islam. Pembeli sudah biasa mengkonsumsi lalai kembang dan kusing dayak untuk dimakan dagingnya tradisi. Menurut responden, daging lalai kembang dan kusing dayak cukup diminati, karena memiliki beberapa keunggulan yang membuatnya berbeda dengan daging jenis hewan lainnya, yaitu: sebagai obat sesak napas 5 responden, 20; sebagai obat sesak napas dan rasanya tidak membosankan 6 responden, 24; dan memiliki rasa yang enak dan harganya murah 14 responden, 56.

5.8 Kondisi habitat

Kondisi habitat sangat mempengaruhi kelangsungan hidup satwaliar. Menurut Indra Fredriksson 2007, kerusakan KHBT dalam kurun waktu 6 tahun 2001-2007 adalah sekitar 2.000 ha. Kerusakan hutan terjadi di blok Barat, terutama di Kabupaten Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan Indra Fredriksson 2007. Pada saat pengambilan data di lapangan, penulis tidak menemukan tempat tinggal, tempat persinggahan, maupun bekas tempat tinggal kalong kapauk. Menurut informasi yang diperoleh dari pemburu, bila musim kalong kapauk tiba, kalong kapauk berasal dari dalam KHBT yang letaknya jauh dari permukiman penduduk. Perburuan kalong kapauk di dalam dan sekitar KHBT tidak pernah dilakukan di sekitar tempat tinggal kalong kapauk. Dalam pengambilan data di lapangan, penulis tidak mensurvei seluruh gua yang ada di dalam KHBT. Penulis hanya mengunjungi Gua Liang, yang menjadi habitat sekaligus sebagai lokasi perburuan lalai kembang dan kusing dayak. Di sekitar mulut Gua Liang banyak ditemukan sampah-sampah bungkus makanan, botol bekas air mineral, botol minuman beralkohol, bungkus rokok, pakaian pemburu, garam dapur, peralatan makan, dan sisa-sisa pembakaran. Selain itu juga dapat dilihat sebuah batu gilingan dan tanaman asam dengan tinggi sekitar 6 meter Gambar 26. Mulut Gua Liang yang memiliki lebar 26,42 meter dan tinggi sekitar 16 meter ini menghadap ke arah Barat. Gambar 26 Sampah yang ditinggalkan pemburu a, tempat masak b, dan batu gilingan c.

5.9 Kebun durian